"Naa, bangun" Gerald menepuk pelan tangan fayyana membuat gadis itu bergerak tak nyaman."Naa... "
Takk
Fayyana meringis mengelus keningnya yang trasa sakit "budek, bangun!" cetus liam yang memukul kepala fayyana dari belakang.
Dengan mata memerah khas orang yang baru saja bangun tidur fayyana menatap wajah tampan milik Gerald "aku jelek ngga?" tanya nya tiba-tiba.
"Jelek banget!" Cibir liam dari belakang.
Fayyana menoleh melirik liam, fayyana mengangkat sebelah bibirnya memandang tak suka ke arah liam "apasih lo, sirik banget!"
"Bangun, kita udah sampai" Ujar gerald berdiri dari duduknya sambil memegang tas miliknya "loh udah sampai?, kenapa lo ngga bangunin gue?" tanya fayyana dengan raut wajah yang sedikit kesal.
"Di bangunin, tapi lo aja yang kebo" sahut liam menimpali.
Fayyana berdecak merotasikan kedua bola matanya, ia berdiri sambil merapikan rambutnya yang trasa sangat brantakan "gue keluar duluan" ucap gerald yang mendapat anggukan dari fayyana.
"ANAK-ANAK AYO TURUN!" himbau pak didit dari luar yang langsung di ikuti oleh siswa-siswi amorfati.
Satu persatu siswa siswi amorfati keluar dari pintu bus secara teratur dengan tas yang mereka bawa di punggung masing-masing. baru saja keluar dari bus mereka sudah di sungguhkan oleh pemandangan hutan yang terlihat cukup bagus namun terkesan sedikit mengerikan.
Pohon-pohon besar yang menjulang tinggi serta rumput-rumput liar yang tumbuh dengan subur serta suara-suara burung yang berterbangan membuat suasana di hutan selatan tampak sedikit mengerikan.
"Pak, kenapa ke hutan selatan sih?, kenapa nggak ke hutan bambu saja, kan lebih estetik"
"Yasudah pergi saja sendiri" jawaban dari pak didit membuat siswi yang bertanya tadi menutup mulutnya rapat-rapat.
Suara tawa murid amorfati sedikit membuat suasana hutan sedikit lebih cerah, sebagian dari meraka yang tidak menyukai hutan selatan ada juga siswa-siswi yang malah menikmati tiupan-tipuan angin yang menyambar kulit mereka.
"KALIAN TIDAK PERLU PROTES, INI ADALAH LOKASI KITA, KALIAN JUGA SUDAH DI BERITAU LOKASINYA SEBELUM IKUT KEMARI, JADI JANGAN ADA YANG PROTES." tegas pak didit melirik sinis murid-murid nya.
"JIKA KALIAN PROTES KALIAN BOLEH PULANG SEKARANG, JIKA KALIAN MAU BAPAK TIDAK AKAN MELARANG"
Siswa dengan kamera kecil di tanganya mengangkat tanganya ke udara "pulang pakek apa pak?" tanyanya.
"JALAN KAKI!"
"Bapak yang benar saja pak, masak kita harus jalan kaki"
"Ya itu derita kalian, siapa suruh mau pulang" celetuk pak didit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two twilight (HIATUS)
JugendliteraturDijadikan musuh oleh ayah sendiri itu bukanlah kemauan ataupun pilihan, itu adalah takdir, takdir yang tidak bisa seorangpun yang mengubahnya. Fayyana shazana adhiyaksa, gadis cantik yang sebentar lagi berusia 18 tahun. gadis pemberontak sekaligus...