14# Pengakuan

50 15 1
                                    

[N 831 637]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[N 831 637]




Naufal memandangi Halfi yang sedang menyimpan makanan di nakas lalu berkacak pinggang ke arahnya, wajahnya terlihat menyebalkan.

"Menu sepesial ayeuna urang bikin telor dadar ala nasi padang! Beuh, *ngeunah siah!" katanya lalu menunjuk Naufal dengan penuh ancaman. "Awas maneh gak makan, urang kutuk maneh jadi hayam!" (*enak)

Naufal menghela nafas dan mendelik, laki-laki itu bangun dari rebahannya dan meraih makanan yang dibawakan Halfi untuk segera ia eksekusi. Sementara Halfi menarik kursi belajar lalu duduk sembari mengeluarkan hape, laki-laki itu memilih diam menunggu Naufal selesai makan saja dari pada keluar dan pusing melihat Rafi dan Haris yang sedang mengerjakan PR.

Halfi takut ditanya, dia agak phobia sama pelajaran sekolah. Maklum, pikiran dia dangkal soalnya.

Sementara itu Naufal menyantap sarapannya dengan tenang, tak ada niatan untuk mengajak Halfi bicara walaupun sebenarnya ia punya banyak pertanyaan. Tatapan Naufal kosong, mulutnya mengunyah pelan dan pikirannya berantakan.

Dulu, Naufal pikir ia akan senang-senang saja hidupnya setelah bisa merasakan dekat dengan banyak perempuan dan tidak akan pernah pusing lagi hanya karena satu perempuan saja, nyatanya dunia berkata lain. Untuk kedua kalinya Naufal dibuat pening oleh satu perempuan saja, bedanya bersama perempuan ini jauh lebih rumit menjalaninya.

Terlalu banyak orang yang menyayangi Naya hingga Naufal kewalahan secara batin, semua orang berpikir jika Naya bersamanya pasti tidak akan bahagia. Ingin memaklumi hal ini sebagai karma pun Naufal merasa aneh, rasanya ini tak sebanding dengan perbuatannya dulu.

Naufal tidak pernah main fisik dengan perempuan lain, tapi malah mendapat fitnahan jika dirinya memperlakukan setiap perempuan seperti jalang. Bersama Naya, bahkan perempuan itu yang terkadang meminta hingga Naufal meladeninya penuh hati-hati dan lembut, tetap saja dia malah dapat juga imbas babak belur seperti sekarang.

Hanya sekedar ciuman, itupun tidak pernah lama. Tak hanya Naufal, Naya pun sama menikmatinya. Lagi pula, mereka berdua sudah besar untuk melakukan hal itu membuat Naufal berpikir seharusnya ini dibuat wajar, terlebih Naya adalah pacarnya.

Ketukan pintu membuat lamunan Naufal buyar, laki-laki itu serta Halfi menoleh ke arah pintu dan menemukan atensi Naya di sana. Senyum Naufal mengembang lebar, tangannya terangkat untuk melambai menyuruh Naya masuk.

Si gadis masuk melewati Halfi yang tetap memperhatikan setiap gerakannya, lalu ketika sudah di hadapan Naufal, gadis itu meraih kedua pipi Naufal begitu satu tangan si laki-laki meraih pinggangnya untuk di dekap. Mata Halfi sampai hampir keluar saking kagetnya, bisa-bisanya tanpa rasa berdosa kedua orang itu saling mengecup dihadapan Halfi.

Manusia tidak punya hati!

"Aing gebug siah, Fal!" ancam Halfi membuat membuat Naufal menoleh padanya dan cengengesan. "Boa si Ami ngamuk ge gara-gara ieu?" katanya seketika membuat garis wajah Naufal berubah dan Naya pun menjadi menoleh padanya.

N 831 637Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang