Ariz dan Ayana

12 2 0
                                    

Jarum jam telah menunjukkan pukul 08.00 pagi, Ariz sudah berada di dapur berencana untuk memasakkan makanan untuk istri tercintanya yang sedang sakit, Ayana.

Ketika sedang asik dengan peralatan masaknya, Ariz merasakan ada sesuatu menarik-narik ujung kaosnya. "Kenapa Sayang?"

"Papa makan," bocah kecil dengan barbie ditangannya menatap sang papa dengan polos.

"Sama Bibi aja dulu, ya, Sayang, Papa mau rawat Mama dulu," balas Ariz yang sudah siap dengan nampan ditangannya.

"No, mau Papa," perempuan yang genap berusia 4 tahun 7 bulan itu memeluk kaki Papanya dengan erat.

"Bibi, minta tolong jagain Kana dulu, ya, saya mau nganterin ini ke kamar," tolongnya kepada wanita paruh baya yang baru saja datang menenteng kresek penuh sayur-sayuran.

"Siap Pak, yok cantik sini sama Bibi," Bi Ijum menarik sang anak majikan dengan penuh sayang.

Walaupun anak satu-satunya tengah merengek di gandengan sang ART, Ariz tidak bisa berbuat banyak karena Ayana sudah menunggunya di kamar.

Dilihatnya Ayana tengah berbaring telentang dengan selimut yang menutupi seluruh badannya sambil melenguh pelan.

"Sayang yuk makan dulu, aku udah masakin bubur kesukaan kamu," bujuk Ariz sambil mengusap pelan rambut Ayana yang lembab karena keringat.

"Eungh kamu lama," lirihnya.

"Maaf Sayang tadi Kana rewel, tapi udah di tanganin sama Bibi,"

Ayana hanya berdehem lalu membalikkan badannya membelakangi suaminya yang tengah duduk dipinggir kasur.

Ariz yang melihat pemandangan itu mengulum senyum sambil geleng-geleng kepala, istrinya sungguh menggemaskan ketika merajuk.

"Jangan cemburu, kamu tetap yang utama," bujuk Ariz mengusap punggung kecil sang istri.

Bukan tanpa alasan ia mengatakan hal tersebut, ketika sedang dilanda sakit seperti ini, perasaan istrinya sungguh sensitif sampai-sampai merasakan cemburu kepada anaknya sendiri.

'Definisi melahirkan saingan sendiri,' batin Ariz geli.

"Aku lagi sakit tapi kamu tetap aja bikin aku jadi yang kedua," ujar istrinya yang sudah terisak-isak didalam selimut.

"Ya ampun istriku ini, kapan aku bikin kamu jadi yang kedua hm," balas Ariz memeluk istrinya yang sedang menangis.

"Sering tuh, setiap pulang kerja yang ditanyain anaknya terus, Kakak udah makan belum, lagi ngapain, boro-boro mau nanyain aku, liat aku aja enggak," jelas Ayana menggebu-gebu.

Ariz berusaha menahan tawa mendengar penuturan istrinya, terlalu berlebihan menurutnya, padahal setiap ia pulang kerja selalu mencium kening Ayana yang sudah siap siaga menunggunya di teras rumah, baru setelah itu mencari Kana.

"Apanya yang gak lihat kamu, orang aku aja nyosor-nyosor kamu duluan baru cari Kakak," bantah Ariz berusaha membalikkan badan Ayana untuk menghadapnya.

"Tau ah, aku gak mau punya anak lagi, satu aja udah bikin aku di-dua-kan, apalagi kalau nambah lagi aku bakal di-tiga-kan," rajuknya.

Tentu saja Ariz langsung melotot mendengarnya, hei! dia dan istrinya sudah berencana melakukan promil untuk mendapatkan anak laki-laki, masa karena cemburu sama anak sendiri malah jadi seperti ini?!!

"Kamu kok gitu sih Yang, katanya mau dapat jagoan, lagian aku gak kayak gitu kok, mana ada aku ngeduain istri cantikku ini," rayu Ariz cepat.

"Udah banyak buktinya, aku mau satu aja," tegas Ayana seolah tak bisa diganggu gugat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Short Story (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang