Scifer • Kancilia

17 2 0
                                    

Bedah buku

"Kancilia"

Karya Cacinggrama

Karya Cacinggrama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Review •

1. Ram
Cerita ini sebenarnya dapat menciptakan refleksi tentang konsekuensi dari tindakan buruk dan
karma. Namun, ia lebih terlihat seperti fabel fiksi ilmiah dengan kombinasi elemen-elemen aksi cepat
yang ceria. Oleh karena itu, saya rasa cerita ini belum layak disebut cerita secara utuh karena naratif
yang bersifat non linear dan alur yang tergesa-gesa—bisa dimaklumi, sih.
Motivasi dari karakter Kancilia yang cerdik dan bermoral abu-abu (karena mencuri adalah tindakan
yang sebenarnya tidak terpuji) belum terdefinisikan, meski sudah diperkenalkan dengan lumayan
baik melalui aksi peretasan sebagai adegan pembuka. Namun, sayangnya kemampuan tersebut tidak
dideskripsikan lebih lanjut sehingga kurang dapat membangkitkan visualisasi di benak pembaca
seperti saya.
Tone yang dibawakan agak terkesan misterius dengan sisipan humor ringan. Saya rasa, kisah seceria
ini memang tidak diperuntukkan bagi pembaca yang lebih menyukai nuansa angst dan gelap.
Meski demikian, adanya unsur fiksi ilmiah yang mengeksplorasi dunia metaverse, drone, serta NFT
sebagai alat transaksi ilegal menunjukkan pemahaman yang baik dari penulis tentang teknologi dan
tren dalam dunia tersebut.
Twist di akhir cerita menambah elemen kejutan yang cukup menyegarkan dan dapat meningkatkan
daya tarik. Ending cukup memuaskan dan memiliki potensi untuk eksplorasi karakter. Pertimbangkan
untuk memberikan ruang bagi pengembangan cerita lebih lanjut.
Sebagai catatan, hendaknya penulis lebih berhati-hati dalam memilah penempatan dialog tag
maupun action tag secara tepat. Ini dimaksudkan agar pembaca tidak salah paham, tanpa perlu
mengulang membaca berkali-kali untuk memahami siapa yang sedang berbicara dan siapa yang
melakukan ini dan itu, terutama pada naratif yang menggerakkan plot.
Jangan ragu untuk menyisipkan eksposisi di antara dialog untuk sedikit memperlambat alur, selama
tidak overtelling. Perlu diingat, tiap-tiap pembaca memiliki preferensinya sendiri, sehingga kesan
yang ditimbulkan setelah membaca bisa sangat subjektif.

2. Oscar
(Bukan) Review Kancilia (Lebih ke kritik)

Overall, saya lumayan suka, hanya saja narasinya yang berasa nanggung dan ditulis terlalu pendek.
Meskipun ini cerita pendek, bukan berarti narasinya harus pendek-pendek. Tapi, kan bisa saja itu gaya
nulisnya penulis, iya sih, tapi bayangin kalau kita lagi minum dan pas nelan harus seteguk-seteguk dulu.
Selain itu, sepanjang membacanya saya nemuin banyak koma yang seharusnya jadi konjungsi atau akhir
kalimat. Sama halnya seperti yang saya bilang sebelumnya itu berasa ‘nanggung’.
Mungkin kedepannya penulis dapat mengisi/membenahi bagian yang terasa nanggung.
Namun, di samping semua itu, okelah.

3. Dean Floyd
Awal-awal udah mulai bisa membayangkan apa yang penulis maksudkan dengan
tulisannya. Singkat dan mudah dicerna karena kesederhanaan kata yg dipilih. Suka sama
sifat karakter Lia yang sembrono dan blak-blakan tapi paham sama kemampuan diri. Sejauh
mata memandang, kukira emang bakal dapat akhirnya yang dramatis karena akun Lia
terhapus. Tapi kachoww, dipatahkan dengan kalimat "Atau itu yang diharapkan". Keren asli,
plot twist sederhana tapi berhasil banget. Karena kita semua nggak suka ending MC-nya
mati.

4. Kahnivorae
[Judul]: Kancilia
[Pengarang]: Cacinggrama
[Genre]: Fiksi Ilmiah-Petualangan
[Toughts on]: Aku suka nama-nama yang dipilih oleh penulis, sesuai dengan karakter tokohnya.
Kesan scifinya dapet. Sayangnya, cerita pendek ini terasa kosong. Banyak paragraf yang seakan-akan
sengaja dibuat secara tersurat, kurang penggambaran yang indah. Butuh dua kali membacanya untuk
bisa mengerti jalan ceritanya. Namun untuk orang awam, yang ga suka cerita bertele-tele sekaligus
suka cerita on point ini bacaan sekali duduk yang tepat.
[Favorite Line]: Nah, kan, Karma
[Favorite Character]: Raga (maksudku kebencian kita berdua beralasan.)
[Di Review Oleh]: Kahn Ivoræ

5. Gilang Gazi
Mengusung diri sebagai rekontruksi fabel dalam tataran tema futuristik, “Kancilia” hadir sebagai
cerpen fiksi ilmiah dengan cara bertutur yang energik tanpa menghilangkan elemen-elemen klasik.
Tampil dengan susunan narasi lugas yang nyaris non-linear nan ambigu, alur kancilia bertempo cepat
dengan gembar-gembor pada tataran aksi yang tiada henti. Kancilia – sang bintang utama sukses
memukau pembaca dengan aksi pencurian semi bombastis nya pada paragraf awal, walau penulisnya
tidak cukup memberikan justifikasi yang serupa pada paruh tengah yang cukup melempem. Hal ini
diperlemah dengan minimnya deskripsi yang matang hingga imajinasi yang diinginkan penulis tidak
terlalu sampai pada pembaca.
Kendati demikian, bukan berarti karakter kancilia tidak dapat dinikmati. Selain moralitas abu-abu dan
tipikal vigilante yang lazimnya digemari dan mudah menuai atensi, tidak dapat dipungkiri bahwa
visualisasi cantik nan elegan dari ilustrasi sanggup untuk menyita hati para pembaca.
Kembali pada aspek penceritaan, Kancilia hadir dengan tone misterius, sekaligus santai meski
diceritakan dengan sedikit terburu-buru. Namun, untungnya penekanan aspek fiksi ilmiah terbilang
sukses dengan penambahan detail-detail metaverse yang dideskripsikan dengan apik. Tirik lemah
penceritaan terletak pada penempatan dialog dan pemenggalan narasi dalam mengatur kecepatan
plotnya.
Twist di akhir cerita terbilang bagus, dan endingnya cukup untuk menjadi penyambung untuk
kelanjutan kisah kancilia nanti (bila ada).
Terakhir, kancilia adalah cerpen yang sangat potensial untuk dikembangkan sekuelnya. Ada banyak
sekali pilihan dimensi plot yang secara eksploratif bisa dikembangkan lebih lanjut. Dan tentunya,
tidak sabar bagi para pembaca untuk menantikan waifu mereka - kancilia untuk kembali beraksi.

Recensio BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang