Bab 13. Calon Tunangan

894 106 6
                                    

"Yang Mulia, nona Karin Orsena telah tiba."

Salah satu penyihir Istananya datang melaporkan kepada Alberu, sudah beberapa hari sejak dia membawa pulang Pangeran Henituse dan dia telah memindahkan sebagian besar penyihir ke Istana luar. Sekarang Alberu memiliki banyak dokumen tambahan yang harus dilakukan karena melakukan perombakan besar-besaran di Istana, dia terus memeriksa semua dokumennya selama mendengarkan laporan.

"Kapan kami membuat janji temu?"

Alberu bertanya pada sekretaris nya, pria muda yang seperti anak ayam itu dengan cepat membolak-balikan catatannya dan mencari janji temu Kaisar.

"Hari ini memang seharusnya nona Karin berkunjung, Yang Mulia."

"Katakan padanya untuk datang di hari lain." Alberu memerintahkan pada penyihir itu setelah mendengar konfirmasi sekretaris nya, ada terlalu banyak dokumen yang harus diselesaikan hari ini.

"Baik, Yang Mulia."

Penyihir meninggalkan ruang kerja Kaisar dengan tenang.

Sementara itu di sisi lain Istana.

"Mereka bilang aku ini sangat lemah sampai seharusnya tidak bisa hidup lagi selarang, huh!" Cale menendang batu yang ada di taman itu dan membuatnya terbang ke batang pohon.

Buk!

"Aduh!" Tapi siapa sangka buah dari pohon itu malah jatuh ke atas kepalanya.

"Ugh, hei dasar pohon ini!"

Siapa yang bicara dengan pohon? Cale merasa dirinya benar-benar konyol.

"Hihi."

Tentu saja Cale tidak menyadari benda transparan melayang dan bersembunyi di balik pohon yang baru saja dia tendang, mungkin Cale seharusnya tidak menendang batu ke tempat tinggal orang lain sembarangan.

Saat Cale berjalan semakin jauh di taman dia berpapasan dengan seorang wanita yang sepertinya sedang melihat-lihat sekitar.

'Hei bukankah Kaisar bilang Istana ini untukku?'

Jadi harusnya tamu di luar tidak boleh masuk? Dan wanita ini tidak mirip Kaisar jadi tidak mungkin anggota keluarga.

"Oh, ini adalah Pangeran Henituse? Anda lebih manis dari yang saya kira."

"Ya, halo nyonya."

Wanita itu mengerutkan kening saat mendengar Cale yang memanggilnya nyonya. Tapi kemudian Cale melihat wajahnya yang tampak terkejut meski segera berubah menjadi normal dalam sepersekian detik hingga membuat Cale bertanya-tanya salah itu hanya ilusi.

"Kalau begitu aku akan pergi."

Cale berbalik segera karena wanita ini sepertinya tidak cukup menyenangkan.

Melihat Cale yang berjalan pergi Karin tersenyum meski tidak terlihat senang dan ada kejengkelan di matanya saat dia bergumam.

"Aku tidak menyangka anda akan begitu peduli pada seseorang, Yang Mulia."

Karin bisa memperhatikan ada selimut kekuatan suci yang mengelilingi Pangeran, itu sangat halus dan lembut tidak seperti kekuatan suci dari pendeta.

Tanpa Cale sadari terdapat asap hitam yang mengikutinya masuk ke dalam, bersembunyi melewati semak-semak dan bunga di taman, beberapa helai daun bunga-bunga yang dilewati perlahan jatuh seolah kehilangan kehidupannya.

***

Malam semakin larut dan hanya menyisakan suara-suara hewan malam, Cale terlelap di atas ranjangnya, napasnya naik-turun dengan tenang dan lembut di balik selimut yang halus, tidak menyadari sesuatu yang bergerak di dalam kegelapan, perlahan-lahan mulai memenuhi seluruh penjuru istana hingga akhirnya hanya tersisa satu ruangan kamarnya. Kegelapan bergerak perlahan di dinding kamarnya inci demi inci hingga mencapai kaki tempat tidurnya dan naik mulai dari kakinya seolah menyelimutinya.

Cale terbangun di dalam ruangan yang gelap, saat melihat kesana-kemari kata yang terpikir di kepalanya adalah labirin, Cale berjalan mencari jalan keluar.

'Semua ini tampak aneh, di mana aku sekarang? Kenapa aku di sini?'

Cale terus berjalan dan berjalan semua tempat tampak sama, saat dia berlari ke satu tempat dia seperti kembali ke tempat sebelumnya dan mulai bingung.

'Ini mimpi, aku akan keluar saat bangun.'

Namun saat Cale memutuskan untuk berhenti bayangan menakutkan mulai mengintai di sudut-sudut gelap, dan suara-suara aneh yang terdengar seperti seruan roh-roh merayap di telinganya.

Tanah di bawahnya tidak stabil, seakan-akan menjadi air gelap yang bergerak tanpa kendali. Cale berusaha berteriak, namun suaranya tenggelam dalam desingan misterius yang merayap di sekitarnya, membuatnya semakin terperangkap dalam keheningan dan kegelapan.

Cale berlari menjauh dari suara-suara bisikan menakutkan namun hanya membawanya pada lorong-lorong gelap lalu ketempat-tempat yang tak dikenal, dipenuhu oleh bayangan-bayangan yang tak dapat dijelaskan. Setiap sudut terasa seperti perangkap, mencoba menguji keberaniannya dan merusak ketenangan batinnya. Saat Cale akhirnya merasa berada di ujung jalan bayangan bayangan hitam semakin mendekat membuatnya terpinggirkan di sudut, saat Cale hendak melawan dan berteriak, secercah cahaya datang dari ujung jalan yang jauh membuat semua bayangan hitam yang mencoba menenggelamkannya menghilang seperti debu.

Cale seperti jatuh di lautan lepas saat cahaya perlahan-lahan mulai menghilangkan kegelapan, saat dia membuka matanya, langit-langit kamar yang tidak begitu familiar terlihat dan sentuhan hangat di dahinya terasa nyaman.

Cale bertatapan mata dengan mata cokelat yang indah.

"Uh, siapa?"

Pria itu tersentak saat melihat Cale yang tiba-tiba terbangun dan menarik tangannya dengan cepat, lalu dengan sopan mundur dari tempat tidur dalam jarak yang sopan.

"Pangeran akhirnya sadar." Katanya.

"Hah, aku?"

Cale mencoba melihat sekeliling namun tubuhnya sangat sulit untuk digerakkan, sampai akhirnya dia menyadari siapa orang yang ada di dekatnya, ini adalah Kaisar Roan, Alberu Crossman. Cale tidak mengenalinya karena dia berpakaian selayaknya Kaisar tidak seperti saat pertemuan pertama mereka, rambutnya ditata rapi dan telinga runcing terlihat dari balik rambut cokelatnya.

'Benar, Kaisar Roan tidak sepenuhnya manusia.'

Cale berpikir dalam hati.

'Tapi kenapa aku tidak bisa bergerak?'

"Pangeran sudah tidur selama tiga hari."

Alberu menjelaskan saat melihat kebingungan di wajah Cale.

"Apa?" Cale terkejut dengan suaranya sendiri yang begitu serak.

Seorang pelayan datang dan memberikannya air, sementara Alberu berbicara dengan seorang pendeta di ujung ruangan.

"Menurut saya ini adalah serangan sihir hitam." Pendeta menjelaskan spekulasi nya sambil memperhatikan dengan hati-hati sekeliling ruangan.

"Kau yakin?" Alberu mengangkat alisnya bingung. "Bukankah ini karena kelelahan? Dan ada banyak penyihir di sekitar mungkin saja dia bertemu salah satunya entah bagaimana."

"Itu menurut dugaan saya, mendeteksi sihir hitam dengan pasti hanya bisa dilakukan orang suci atau keluarga Kaisar, saya hanya pendeta biasa." Jelas pendeta.

"Jika yang kamu katakan benar, itu artinya ada penyihir hitam di dalam istana?"

Pendeta berhenti bicara dan dengan ragu-ragu melirik ke arah Alberu dia kemudian menarik napas perlahan sebelum menghembuskannya dengan berat. "Anda tahu saya tidak bisa memastikan itu."

Alberu mengangguk pendeta biasa tidak akan bisa mendeteksi penyihir hitam bahkan orang suci pun tidak bisa dengan mudah untuk melakukannya. "Baiklah, terimakasih aku akan memanggilmu lagi lain kali jika terjadi sesuatu."

Pendeta mengangguk berterima kasih dan pamit untuk pergi, Alberu meninggalkan kamar saat pelayan datang dan mulai membantu Cale untuk membersihkan diri, tapi Alberu tidak bisa melupakan begitu saja apa yang dikatakan Pendeta padanya. "Penyihir hitam, ya." Alberu berpikir sambil terus berjalan, dia pikir semuanya baik-baik saja dibawah pemerintahannya terlepas dari perang yang sedang terjadi dia tidak pernah menyangka akan ada penyihir hitam yang masuk ke istana dan bahkan berhasil mengusiknya.

________________________________________

3 Feb 2023

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seduce the Villain's F̶a̶t̶h̶e̶r̶ Emperor!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang