Seorang pria berperawakan tinggi tegap dengan tampilan yang berantakan itu tampak kacau sekarang. Langkahnya yang sempoyongan dan tak menentu arah membuat siapa saja yang melintas harus bisa menghindar darinya. Bahkan suara gemuruh dan riuh berisiknya sekitar sama sekali tak membuat pria berusia 30 tahunan tersebut terpengaruh. Justru yang ada malah semakin acuh tak acuh karena sibuk dengan dirinya sendiri yang entah akan pergi kemana.
"Damian! Stop woii!" seruan lantang dari arah belakangnya terus menggema dan berulang kala sang empu tak menghentikan langkah.
Derap langkah kaki yang terburu-buru untuk menghampirinya juga semakin jelas sampai akhirnya membuat pria itu menoleh.
"Mau kemana sih? Jangan nekat, kau sedang mabuk berat, Dam," ujar salah seorang pria lain yang sejak tadi mengejarnya saat berhasil menahannya untuk berhenti.
"Nggak. Aku gak mabuk, Sam. Tapi kepalaku sangat pusing dan tubuhku panas sekarang. Aku ingin segera pulang," akunya.
Dan ya, kondisi pria yang bernama Damian itu yang sebenarnya adalah bukan sedang dalam pengaruh alkohol. Ia berjalan sempoyongan dengan tak tentu arah tadi lantaran kepalanya yang berdenyut pusing dan pemandangannya yang mulai kabur. Ditambah lagi sensasi panas yang ia rasakan membuatnya benar-benar gila sekarang. Karena satu hal yang perlu dicatat, Damian sangat tolerir dengan kadar alkohol untuk setiap minumnya. Ia tak mudah mabuk, membuatnya mustahil tumbang hanya dengan satu kali minum alkohol takaran gelas kecil seperti tadi.
"Sebenernya apa yang tadi kau minum?"
"Aku gak tahu pasti di dalamnya ada apa, yang jelas aku hanya menenggak segelas wine seperti biasa. Tapi kenapa rasanya tubuhku begini sekarang? Tolong aku, Sam."
Damian sampai melepas paksa cekalan Samuel dari pergelangannya dan memberikan jarak di antara mereka. Ia tak ingin kulitnya bersentuhan dengan siapapun, walau sekadar untuk memegangnya saja.
"Jangan-jangan Laura dalang semua ini," tebak Samuel kala mengingat bahwa perempuan itu selalu menempel dengan Damian tadinya.
"Shit! Perempuan gila. Tolong bawa aku ke apartemen sekarang! Aku gak tahan lagi, Sam."
Damian meminta dengan melas pada sahabatnya itu agar bisa segera diantar kembali. Namun tidak ke rumahnya, melainkan apartemen yang selalu menjadi tempat pilihannya saat dalam situasi dan kondisi yang buruk.
"Kunci mobil?"
Damian melemparkan kunci mobil miliknya pada Samuel dengan cepat. Keduanya pun berjalan tak beriringan menuju ke tempat parkir, meninggalkan area diskotik tersebut secepat mungkin. Karena saking "untouchable" nya Damian saat ini, ia sama sekali tak ingin dekat atau sengaja memberikan jarak pada siapapun yang melintas di dekatnya. Dan selama di perjalanan, pria itu nyaris melepas seluruh kancing kemejanya setelah mengatur air conditoner dalam mobilnya itu. Jika saja Samuel tak mencegahnya, mungkin Damian sudah benar-benar bertelanjang dada saat ini.
"Stop it, Dam!"
"Panas, Sam. Aku ga kuat!" bantahnya.
Tak peduli mau bagaimana Samuel menahannya, Damian tetap melepaskan kemejanya dengan asal.
"Jangan gila! Kau ingin melepas celanamu juga di sini? Orang-orang bisa menuduh kita yang macem-macem, Dam."
Samuel dibuat frustasi dengan sikap Damian saat ini. Bahkan ia sampai tak fokus untuk menyetir karena melihat tingkah Damian yang kali ini hendak melepaskan celana kainnya itu.
"Andai kau tau, betapa sesaknya celana ini sekarang," geram Damian mati-matian menahan sensasi gila yang sangat menyiksanya itu.
Alhasil Samuel yang menang. Damian berhasil menahan diri untuk tidak menanggalkan celananya, meski ia sendiri menggunakan celana rangkap hanya demi kebaikannya sendiri di depan umum. Ia tak akan melakukan itu sebelum benar-benar tiba di apartemennya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Sleep
RomanceBACA GRATIS SELAGI ON GOING❗ ⚠️ 21+ area. (Jangan DENIAL baca jika masih di bawah umur!). ⚠️ Contains harsh language, swearing and vulgarity. ⚠️ Full Fiction. ~~~ Bukan CEO, bukan mafia, apalagi starboy ibu kota. This is the sole heir to the misch...