" Pada akhirnya siap atau tidak, ikhlas itu harus."
°°°
Dulu aku suka mengeluh, aku tidak rela jika waktunya tersita oleh ekskul dan hobi nya. Dia sangat menyukai futsal, bahkan ku rasa dia tidak pernah absen sehari pun dari hobi favoritnya itu. Aku tidak mengerti futsal, bermain bola saja aku tidak pernah.
Dia selalu menyempatkan waktu untuk bermain futsal. Bahkan, setelah latihan PBB dibawah teriknya matahari dia akan tetap bermain futsal. Awalnya aku melarang, aku tidak tega dengan aktifitasnya yang banyak dan pulang dengan waktu yang bisa terbilang memasuki senja dia harus bermain futsal. Tapi bagaimana pun aku melarang tetap saja, hobi adalah hobi.
Rindu, aku merindu setiap saat. Aku begitu haus, bahkan sangat haus. Aku haus akan waktu nya. Aku mengajaknya untuk bertemu dulu sebelum pulang, sekalipun itu hanya 2 menit dengan alibi tos-an dulu sebelum pulang.
Dia cukup terbilang aktif dalam ekskul. Setiap hari dia latihan atau bahkan hanya untuk sekedar berkumpul. Dia begitu sibuk, berbanding terbalik dengan diriku yang datang ke sekolah hanya untuk belajar saja. Aku cemburu, ketika orang lain bisa tertawa bahkan menghabiskan waktu bersamanya, sedangkan disini aku hanya melihatnya dari kejauhan.
Aku juga sering cemburu dengan teman kelasnya.
Sedih, aku harus biasa dengan semua itu. Aku juga hanya berbalas pesan dengannya satu hari dalam seminggu, itu adalah hari minggu. Setiap hari aku selalu menunggu akhir pekan datang. Dengan setiap pesan yang ku kirimkan setiap harinya. Berharap rinduku akan sedikit tercurahkan.
Walau pesanku tidak terbalas, aku selalu mengirimi nya pesan setiap hari. Bercerita atau bahkan sekedar mengatakan bagaimana perasaanku hari ini, kemana saja aku pergi, bahkan hal kecil sekalipun akan ku katakan padanya.
Walaupun aku satu sekolah, tapi aku selalu saja merindukannya. Ketika dia sedang sibuk dengan dunia nya, tentu saja aku juga harus sibuk, aku sibuk menunggu semua kesibukannya selesai. Namun itu sama sekali tidak merubah perasaanku terhadapnya. Rasaku tetap sama, tidak pernah sekali pun terpikir oleh ku untuk mencurangi nya.
Setelah kenaikan kelas, kelas ku dan kelas nya semakin jauh. Aku sangat sedih, mengingat kami akan semakin sulit bertemu atau bahkan menghabiskan waktu bersama. Aku menangisi tempat yang biasa kami jadikan tempat untuk duduk dan bertemu dulu. Saat itu aku sadar bahwa apapun yang sedang kita miliki sekarang, maka syukuri dan sayangi saja. Karna tidak ada sesuatu yang bersifat kekal selamanya.
Ternyata seiring berjalannya waktu ini tidak begitu buruk. Dia selalu menyempatkan waktu untuk menemui ku setiap harinya. Jika ada acara-acara sekolah maka itu adalah saat-saat yang ku tunggu. Karna saat itulah aku akan memiliki waktu yang cukup lama dengannya.
Bagiku dia bukan hanya sekedar kekasih, tapi juga sahabat. Dia menjadi pendengar terbaik. Aku sangat mencintainya. Tidak pernah terpikirkan oleh ku bahwa kita akan menjadi asing.
Namun aku sadar, bahwa kisah tentang aku dan dirinya sudah selesai. Dia memutuskan untuk mengakhiri cerita "kami". Terhitung sudah 3 bulan aku dan dirinya menjadi asing. Setiap hari aku selalu melawan hati dan meyakinkan diriku bahwa aku harus dapat menjalani hariku tanpa ada hadirnya. Mau tidak mau itu harus dilakukan bukan? Ku lihat sorot matanya, dia terlihat baik-baik saja tanpa hadirku.
Hari ini, tepat 10 januari aku kembali merindukannya, bahkan sangat. Jika dulu aku selalu marah saat dia terlalu sibuk dengan futsal, maka sekarang aku tak apa, sekalipun aku akan menunggu nya bermain selama apapun. Aku akan menunggu, jika akhirnya adalah kita dapat kembali berkomunikasi seperti semula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Memory With You
Random"-Ada belum tentu selamanya, Dekat juga belum tentu bersahabat."