32

4.3K 526 12
                                    

Setelah bertanding, Liam masih harus kerja rodi.

"Ah, hidup ini amatlah sulit...." Dia mengeluh sembari mengganti bajunya dengan seragam putih khas prajurit menara. Liam memegang komando untuk divisi keamanan tentu dia tak bisa lepas tangan.

"Bos." Seseorang muncul dibalik tirai tempat Liam berganti pakaian.

"Ada apa?"

"Pengaturan sudah dijalankan. Sejauh ini tidak ada tanda-tanda mencurigakan. Semua aman terkendali."

"Oh, baguslah." Ujar Liam lesu sembari memasang kancing seragamnya. "Tetap bersiaga. Masalah bisa datang darimana saja, jangan sampai lengah."

"Baik bos."

"Siapa yang mengawal VIP?"

"Dia bagian VIP kelas B Henry yang memimpin ada tiga orang lainnya bersamanya. Untuk kelas A, Lucas menempati area itu dengan dua orang lainnya."

Bagian VIP terbagi dua. Yang pertama kelas A adalah untuk Kaisar dan raja-raja serta orang paling berpanguruh lainnya di kekaisaran. Sementara di kelas B terdapat para bangsawan penting beserta pangeran dan putri dari berbagai kerajaan.

Liam selesai bersiap. Ia menyingkap tirai dan seseorang yang tadi melapor memberikan sebuah topeng hitam padanya. Semua prajurit menara menggunakan topeng saat mereka bertugas untuk menjaga kerahasian identitas.

Liam memakai topeng hitam dengan ukiran sederhana bewarna perak, yang menandakan dirinya sebagai pemimpin pasukan. Sementara anggotanya memakai topeng bewarna putih polos.

"Apa anda akan mengawal VIP bos?"

Dibalik topengnya Liam tersenyum remeh, "Heh, memangnya mereka siapa sampai harus mendapat pengawalan khusus dariku?"

Anggotanya tersenyum kecut, "Sekarang saya mengerti kenapa tuan Mihail sangat putus asa dengan anda."

"Itu yang aku harapkan. Tapi bujangan tua itu sangat keras kepala."

"Itu bagus. Kalau tidak begitu tak ada lagi orang yang bisa mengendalikan anda bos."

Liam menghela nafas lelah, "Kau tau apa Zen. Hidupku sudah amat melelahkan tapi masih harus menuruti melakukan ini-itu."

Zen mengepalkan tangannya, "Semangat bos, semua akan indah pada akhirnya."

Liam tak membalas lagi. Dia berjalan diikuti oleh Zen di belakangnya.

"Dimana kita akan dinas bos?"

"Hm? Tentu saja ditempat dimana aku akan bisa tidur dengan tenang."

||||||||||

"Hanya ini yang ku temukan dijalan tadi."

Eugene menatap tak percaya pada Javier yang menunjuknya dengan santai. Harga dirinya memang sudah tak tertolong lagi bila depan murid-murid kelas alpha.

"Apa ini? Kenapa malah kau yang muncul?" Komentar Emerald tak suka. "Mana Liam?"

Allen yang pergi bersama Javier mencari Liam mengedikkan bahunya, "Tidak tau. Dia tak ada dimana-mana."

"Kupikir dia akan kesini setelah selesai," ujar Sena. "Apa dia tak melihat kita saat bertanding tadi?"

"Hmm... anak itu suasana hatinya tak menentu." Sahut Emerald. Lalu dia menatap Eugene yang telah duduk dengan santai diatas semua tekanan mental yang ia terima. "Ngomong-ngomong kau menang taruhan dengan si kumis kan?"

Eugene berlagak tidak dengar. Matanya menatap pertandingan yang tengah berlangsung, "Wah cukup sengit kelihatannya."

"Oke malam ini kita pesta barbeque lagi," ujar Alexis. Kebetulan dia duduk tepat di belakang Eugene. "Acara tersebut disponsori oleh wali kelas kita yang terhormat."

Eugene menatap tak percaya anak didiknya yang biasanya paling pendiam itu. Sementara yang lainnya melakukan selebrasi ala kadarnya. Mereka sudah memikirkan daftar menu untuk menguras isi dompet Eugene malam ini.

"Jika Liam tak datang aku tak akan membiayai makan kalian." Eugene memilih jalan pintas. Dia tau Liam yang memegang komando divisi keamanan. Semakin menuju puncak acara semakin dia sibuk memperketat keamanan dan membasmi tikus-tikus kecil yang menyebabkan masalah di area akademi selama acara berlangsung.

Eugene mendapat tatapan sinis dari Emerald dan yang lainnya.

"Cih, itulah sebabnya tak ada satupun wanita mendekati mu hingga sekarang."

"Masalah barbeque jangan dikaitkan dengan status asmaraku. Kau sungguh melukai hatiku Luna."

"Mati saja sana."

Ah, Eugene harus memohon agar Mihail memindahkannya ke menara kembali.

|||||||

Brak!

"Satu, dua, tiga.... Hanya segini?" Tanya Liam setelah menghitung 'tangkapan' mereka hari ini. Beberapa penjahat kecil yang berusaha mengacau atau pun berbuat kejahatan seperti mencuri dan lainnya.

Tiga orang ditemukan. Satu diantaranya kedapatan mencuri. Dua lainnya bersekongkol menculik salah seorang anak pejabat penting yang hadir. Mereka sudah terikat dengan erat dan dimasukkan ke dalam sel tahanan.

"Bos, mereka mau diapakan?" Tanya Zen sementara itu tiga orang temannya sudah merenggangkan badan seakan bersiap untuk penghakiman.

Liam berpikir sejenak, "Yang mencuri, pisahkan dia."

"Oke." Salah seorang anggota keamanan masuk ke sel dan menyeret si pencuri keluar, "Yang ini harus kami apakan bos?"

Liam melambaikan tangannya tak peduli. Kalimat selanjutnya membuat si pencuri pucat pasi, "Lakukan sesuka kalian."

"Hehehe...." Tiga anggota keamanan pergi bersama pencuri itu. Sekarang tersisa Liam dan Zen serta dua orang penjahat lainnya.

"Kalau yang ini, haruskah kita mengorek informasi dulu?" Tanya Liam retoris. Dia menatap Zen, "Panggil Lucas, dia ahlinya dalam membuat orang 'bicara'."

Dan begitulah bagaimana penderitaan para penjahat itu dimulai hingga fajar tiba.

Sementara itu Eugene tetap kehilangan isi dompetnya karena terkena bujuk rayu Sena. Harusnya dia tak mempercayai seorang pun di kelas alpha. Tak satupun dari mereka yang normal.

|||||||||

Be The Devil PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang