Life

8.6K 420 1
                                    

Shilla membuka matanya dengan nafas ngos-ngosan. Shilla membangunkan dirinya dan memegang dadanya sendiri. Ya ini berdetak sangat kencang. Ia melihat sekelilingnya dan ini kamarnya di rumah Daniel.

"Apa aku selamat dari kecelakaan itu? Tapi rasanya sangat sakit" ucapnya.

Ia memegangi pipinya yang basah. "Aku nangis?" Apa aku hanya mimpi? Yahh sepertinya itu hanya mimpi. Tapi nyata banget rasanya"

Shilla mengambil ponselnya untuk mengecek jam.

"What the--?" 

Shilla memukul pelan kepalanya, memastikan dirinya tak salah lihat.

"Aa-apa ini? 1 Januari?" gumamnya. "Kejadian itu di hari ulang tahun aku, 10 Maret. Daddy udah nikah sama Monica, Monica bunuh daddy, dan dan Gala yang bunuh aku"

Cukup lama terdiam. "Apa aku hidup kembali? Aku benar-benar hidup kembali?"

Shilla kembali menidurkan dirinya menatap langit-langit kamarnya.

"Jika iya, maka aku harus memperbaiki semuanya. Aku gak boleh ngulang perbuatan aku. Aku harus mencegah daddy nikah sama Monica, aku harus memperbaiki hubungan aku sama daddy, dan aku.. ya dan paling penting aku harus menjauh dari Gala. Dia pembunuh, dia yang harus kuhindari"

"Huft... Tapi bagaimana cara aku berbaikan dengan daddy? Aku masih belum menerima daddy ninggalin mama. Akhhhhh" Shilla berteriak menutup kepalanya dengan bantal.

"Nggak. Bagaimana pun aku harus selamatin nyawa daddy. Ahhh ma, kita hampir aja ketemu"


Tok tok tok


"Ya?"

"Nona, tuan memanggil untuk sarapan"

"Iya"

Shilla lalu beranjak menuju toilet membasuh muka dan sikat gigi.

"Morning Girl" sapa Daniel.

"Sapaan yang sama dengan sapaan yang daddy beri hari itu" batin Shilla.

"Ashilla?"

"Ha?"

"Kenapa bengong? Ayo makan"

Shilla mengangguk dan mulai makan dengan pelan. Keduanya makan dengan hening seperti biasanya. Daniel tak membuka topik karena takut Shilla risih seperti sebelum-sebelumnya.

Shilla memakan makanannya tanpa nafsu. Rasanya sangat bersyukur ia melihat Daniel masih sehat di hadapannya dan menikmati makannya.

Daniel yang merasa diperhatikan pun mendongak, ia mendapati putrinya menatapnya dan tak memutus kontak mata dengannya.

"Ashilla?"

Bukannya menjawab, mata Shilla justru berkaca-kaca dan ingin menangis.

"Ashilla? Kamu kenapa nak?" Daniel yang panik pun langsung berdiri ke sisi lain.

Shilla menunduk, ia ragu memeluk ayahnya sendiri. Tangisnya semakin menjadi, ia nenangis tersedu-sedu di hadapan Daniel.

"Hei hei.. Ada apa sayang? Apa kamu sakit?"

Shilla menggeleng

"Kenapa? Makanannya tak enak? Atau terlalu pedas? Bi Mira terlalu banyak memasukkan garam di nasi gorengnya?"

Sekali lagi Shilla menggeleng

Daniel yang khawatir pun memeluk Shilla sembari mengelus kepala putrinya. Meski Daniel sebenarnya ragu untuk memeluknya karena dirinya belum pernah melakukannya secara terang-terangan di depan Shilla.

Ashilla's ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang