06. Teman baru

24 1 0
                                    

Haiiiii
Aku kombek
Mwehehehh

Gimana nichhhh 2024 nya?
Sambil liburan sekolah mending baca cerita aku

Tapi sebelum itu...
Jangan lupa vote, komen, dan share cerita ini dan cerita aku yang lainnya ya

Okelah...
Happy Reading📚📖

***

Siang hari setelah sholat dzuhur, Ziva berkeliling sebentar karena Azzam sedang keluar bersama Ustadz Arif tadinya ia akan ditemani Ning Ayra tapi Ayra sendiri tiba-tiba ada keperluan mendadak. Tadi umma juga sempat menawarkan untuk ditemanu, tapi Ziva menolak tidak enak dan kasian juga kalau Umma harus menemani Ziva berkeliling pesantren.

Ziva berjalan ke arah kamar santriwati. Dirinya melirik kesana kemari, sebenarnya cuaca dan hawa disini sangat membuatnya nyaman hanya saja mungkin ia belum terbiasa dengan kebiasaan pesantren.

"Mbak Ziva." Tegur salah satu santriwati, yang sedang jalan berselisihan.

"Eh, Ara." Ziva tersenyum simpul, Ara menghampiri Ziva yang berdiri di depannya.

"Mau kemana, mbak?" Tanya Ara.

"Keliling aja, pengen tau pesantren."

"Mau saya temenin." Tawar Ara.

"Enggak ngerepotin?" Ucap Ziva tidak enak.

"Enggak kok, kebetulan lagi gaada kelas."

Ziva berfikir sejenak. "Yaudah deh, ayok!" Daripada ia berjalan-jalan sendirian juga kan? Seperti anak ilang.

"Kamu udah lama di pondok ini, Ra?" Ziva membuka suara saat sedang berjalan.

Ara mengangguk. "Sudah, mbak. Tapi saya ga punya temen."

Kening Ziva berkerut. "Kenapa? "

"Ayah saya seorang narapidana, ibu saya udah gaada. Makanya semua pada ngejauhin saya, katanya saya anak seorang penjahat. Ga pantes ada disini." Ara menunduk.

Ziva tersenyum tulus, ia merangkul bahu Ara. "Anak seorang penjahat belum tentu jadi penjahat juga, anak seorang ustadz belum tentu jadi ustadz juga. Semua orang pantes kok ada disini, bahkan seorang wanita penghiburpun pantas untuk ada disini, kalo emang niat dia baik kenapa harus engga pantes? Jangan insecure ya, Ra. Aku mau kok jadi temen kamu."

Ara mendongak. "Beneran, mbak?"

Ziva mengangguk, "kebetulan aku gaada temen disini. "

Pantas saja sejak tadi ia berjalan bersama Ara, banyak sekali pasang mata yang melihatnya bahkan tak jarang mereka saling berbisik satu sama lain.

"Makasih yah, mbak."

Ziva memeluk erat Ara. "Udah, yuk. Aku masih pengen tau isi pesantren ini."

Ara mengangguk antusias. Selama perjalanan Ara menjelaskan seluruh detail pesantren dari mulai kamar santri, kamar mandi, hingga kantin dll.

Ara juga menjelaskan semua ustadz dan ustadzah di pondok ini beserta kebiasaan dan sifat-sifatnya.

"Kamu kayaknya tau banyak ya tentang pesantren ini." Ujar Ziva.

Ara terkekeh. "Ndak juga si mbak." Ara menunduk malu.

"Kalo  tentang Gus Azzam, kamu tau?"

Ara berfikir sejenak. "Tau, tapi ga banyak. Cuman yang saya denger Gus Azzam udah punya istri, tapi sampe sekarang saya ga tau yang mana istrinya. Santri disini pada ngiranya Ning Ariyani istri Gus Azzam soalnya cocok juga."

My Secret WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang