Chapter Twelve: One of the Girls - 2

168 38 10
                                    

"Kau dipecat."

Yerim seketika hampir terjatuh karena kalimat itu. "Tapi--"

"Kau menghilang tanpa kabar, tanpa izin, dan sekarang kau kembali untuk bekerja, katamu? Kau tidak sadar bahwa tindakanmu merugikan yang lain? Mereka lelah dan kewalahan menutupi tugasmu. Baru satu bulan bekerja dan tingkah lakumu seperti ini? Aku lebih baik mencari orang lain yang benar-benar berniat bekerja."

"Aku benar-benar minta maaf, Oppa. Aku menyesal." Yerim membungkuk sangat dalam, membiarkan kepalanya berada jauh di bawah sebagai tanda bahwa ia bersungguh-sungguh. Dia menyesali kebodohan dan kecerobohannya yang melupakan pekerjaan. Semua itu karena dia terlalu larut dengan segala urusan bersama Bomin.

"Aku menerimamu di sini karena Heeseung adalah temanku. Kukira dia membawakanku gadis yang giat bekerja. Dia membanggakanmu dan membual banyak tentangmu. Kupikir dia menipuku, ya? Atau kau yang sebenarnya menipu dia?"

"Aku benar-benar minta maaf, Oppa Aku berjanji tidak akan mengulangi kesalahanku."

"Aku sudah memberitahu Heeseung bahwa kau dipecat. Hari ini hari terakhirmu. Kau harus mengganti jam kerja yang kau tinggalkan dengan lembur dan besok kau tidak perlu datang lagi."

"Tapi, Oppa--"

"Keputusannya sudah final."

"Aku benar-benar menyesal."

Masih dengan posisi yang sama, Yerim hanya bisa menahan tangis sambil menatap sepatu bosnya bergerak menjauh. Dia tidak bisa berbuat apapun karena dia tahu dia memang melakukan kesalahan yang fatal. Siapapun akan mendapatkan konsekuensi yang sama dan dia tidak akan protes dengan itu. Hanya saja, menyakitkan sekali kehilangan pekerjaan karena kelalaiannya sendiri.

"Kau itu kenapa?" Salah satu rekan kerja Yerim akhirnya mendekatinya seraya mengusap pundaknya pelan. "Kau menghilang tanpa kabar. Seharusnya kau mengabariku, jangan seperti itu."

"Aku tidak berniat kabur, sunbae. Aku hanya terlalu sibuk sampai tidak bisa datang."

"Jay mencarimu ke sini semalam. Kukira itu sangat serius karena dia terlihat panik sekali. Kukira kau mungkin sudah mati di suatu tempat."

"Maaf karena merepotkanmu, sunbae. Aku berutang budi padamu."

"Sudahlah, jangan pikirkan itu. Aku senang kau tidak apa-apa."

Tidak bisa dihentikan, Yerim harus bertanggung jawab atas kesalahannya sendiri. Karena dia terlalu sibuk dengan Bomin dan Hyunjin, dia mangkar tanpa kabar. Pekerjaannya benar-benar ia lupakan. Jika bukan karena menemukan pesan ultimatum dari bosnya siang tadi, dia pasti tidak akan ingat kalau dia harus bekerja.

"Aku harus mulai bekerja sekarang." Yerim menguatkan dirinya sendiri setelah menghapus berkas-berkas basah di sisi matanya. "Paling tidak aku harus bekerja keras hari ini." Dia memaksakan senyum. "Mungkin Kangjae Oppa akan melihat ketulusanku dan membiarkanku bekerja lebih lama."

"Semoga, ya?" si rekan kerja itu membalas dengan positif. "Semangat, semangat!"

Yerim menelan ludah keras. Dia benar-benar hancur. Seperti kesialan menimpa tidak ada henti. Pesimisme mengikis kesadarannya. Si rekan kerja memberikannya ide, mengembalikan harapan hidup yang hancur seperti satu tahun lalu. Di mana dia mengira dia mungkin akan mengakhiri hidup setiap harinya.

"Oh, ya. Yerim-a."

Sang rekan menghentikan lamunan buruk itu.

"Sepertinya kau harus menghubungi Jay. Dia benar-benar mengkhawatirkanmu kemarin. Dia ingin aku segera mengabarinya kalau kau datang."

Yerim sudah tahu kalau tentang itu.

"Iya, nanti akan aku hubungi dia. Ponselku sedang kehabisan daya. Begitu ada waktu aku akan langsung memberinya kabar."

THE GAMBLER 2: Big League🔞 | TXT & EN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang