Dazai menyaksikan dengan geli saat Chuuya berjuang untuk turun dari meja. "Kau berantakan sekali," gumamnya, matanya mengamati sosok Chuuya yang babak belur. "Aku tidak sabar untuk membersihkanmu."
Chuuya menatap Dazai dengan sedikit mengernyit. Tentu saja Chuuya menjadi kacau karena ulah Dazai, membuatnya sedikit kesal. "Tidak perlu.."
Mata Dazai berkilat, kekesalannya terhadap ketidaktaatan Chuuya terlihat jelas. "Jangan beritahu aku apa yang harus kulakukan," bentaknya, suaranya dipenuhi ancaman.
Chuuya tersentak saat mendengar teriakan Dazai - entah karena kesal, Chuuya lupa posisinya. "Kau milikku, dan aku akan berbuat sesukaku padamu."
Dazai tertawa kecil, suaranya rendah dan mengancam. "Sepertinya sudah waktunya pelajaran lagi," geramnya sambil mengulurkan tangan untuk menjambak rambut Chuuya dengan kasar.
Chuuya menjerit kesakitan, suaranya menjadi bergetar. "A-aku minta maaf.. sakit.." Dazai menarik Chuuya mendekat, matanya menyala-nyala karena amarah.
"Rasa sakit dan kenikmatan adalah satu hal yang sama," gumamnya sambil mencondongkan tubuh untuk menggigit leher Chuuya dengan agresif. "Aku akan mengajarimu itu."
Chuuya menggigit bibirnya untuk menahan teriakan saat Dazai menggigit lehernya dengan keras. Dazai menggeram puas, taringnya menancap lebih dalam ke leher Chuuya.
Dia mundur perlahan, menjilat lukanya dengan lembut sebelum melepaskannya sambil menyeringai. "Ingat ini," bisiknya pelan. "Jangan mencoba untuk menguji keberuntunganmu, anjing kecilku."
Chuuya merasa tubuhnya merinding, Dazai begitu mendominasinya. "Sekarang istirahatlah," perintahnya sambil menyeringai licik. "Aku punya rencana untuk menggunakanmu besok malam."
"Baiklah, aku akan istirahat..." Chuuya bangkit dan memakai kembali pakaiannya meski sekujur tubuhnya terasa nyeri.
Sebelum Chuuya meninggalkan ruangan, Dazai menghentikannya. "Tunggu, Satu hal lagi."
Dazai berjalan ke arah Chuuya, tangannya membelai dada Chuuya. "Besok malam..." Dazai berkata dengan suara pelan. "Aku akan menginap di rumahmu."
Nafas Chuuya tercekat saat Dazai mengusap dadanya, "Baiklah...aku.. akan menyiapkan kamar lain untukmu."
Dazai menyeringai, matanya menggelap karena nafsu. "Itu tidak perlu." Dia mendekat dan berbisik ke telinga Chuuya. "Aku akan berada di ranjang yang sama denganmu dan menggunakanmu sebanyak yang aku mau."
Chuuya bergidik mendengar apa yang dikatakan Dazai. Membayangkannya saja sudah membuat Chuuya berpikir tubuhnya akan hancur total besok malam.
Chuuya mengangguk, tenggorokannya terlalu kering untuk merespon. Dia cepat-cepat meninggalkan ruangan, tidak tahan lagi dengan kehadiran Dazai.
Saat Chuuya meninggalkan ruangan, Dazai tidak dapat menahan perasaannya yang terbendung. rasa kepuasan.
Ia melihatnya pergi dengan seringai predator, sudah merencanakan apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Pikiran itu membuat jantungnya berdebar kencang.
* * * *
Keesokan paginya, Chuuya mengantarkan dokumen ke ruangan Dazai. Ia mencoba menenangkan diri, mengatur nafas sebelum mengetuk pintu. "Masuk." Suara berat Dazai terdengar dari dalam.
Dazai sudah menunggunya, duduk bersandar di kursinya dengan seringai tersungging di bibirnya. "Selamat pagi, Sayang." Suaranya rendah dan menggoda.
Chuuya menjawab ragu-ragu, "Pagi juga bos." Ia menyerahkan dokumen-dokumen yang perlu ia serahkan pada Dazai, ia berharap bisa segera keluar dari ruangan Dazai. "Ini adalah laporan yang anda minta kemarin."
Dazai mengambil dokumen itu sambil terkekeh pelan. "Terima kasih, Sayang." katanya, matanya tidak pernah lepas dari wajah Chuuya. "Sekarang, tentang malam ini..."
Nafas Chuuya tercekat, dia tidak ingin mendengar Dazai membahas hal itu, namun dia masih menunggu Dazai melanjutkan perkataannya.
.
.
.
.
.TBC.
duh mls lanjut.. :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss dan Bawahan
FanficSemuanya berawal saat bos nya - Dazai osamu, menawarkan sebuah tes untuk menjadi tangan kanannya. Namun sekarang Chuuya dilanda kebingungan, dia malah terjebak dengan pria itu dalam situasi yang rumit. WARN : - OOC (maybe) - NSFW - BxB