Fayyana menarik nafasnya dalam, menghirup udara yang terasa menyegarkan. terpaan-terpaan angin menyentuh permukaan kulitnya diiringi dengan suara ombak yang lumayan kencang membuatnya merasa lebih baik, duduk bersama gerald sambil melihat matahari terbenam adalah salah satu moment yang terbaik untuknya.
Setelah pulang dari camping sesuai dengan ucapannya gerald langsung mengajak fayyana ke pantai dan hal itu tentu tidak di ketahui oleh teman-temannya, anggota velgros.
Fayyana memejamkan sebelah matanya mencoba untuk menatap laut lebih jauh. "Indah kan?" fayyana menoleh lalu menganggukkan kepala nya "iya, karna sama lo" ucapnya.
Gerald berdecih "lo cewek, ngga usah gombal" fayyana melebarkan bola matanya "gue ngga gombal, gue bicara fakta" ucapnya.
Gerald mengulas senyum tipis lalu menyentil kepala fayyana "belajar yang benar" cibir gerald.
Fayyana mengelus keningnya "ajarin gue, gue butuh lo" ujarnya.
Gerald mengangguk lalu menatap manik mata fayyana yang tengah menatap dirinya "pasti" ucapnya meyakinkan.
Fayyana menghela nafas lega lalu mengedarkan pandangannya ke arah laut yang begitu luas di temani oleh matahari yang perlahan mulai tenggelam "lo cahayanya, gue mataharinya" ucap fayyana mengeluarkan ponselnya lalu memotret senja dengan keindahan lautnya.
"Hm?" beo gerald.
"Maksudnya, gue ngga bisa tanpa lo" ucap fayyana menjelaskan.
"Maksudnya?" tanya gerald tidak mengerti apa yang di maksud oleh fayyana
"Tanpa cahaya nya, matahari bukanlah apa-apa, begitupun dengan gue, tanpa lo gue bukan apa-apa" Jelasnya.
Author belike 'dih, alay bangat lo'
Gerald terkekeh kecil "belajar dari mana?"
Fayyana mengedikkan kedua bahunya "jelek ya, kata-katanya?" tanya fayyana
Gerald mengangguk "iya, jelek" mendengar itu ekspresi fayyana langsung lesu "kenapa lo jujur sih, padahal tadinya gue mau bilang kita itu bagaikan two twilight, dua senja"
"Two twilight?" fayyana mengangguk malas "iya, tapi ngga jadi" cetusnya.
"Kenapa, bagus kok"
"Tadi lo bilang jelek" cetus fayyana mulai emosi "iya tadi, tapi sekarang bagus"
Fayyana merotasikan bola matanya "apasih lo, aneh tau ngga"
"Gue pinter, bukan aneh!"
Fayyana menghela nafas gusar "udah jangan sok romantis, gue ngga suka. lagipula kisah kita bukan genre romantis juga" kata gerald lalu meraih ponsel fayyana.
"Ayo poto" ajaknya
Fayyana terdiam enggan menatap gerald "ngga usah ngambek, gue ngga bakal bujuk lo" celetuk gerald mulai mengangkat tanganya menunggu fayyana mendekatkan wajahnya agar ia bisa berpoto sekarang.
"Na... " panggil gerald.
Fayyana menghela nafas pasrah, ia mendekatkan wajahnya ke baju gerald "senyum.." ucap gerald lalu tersenyum membuat fayyana ikut tersenyum.
"Nah, udah" ucap gerald lalu memperlihatkan fayyana hasil jepretannya.
"Wahhhh, bagus al. lagi dong" ucap fayyana.
Gerald menggeleng "jangan banyak-banyak, satu moment cukup dengan satu poto" ujarnya.
Fayyana berdecak "sekali lagi" bujuknya.
Gerald menghela nafas pasrah membuat fayyana tersenyum "pegang lagi" titah fayyana memberikan ponselnya ke tangan gerald.
"Pose gini al, pegang tangan gue cobak" suruhnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Two twilight (HIATUS)
Teen FictionDijadikan musuh oleh ayah sendiri itu bukanlah kemauan ataupun pilihan, itu adalah takdir, takdir yang tidak bisa seorangpun yang mengubahnya. Fayyana shazana adhiyaksa, gadis cantik yang sebentar lagi berusia 18 tahun. gadis pemberontak sekaligus...