5

5.8K 398 5
                                    






"Lu yakin nggak mau bareng gua?" Neo kembali memastikan. Saat ini mereka berdua tengah bersiap-siap untuk kuliah.

Bas mengangguk tanpa menatap Neo. Cowok itu sedang mengikat tali sepatu. "Abis kuliah gua mau pergi agak lama. Ada urusan."

"Yaa ... Gue bisa anter kalo lu mau."

"Nggak perlu. Gua bisa pergi sendiri," sahut Bas seraya beranjak berdiri.

"Urusan apaan, sih?"

Mendengar Neo yang seolah ingin tahu membuat kening Bas mengernyit dalam. Jujur, ia agak terganggu dengan tingkah lawan bicaranya itu. "Bukan apa-apa." Bas meraih tasnya dan berjalan keluar dengan diikuti Neo.

Setelah mengunci pintu, keduanya berjalan ke lift yang akan mengantar mereka ke lantai dasar. Di dalam, baik Neo ataupun Bas tidak ada yang membuka suara. Neo terus menatap pantulan tubuhnya di kaca lift dan mendesah puas saat melihat penampilannya. Cocok juga.

Ketika lift berdenting dan terbuka, Bas keluar lebih dulu. "Lu berangkat duluan. Entar gua nyusul." Tanpa menunggu Neo menjawab, dominan itu lanjut berjalan menuju basement, meninggalkan Neo sendiri di depan pintu lift yang sudah tertutup.

Setelah persetubuhan mereka tadi, Neo merasa ada yang aneh dengan tingkah Bas. Cowok itu tiba-tiba berubah agak pendiam dibandingkan biasanya. Sembari berjalan menuju mobilnya terparkir, Neo beberapa kali menunduk, menatap tubuhnya yang terbalut pakaian milik Bas.

Apa tubuhnya sudah membosankan?

****


"Kampang emang. Gua rela-relain mandi pagi demi kuliah biar masa depan gua cerah, ehh ternyata Pak Martin cancel jam seenak jidat."

Saat Neo mendaratkan bokongnya ke kursi di sebelah Hoshi, cowok tiang itu langsung mengadukan kekesalannya.

"Gua ke rumah lu tadi. Kata Mbok Jum, lu udah berangkat. Berangkat ke mana?" Hoshi bertanya lagi dengan sorot menelisik ke arah Neo.

Neo tidak langsung menjawab. Otaknya malah memutar kejadian saat dirinya dan Bas tidur bersama tadi. Tanpa sadar, hal itu membuatnya gugup.

"Budeg ya lu? Dari tadi gua ngoceh-ngoceh, lu cuma diem doang kayak keong. Anjing emang." Hoshi mendengus dan memilih fokus pada hpnya. Ia sedang memeriksa apakah chat-nya ke salah satu kating dibalas atau tidak. "Eh, ...." Hoshi kembali menggeser kursinya mepet ke Neo. "Gua lupa kasih tau, beberapa hari yang lalu gua ikut balapan dan di sana gua ketemu satu cowok yang ... gilaaaaa, cakep parah."

"Terus?" Neo menimpali seraya melirik temannya itu.

"Ternyata tuh cowok kakak tingkat kita. Anak FISIP semester tujuh. Gua langsung minta nomor hpnya ke tetangga gua yang kebetulan budak FISIP juga. Tapi, kenapa chat gua nggak dibales-bales, ya?"

"Berarti lu bukan tipenya dia," sahut Neo tanpa pikir panjang.

"Apaan. Whatsapp gua kagak ada foto profilnya, anjir."

Neo langsung menjentikkan jari. "Oh, karena lu kagak ada foto profil, mungkin dia ngiranya nomor lu itu nomor sales MLM yang ngajak join member."

Hoshi mendengus.

"Emang lu chat apaan?" Neo menoleh seraya memanjangkan leher untuk mengintip layar hp Hoshi.

Love or Lust? [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang