Arc Chapter 44 : Oasis

1.1K 175 3
                                    

[Elena PoV]

Kami menang ... Entah bagaimana bisa tetapi kami benar-benar menang.

"Brian!"

"Brian!"

Saat ini, para peserta tengah melempar-lempar pria berambut pirang itu ke udara merayakan kemenangan berkat serangan pamungkasnya tadi.

Aku melihatnya, mana dengan jumlah besar yang dikeluarkan oleh Brian tidak mungkin bisa dilakukan oleh manusia yang masih berada di akademi.

Ternyata benar, dia memiliki Codex of Pendragon. Sebuah Codex yang hanya dimiliki oleh para Pahlawan terpilih setiap seratus tahun sekali. Aku harus melaporkan penemuanku pada Ayah nanti setelah ujian.

Kurasa, teknik sihir yang digunakan oleh Brian tadi adalah salah satu Profound Codex miliknya sama seperti Teknik sihir Almerio del Relampago-ku.

Dengan ini, sudah dipastikan Brian akan menjadi salah satu Ksatria paling kuat di akademi.

Aku harus kembali berlatih di Soul Room milikku jika tidak ingin Brian mengejar kemampuanku. Kurasa sudah dua bulan semenjak aku berbicara dengan Guider yang membimbingku untuk mengembangkan Profound Codex yang kumiliki.

Aku melihat Valeria yang sedang berdiri dimana monster raksasa itu mati oleh serangan Brian. Sepertinya dia sedang menyelidiki sesuatu.

Aku mendekatinya.

"Apa yang kau lakukan, Valeria? Apa ada sesuatu yang tidak beres?" tanyaku padanya.

"Ah, Elena." Valeria mengalihkan perhatiannya padaku. "Hanya sedang menganalisa mengapa serangan Brian tadi dapat membunuh monster itu sedangkan yang lain tidak."

Hmm ... Mendengarnya mengatakan hal itu membuatku berpikir pertarungan tadi.

Memang benar, sebelumnya semua serangan kami tidak ada satupun yang berhasil secara penuh menumbangkan monster itu. Baik dengan ledakan sihir, memotong tubuh vitalnya, maupun dengan serangan dari dalam. Akan tetapi, mengapa serangan Brian berhasil menghabisi monster itu?

"Kita pikirkan ini nanti, Valeria. Sebaiknya kita bergegas untuk meninggalkan tempat ini dan kembali berkompetisi."

"Kau benar, mari kita meninggalkan tempat ini."

Kami berjalan kembali untuk menemui para peserta lain. Besok adalah hari terakhir dan kita harus segera pergi sejauh mungkin agar masih memiliki waktu untuk mencapai garis finish.

"Ngomong-ngomong, Valeria." Aku baru ingat sesuatu. "Dimana rekan satu timmu, apakah dia sudah gugur?" Aku sedikit penasaran dengan siapa Valeria menjalani ujian ini.

"Ah, tidak. Kurasa dia masih bertahan," jawab Valeria dengan santai. "Kami berpisah saat terjadi kekacauan akibat monster itu. Dia lebih memilih untuk pergi meninggalkan area kota ini sedangkan aku ikut membantu yang lainnya melawan monster."

"Begitu, kah?" gumamku.

Sepertinya Valeria memiliki rekan yang Selfish dan tidak cukup berguna baginya. Aku bertaruh, selama ujian berlangsung ini, Valeria-lah yang selalu menjadi tulang punggung tim ketika mereka berdua menghadapi monster.

"Sepertinya cukup berat bagimu ya?" kataku merasa bersimpati padanya.

Setidaknya rekan timku Geralt sedikit berguna jika kami menghadapi para monster.

"Well ... Sebaliknya malah, kurasa aku belajar banyak darinya," jawab Valeria. Terlihat kedua sisi bibirnya terangkat menciptakan sebuah senyuman yang indah.

Huh? Ada apa dengan Valeria? Baru pertama kali aku melihatnya tersenyum seperti ini ketika membicarakan seseorang.

Aku ingin tahu apa yang menyebabkannya berubah seperti ini.

I'm a Villain In My Own Game?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang