Chapter 5

598 76 9
                                    


____

Beberapa kaleng bir tergeletak tak tertata di meja apartemen yang tak terlalu besar itu.

Sudah dua jam lebih Lisa tergeletak tak berdaya di apartemennya, sungguh menyedihkan melihat keadaannya sekarang. Rambutnya acak-acakan, pipinya agak membengkak efek tamparan Ryn.

Lisa tertawa miris. Ia baru saja membangun kariernya, namun wanita ular itu dengan mudahnya merenggutnya. Ia membenci Ryn tentu saja, namun sejujurnya orang yang sangat Lisa benci bukanlah Ryn ataupun Nessie melainkan Albern.

Albern Pironi. Pria yang sebelumnya membantu Lisa untuk bergabung ke Blitz Model's Agency itu merupakan mantan kekasih Lisa semasa sekolah menengah. Hubungan mereka berakhir disaat Lisa menolak untuk melanjutkan hubungan mereka lebih jauh, sehingga ia melanjutkan kuliahnya ke Amerika. Dan fakta inilah yang membuat Ryn sangat membenci Lisa dan selalu bersikap protektif terhadap kekasihnya.

Dan yang membuat Lisa lebih membenci Albern ialah fakta Albern sudah memiliki kekasih, namun tetap meminta Lisa kembali pada pria itu. Bahkan Albern dengan beraninya mengatakan pada Ryn bahwa Lisa lah yang menggoda dirinya. 

Pria pengecut seperti itu sangat memuakkan. Lihatlah bagaimana dia bertindak di depan kekasihnya, dia hanya menuruti dan tunduk pada kekasihnya bahkan saat kekasihnya menyakiti seseorang.

Huh, memikirkannya membuat kepala Lisa serasa ingin pecah. Ia hanya bisa bertahan setidaknya hingga ia dapat menstabilkan kariernya yang masih baru ini.

Lisa beranjak untuk berendam air hangat, ia tidak ingin berendam terlalu larut kali ini karena tubuhnya butuh istirahat.

.

Di mansion keluarga Arnault.

Sebuah SUV hitam berhenti tepat di area depan pintu masuk mansion. Frédéric turun dari kursi pengemudi meninggalkan SUV-nya untuk ditangani penjaga yang berada di sana.

Ia melangkah masuk ke mansion disambut oleh penjaga, "Malam, Second Young Master."

Frédéric sedikit menganggukkan kepalanya, ia melangkah melihat sekeliling mansion sambil berjalan menuju lantai 2. Frédéric berencana untuk pergi ke ruang kerja ayahnya.

Ia mengetuk pintu tiga kali sebelum masuk ke dalam ruangan, itu merupakan aturan yang diterapkan di mansion itu. Sesaat ia masuk ke dalam ruangan kerja ayahnya, ia disambut oleh ayahnya yang sedang berkutat dengan beberapa dokumen. "Jean bilang kau akan kembali besok."

"Malam Ayah. Aku kembali lebih cepat." jawab Frédéric sambil mendudukkan dirinya di sofa.

"Malam. Sering-seringlah pulang, ibumu merindukanmu." jawab Tuan Arnault yang sedang berjalan menuju Frédéric yang berada di sofa. "Beberapa hari lalu ibumu mengatakan ia ingin kamu menikah, nak"

Tubuh Frédéric menegang. Ibunya beberapa kali memang mengatakan hal ini padanya. Namun ini kali pertama ayahnya mewakili ibunya. Apa ibunya sudah sangat menginginkannya menikah?

Tuan Arnault tau apa yang dipikirkan putra keduanya itu. "Jangan terlalu kau pikirkan, ibumu bertemu dengan temannya yang akan memiliki cucu. Kau yang paling dekat dengan ibumu, wajar saja jika dia langsung memikirkanmu."

Frédéric menghela nafas, "Hm.. akan kupikirkan." 

Frédéric dan ayahnya berbincang beberapa menit sebelum ibunya masuk ke ruangan tersebut. "Oh Frédéric akhirnya kamu kembali." Nyonya Arnault mencium kening anaknya yang sudah 2 bulan ini tidak kembali ke mansion keluarga.

Frédéric hanya bisa pasrah. Nyonya Arnault merapikan rambut anaknya yang berantakan. "Kenapa tidak menghubungi ibu jika kamu kembali malam ini. Jean mengatakan kamu kembali besok."

Something Only We KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang