Yeri pov
Sudah hampir satu Minggu lebih aku dan kekasihku berjarak karna kesibukannya yang sangat padat. Bahkan sekarang aku harus pulang sendiri karna dia tak bisa mengantar aku pulang.
aku masih sering mengalami Morning sick dan bahkan mengidam hal yang tak jelas di malam hari, itu menyiksaku! Sangat! Apalagi ketika tengah malam aku menginginkan sesuatu tapi aku tak bisa mencapainya karna aku takut sendirian. Aku perlu menahan itu sampai aku tak bisa tidur, ya Tuhan.. aku perlu lebih banyak berkoordinasi dengan bayiku untuk menyelamatkanku dari siksaannya.
Aku mencoba mengirimi pesan padanya tapi tak ada jawaban, apa dia belum keluar kelas?.
Aku akan pergi ke kelasnya sampai aku menemukan dia baru saja keluar dari kelasnya.
"Sayang.." Panggilku dan dia menoleh ke arahku.
"Hay..."
"Aku mencoba menghubungimu tadi.." kataku dan dia menaikan kedua alisnya.
"Benarkah? Maafkan aku.. aku tak melihatnya" katanya dan aku tersenyum memeluk pinggangnya.
"sayang... aku ingin jalan jalan bersamamu.. tiba tiba aku ingin makan mochi.. bisakah kita membelinya?" Aku mengajaknya dan semoga kali ini dia punya waktu, dia sudah janji.
"Sayang? Maafkan aku.. aku belum bisa menemani kamu.. kamu dengan Yeji dulu ne.. aku berikan uangnya dan belanja lah sesuka hatimu bagaiman?" Sudah ku duga.. dia akan menolakku.
Aku melepskan pelukanku malas ke arahnya.
"Lagi tas? Kamu sibuk lagi? Ini sudah hanpir satu bulan bahkan kamu sibuk dengan urusan kamu! Mana janjimu yang akan menemaniku dan bertanggung jawab pada bayimu huh?!" Kataku tajam dan aku benar kesal dengan orang ini.
"Sayang.. bukan begitu... jangan marah dulu.. kan kamu tau aku sibuk karna apa... please.. tolong jangan marah.." katanya memohon dan entahlah.. aku benar kesal dengannya sekarang. Tak bisakah dia meluangkan waktu hanya sebentar saja untukku? Aku tidak membutuhkan uangnya! Aku tak butuh waktu yang lama, hanya setengah jam saja aku juga sudah merasa baik.
"Sayang? Hey... ok begini... bagaiaman jika besok? Besok aku janji akan meluangkan waktu untukmu" katanya dan janji? Dia terus berjanji tanpa ingin menepatinya.
"Kau sudah banyak berjanji padaku tas!" Kataku tajam menghapus air mataku yang jatuh.
"Mian... kali ini aku benar.. maaf ya.." katanya dan aku meliriknya tajam.
"Terserah kamu saja!, aku ingin pulang duluan" kataku dan aku pergi meninggalkannya. Aku benar tidak tau harus Bagaiamana lagi, terkadang aku sangat ingin marah padanya tapi aku perlu mengerti bahwa dia dalam masalah keluarga. Tapi apa aku harus diam saja tersiksa oleh keinginan ini? Aku juga tak mau seperti ini.
—————————
Aku menjadi gelisah, gelisah tak karuan karna menginginkan makan mochi di jam 11 malam. Aku melirik jam dinding dan ya ini hampir tengah malam. Apa aku harus membelinya sekarang? Ya Tuhan... kenapa setiap kali aku mengidam aku selalu tersiksa? Sayang? Tak bisakah kamu bekerja sama dengan ibumu ini? Kamu tau Ini sudah malam dan ibu harus istirahat.
Aku membuat diriku tertidur tapi tetap tak nyaman. Ini tidak akan berakhir sampai aku mendapatkannya, aku yakin.
Aku mengambil ponselku dan mencoba menghubungi atasa akan tetapi tak ada jawaban darinya. Apa dia tertidur? Seprtinya dia sudah tidur?. Ck! Ya ampun sayang... jangan siksa ibu please...
"Sayang? Besok pagi momma akan membelinya.. istirahat sekaranh please?" Kataku mengusap perutku yang masih rata.
Sumpah! Ini tidak berhasil! Aku semakin tersiksa meronta ronta sekarang. Ck! Baiklah! Ayo kita beli untuk memuaskannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky & butterfly 2
FanfictionBuku kedua dari sky dan butterfly 1. Biar gk bingung baca dulu yang pertama ok? Futa! G!P 20+++ Gk boleh salpak anjir!