Eric menepikan motornya ke sebuah kafé. Melepas helmnya dan segera masuk ke kafé, hujan masih deras. Cowok itu berjalan ke sudut dengan pemandangan area smoking bagian belakang. Ia pergi ke kasir dengan memakai topi setelah menaruh tas di meja.
"Selamat datang, silakan menunya di bagian sini." Pramusaji itu menunjuk akrilik berisi daftar menu lalu melanjutkan kegiatannya mengelap cangkir.
"Caramel Macchiato dengan extra caramel terus extra chocochip sama toast chicken crispy." Pramusaji itu langsung menaruh gelasnya setelah Eric mengatakan 'caramel' dan mulai menulis di layar.
"Atas nama-"
"Iya, tau. Duduk aja." Eric mengangkat kepalanya. Pemuda itu sedikit melotot dan menundukkan kepalanya segera. Pramusaji itu tertawa lalu menyebutkan total harga. Eric memberikan uang pas dan langsung pergi ke tempat duduknya.
"Duh, Bang Agam. Aaaa lupa kalo ini kafé dia!" Ya ya ya, menurutnya ini momen apes! Biasanya, Eric selalu kesini sih, dalam keadaan apapun. Tapi, biasanya saat perasaan seperti ini, bertemunya sama bang Bhanu! Jarang bertemu bang Agam. Ini kenapa malah di saat seperti ini bertemu Agam? Huh!
Eric malah menjadi cemas selama menunggu pesanannya. Tangannya hanya menaik turunkan reels Instagram yang sama.
Derap langkah kaki terdengar di telinga Eric. Cowo itu membuang muka ke arah jendela, malu. Ia malu dengan wajahnya yang sembap. Ia takut dan malas kalau-kalau bang Agam akan menceritakan ini pada Javas.
"Ini ya Ric." Nampan berisi makan dan minum itu menyentuh meja Eric. Tangan Agam menurunkan pesanan sang kenalan, ya... Eric masih membuang muka.
"Lepas aja topinya. Sepi kok."
"Ga. Nanti Lo laporan ke Javas. Males!"
"Loh?" Agam jadi gelagapan. Karena... Sejujurnya dia sudah melapor ke Javas.
"Di nikmatin aja makanannya. Plus, gue minta maaf yak!" Agam langsung berlari.
Eric melotot.
"Hah! Sumpah! Pasti dia udah kasih tau ke Javas! Males!" Batinnya.
Sudah lah, mau gimana lagi. Kayu yang sudah lapuk tidak bisa jadi kayu kokoh lagi 'kan?
Oh iya, tadi di telpon Agam dan Javas...
"Vas. Kakak Lo ni, di kafé gue."
"Oooh ya? Terus kenape? Ngapain laporan ke gue deh?"
"Sembap mukanye. Ga mau samperin?"
"Dih, buat apa? Plis lah, kenapa laporan ke gue. Dah lah bang, mending tidur, hujan ni."
"Ya kan Abang Lo."
"Mending Lo tanya aja kabar gue daripada ngabarin kabar Jericho."
"Ogah!"• •
"Lo ga merasa hutang sama gue?" Tanya Javas dari ambang pintu garasi yang memisahkan ruang televisi dan garasi. Eric yang baru saja melepas helmnya menatap kembarannya itu lumayan tajam.
Nada Javas ketus sebenarnya, makanya buat Eric semakin kesal! Dan apa? Hutang? Kenapa kembarannya itu jadi mirip papanya?
"Ga usah banyak tanya." Eric melewati Javas dengan sedikit menyenggol bahu cowok berwajah tegas itu.
"Maksud papa apa tadi?" Nada Javas langsung meninggi. Jericho mengurungkan niatnya untuk pergi ke dapur. Ia hanya terkekeh lalu mengambil botol kemasan di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance [JEJ]
Ficção AdolescenteJarak ini siapa yang buat? Jeno, Eric ft. Jake (R) © kulacinno 2023