Arc 1 Chapter 42 : Neracion

1.2K 170 9
                                    

[Raul PoV]

Keesokan paginya, aku dan Valeria sedang mengintai di pusat kota untuk mencari persediaan makanan yang dimiliki oleh peserta lain.

"Raul, arah jam 7 terdapat sebuah kelompok tim yang sedang bergerak," kata Valeria.

Kami berdua sedang bersembunyi di atas sebuah bangunan agar mendapatkan visual yang lebih baik di sekitar sini.

Menoleh ke arah yang ditunjuk Valeria, aku melihat enam orang peserta sedang berlari di jalanan kota. Mereka sedang dikejar oleh kelompok peserta lain yang sepertinya memiliki tujuan yang sama seperti kami yaitu mencari persediaan.

"Kejar mereka! Jangan biarkan suplai makanan kita pergi!" teriak salah satu peserta dari kelompok pengejar.

Aku mengisyaratkan Valeria untuk bergerak mendekat ke arah kedua kelompok itu untuk memulai aksi kami nanti.

Keenam orang yang dikejar itu kemudian berhenti, sebuah asap putih yang tebal tiba-tiba muncul karena sihir dari penyihir mereka.

Sepertinya, keenam orang ini hanya umpan saja dan kedelapan pengejar mereka sudah termakan siasat mereka.

-Bomb! Bomb!

Terdengar ledakan dari tempat mereka bertarung, aku mulai mendengar jeritan seseorang dari tempat itu.

"Valeria, bersiaplah untuk menyerang mereka saat kuberi sinyal nanti," bisikku padanya.

"Aku mengerti."

Aku mulai mengendap-endap di sekitar bangunan agar lebih dekat dengan mereka.

Setelah asap putih itu menghilang, terlihat ke delapan pengejar itu sudah tumbang semua. Aku melihat dua orang berada di atas bangunan, sepertinya mereka adalah rekan-rekan kelompok yang sedang di kejar ini.

"Yesss! Rencana kita berhasil!"

Dua orang yang berada di atas bangunan itu turun menghampiri rekan-rekan mereka.

"Sudah kubilang bukan, rencana ini sangat bagus," kata pria itu terlihat bangga.

"Well ... Kau mengikuti taktik ini dari si Bangsawan Busuk itu saat ujian tahap pertama bukan?" kata Sang Penyihir dalam kelompok mereka.

"Hey, orang bijak mengatakan, pengalaman adalah guru terbaik kau tahu," ucap pria itu setengah bercanda. "Ujian tahap pertama kemarin memang banyak memberi kita ilmu yang bermanfaat."

Hoho~ Kalian sadar rupanya bahwa praktek lapangan memang jauh lebih efektif mengajari para murid dibanding pelajaran teori di dalam kelas.

Aku jadi sedikit merasa bersalah menggugurkan kalian sekarang demi merebut persediaan makanan yang kalian miliki.

"Simpan obrolan kalian nanti, cepat ambil persediaan makanan mereka dan bergegas pergi dari sini," kata seorang pria yang membawa pedang. "Aku takut, kelompok lain akan segera datang membuat kita harus bertarung tanpa henti di sini."

Well ... Sepertinya mereka sudah memprediksi akan ada banyak peserta lain yang akan datang termasuk aku. Inilah hasil yang kudapatkan setelah mengajari mereka tentang cara bertarung di medan pertempuran saat ujian tahap pertama.

Melihat kelompok mereka hendak pergi meninggalkan tempat ini, aku memberikan sinyal kepada Valeria dengan lambaian tangan untuk menyerang mereka dan menargetkan Sang Penyihir terlebih dahulu.

Valeria kemudian mengangguk lalu menembakan sebuah sihir elemen angin ke arah penyihir mereka, membuatnya terpental jauh ke udara.

"Serangan musuh! Cepat berlindung di balik bangunan!"

I'm a Villain In My Own Game?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang