31. Happy New Year

2K 269 23
                                    

Suasana kediaman Keenan Dirgantara amat sangat ramai, selain keluarga kecilnya, bungsu Keenan juga mengajak teman-temannya untuk ikut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana kediaman Keenan Dirgantara amat sangat ramai, selain keluarga kecilnya, bungsu Keenan juga mengajak teman-temannya untuk ikut. Heboh sekali. Disaat yang lain tengah sibuk membakar sosis dan juga ayam, Jevian malah sibuk meniup terompet miliknya. Sengaja dibelikan satu oleh Jaffar karena tak mau mendengar banyak suara bising dari terompet.

Kembar tiga sempat protes karena merasa tak adil, namun Jihan memberi pengertian. Untungnya si kembar tiga, tak memperpanjang aksi mereka. Kalau saja yang tidak dibelikan terompet adalah Jevian, maka anak itu pasti akan merajuk berkepanjangan.

"Adek, sini bantu dong!" suara Jihan terdengar memanggil Jevian. Jihan sedang sedang sibuk mengolesi ayam-ayam yang telah disusun di atas pemanggang, dibantu oleh Abu.

Oh Awan dan Abu yang juga ikut bersama mereka. Keduanya juga tak mau kalah dengan yang muda, apalagi Awan, sedari tadi sibuk mencari lagu yang pas untuk dijadikannya teman mereka.

"Okey." jawab si bungsu ceria. Dirinya berjalan riang ke arah sang ibu. Meminta kuas untuk mengoles bumbu pada ibunya.

Jihan memberikan kuas itu pada Jevian. Sembari mengawasi si bungsu yang mencuri-curi untuk menaruh saus lebih banyak. Jihan mendengus saat melihat Jevian mengolesi saus lebih banyak dari pada yang tadi diperintahkan olehnya, maka setelahnya, Jihan mengusir si bungsu secara halus.

"Itu bantu Abang aja sana." Jihan menunjuk dua kembar diujung sana.

Jevian menggeleng menolak. Matanya menatap Luka dan Dery yang tengah menuang sirup pada tempat besar berisi es batu. Anak itu malas bergabung dengan dua kakaknya itu.

"Nggak ah, males."

"Allah... Sana sama Ayah aja kalau gitu." Jihan mengelus dada mendengar ucapan Jevian. Memang anaknya ini suka seenaknya kalau menjawab, jadi Jihan memberi opsi lain untuknya.

Lagi-lagi Jevian melirik pada apa yang ditunjuk oleh sang ibu, matanya menatap ayahnya yang tengah menyusun petasan petasan di sekitar pagar milik mereka, dibantu dengan Jovan, Sofyan, dan juga Jaffar. Lalu anak itu melirik pada Awan yang masih sibuk berdiri di depan laptop milik Dery yang sudah disambungkan ke speaker, kakeknya itu belum juga mendapatkan lagu yang pas. Ada juga Ajun dengan Rifky dan Chandra yang tengah memanggang jagung dan juga sosis. Memang hanya dirinya yang menganggur, maka dengan ogah-ogahan, Jevian berjalan mendekati ayahnya.

"Ada yang mau Adek bantu nggak?" tanyanya dengan lesu. Padahal tadi sewaktu belum disuruh-suruh oleh Jihan, anak itu lah yang paling semangat.

Keenan tertawa melihat wajah bungsunya. "Udah nggak ada, nak. Udah selesai, Adek duduk aja sana sama Awan." suruh Keenan sampai mencuci tangan pada keran yang biasa dijadikan sambungan untuk mencuci mobil.

Jovan mendelik tak terima saat Jevian mengangguk dan berbalik arah ingin menuju Awan dengan langkah riangnya.

"Heh bocil! Ini tali plastiknya lu balikin sana ke gudang!" Jovan menunjuk tali rafia yang berada di bawah keran.

meilleurs amis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang