[17] Blind

180 18 2
                                    

Sorry for typo(s)
...

Hueningkai's pov

Aku sedang berada di kamar kedua ku, lebihtepatnya ruang kerja ku. Yap, aku adalah seorang pengacara. Tak jarang aku memenangkan kasus-kasus besar, sehingga lawan klien ku pun akan berkecil hati ketika tahu bahwa aku adalah pengacara lawannya.

Tetapi entah mengapa, kasus kali ini terasa berbeda. Kasus ini sangat sederhana, aku sudah dapat membaca pola mainnya. Namun, begitu susah untuk ku ungkapkan karna banyak yang ku pertimbangkan.

Jika kau tanya aku dibayar berapa, maka jawabannya aku tidak dibayar sepeserpun oleh kak Soobin. Ya... pertanyaannya siapa yang akan meminta bayaran kepada seseorang yang telah membanting tulangnya untuk membiayai kuliah ku? Jika bukan karnanya saat itu, mungkin aku masih terjebak di toko tempat ku berkerja paruh waktu.

Maka dari itu, kali ini aku harus menang. Tak hanya menang, aku harus berhasil melindungi semua orang dalam genggaman tangan ku.

Aku membuka sebuah lembar kosong, aku tulis dengan pulpen berwarna merah untuk menulis pokok pikiran. Dilanjut dengan tinta hitam sebagai kalimat pengembangan. Jika kasus pertama tentang nona bernama Minnie itu sudah selesai, maka kasus selanjutnya adalah Shin Yuna.

Sebenarnya, bisa saja aku membahas tentang Kim Minjeong terlebih dahulu. Tetapi aku sangat sangat tertarik untuk membahas wanita ini. Siapa yang tidak semangat untuk membongkar alasan kematian mantannya?

Yaa... aku tidak bisa mengatakan bahwa dia adalah mantan ku. Dia sudah selingkuh terlebih dahulu ketika aku akan mengajaknya untuk menjalin hubungan yang lebih serius. Entahlah, rasa benci yang tumbuh didalam tubuh ku tumbuh menjadi rasa bahagia ketika mendengar kabar ini.

.
.
.

Yeonjun's pov

Aku menangis di dalam kamar ku seorang diri. Ini sudah seminggu semenjak Soobin ditahan. Aku tak bisa melihatnya setiap hari, kamera yang ia selipkan pun sudah ia kembalikan kepada Kai karna bahaya jika ketahuan. Hanya tersisa perekam suara yang ia bawa.

Terdengar suara ketukan dari pintu rumah, aku lihat di lubang pintu. Itu detektif Song! Aku membukakannya pintu. Sebenarnya aku tak ingin, tetapi hari sudah malam dan tak tega jika membuatnya berlama-lama diluar.

Mata dan hidungnya sembab, bibir kanan ku sedikit terangkat. Sedikit puas karna karna wanita ini lah Soobin dituduh yang tidak-tidak. Ia bertanya, "Maaf, apa kita boleh berbicara sebentar?"

"Hmm, masuk lah," jawab ku memintanya masuk.

Kami duduk di sofa sambil menikmati secangkir teh. Keadaan begitu canggung, aku tak peduli. Ia memperhatikan seluruh sudut rumah dengan tidak sopannya. Apa ia ingin mencari bukti lagi?

"Kau sangat dekat dengan si Choi ya?" ia bertanya. Aku hanya menjawab dengan anggukan.

"Lalu mengapa saat aku bertanya tentang dia, kau mengaku tak kenal?"

"Huft, kau tau kan siapa ayah tiri Soobin? Ya, ayah pacar mu itu. Dia sering sekali memiliki musuh yang mengincar Soobin. Seharusnya kau paham tanpa perlu dijelaskan," jawab ku tanpa memperhatikan nada bicara ku.

"Tapi apa kau tak berpikir? Kau bisa saja ikut terseret dalam kasus ini jika kau terbukti menyembunyikan pelaku! Jangan tutup matamu atas hal itu!" serunya. Ugh, aku rasa wanita ini sangat mudah tersulut emosi.

"Yang pertama, aku tak peduli jika aku harus masuk penjara jika bersama Soobin. Yang kedua, bukankah harusnya aku yang berkata seperti itu kepada dirimu? Siapa yang selama ini menghindari mewawancarai kekasihnya padahal tahu bahwa kekasihnya berada di lokasi yang sama dengan korban, hmm?" aku menjawabnya dengan asal. Aku bahkan tak seberapa mengerti perkembangan kasus ini jika tidak dijelaskan oleh Kai.

"Choi Yeonjun, aku mohon kerja sama mu. Tolong beritahu aku apa perilaku mencurigakan yang dilakukan Soobin," mohonnya pada ku. Aku menatapnya dengan aneh, kenapa aku harus melakukan hal ini?

Tiba-tiba pintu rumah ku dibuka oleh seseorang. Itu Daehyun! Ia datang dengan beberapa kotak makanan di tangannya.

"Kak Yeonjun, ini ada titipan dari Beomgyu," ucapnya sambil menaruh makanan itu dimeja.

"Lho, supir taxi? jadi kau berkerabat dengan Yeonjun? dan Soobin? Ohh, apa kalian bersekongkol?" tuduhnya tak jelas. Kami— aku dan Daehyun menatapnya bingung.

"Kenapa kau tak mengusirnya sejak awal?" tanya Daehyun sambil sedikit berbisik.

"Nanti dia mencurigai ku," jawab ku balik.

"Maaf nona, tidak baik berada di rumah laki-laki sampai larut malam. There's th door," Daehyun bahkan menunjuk pintu dengan kelima jarinya. Wanita itu tak bergeming, Ia masih menatap kami curiga.

"Kenapa kau menyembunyikan rekaman dashcam mu yang menunjukan Lucas dan Minnie berjalan berdua? Apa kau mau merusak citra polisi ku dengan membuatku terlihat lambat mengumpulkan bukti?" lagi-lagi kami menghela napas berat. "Itu bukan rekaman milik ku, bahkan kau jelas-jelas melihat mobil ku masuk kedaa garasi, sudah cukup menuduhku, nona?"

Mungkin karna malu yang berlebih. Detektif Song meninggalkan kami tanpa berpamitan. Kami pun tak ambil pusing. Aku memasukan makanan yang Daehyun bawa untuk dihangatkan. Dia pun membantuku. Tiba-tiba muncul pertanyaan di benak ku.

"Sebenarnya apa hubunganmu dengan Soobin?"

TBC
...

Hi, hope you doing well. Sorry for slow update karna... ya mungkin aku doang yang ngerasa aku sibuk tapi kenyataannya juga begitu. Aku pulang sekolah sekitas jam tiga sore, normal sih tapi masalahnya aku ga boleh bawa hp jadi ga bisa nyempatin nulis di sekolah. Please wait for me, and i'll try my best^^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Best(killer)friendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang