"Tahan ya Bang, Ini akan sedikit perih," kata Rama dengan suara yang lembut, penuh kehati-hatian.
Di ruang UKS yang remang-remang, Rama dan Dewo duduk berhadapan dalam keheningan yang penuh ketegangan. Udara di ruangan itu terasa berbeda, penuh dengan emosi yang terpendam. Rama, dengan tangan yang sedikit gemetar, mengambil peralatan medis untuk merawat luka di lengan Dewo. Dewo, dengan matanya yang sedikit menghindar, duduk pasrah, membiarkan Rama merawat luka di lengannya.
Mata Dewo menatap luka di lengannya, berusaha mengalihkan perhatian dari kecanggungan yang terjadi. Dewo hanya mengangguk pelan, suaranya tersumbat oleh berbagai emosi yang berkecamuk di dalamnya. Saat kapas menyentuh kulitnya, Dewo menahan rasa perih, tetapi lebih dari itu, ia merasakan kehangatan dari sentuhan Rama, sentuhan yang telah lama ia rindukan.
Sementara Rama merawat luka Dewo, hatinya terasa berkecamuk. Pikirannya melayang pada pesan di ponsel Dewo yang belum sempat terkirim.
Mereka duduk berhadapan, tatapan mata mereka berbicara lebih dari sekedar kata-kata bisa ungkapkan. Ada gugup, ada penantian, dan terutama, ada kejujuran yang belum terungkap.
Rama, dengan hati yang berdebar, membuka pembicaraan. "Bang Dewo, maafin aku..." ucapnya, suaranya bergetar dengan ketidakpastian.
Namun, Dewo memotongnya dengan cepat, matanya menunjukkan rasa penyesalan yang mendalam. "Nggak, Dek. Abang yang harus minta maaf," katanya, suaranya terdengar serak oleh emosi.
Rama menghela napas, matanya tidak pernah lepas dari wajah Dewo. "Waktu itu, Aku terlalu cepat, Bang. Di taman, aku... Aku memaksakan diri," ucap Rama, suaranya penuh penyesalan.
Dewo menggeleng, matanya menatap Rama dengan intensitas yang menyentuh hati. "Bukan itu, Rama. Aku yang pengecut. Aku takut mengakui perasaanku padamu. Aku lari dari kenyataan, sembunyi di balik otot-otot ini..." Dewo berbicara dengan suara yang patah, matanya berkaca-kaca.
Mata Rama terpaku pada Dewo, mencari keberanian untuk mengungkapkan perasaan yang selama ini tersembunyi. "Bang Dewo, aku harus jujur. Sebelum kita berteman, aku sudah mengagumimu," kata Rama dengan suara yang bergetar, "Dan setelah mengenalmu, perasaanku berkembang menjadi lebih dari itu."
Dewo, yang biasanya penuh dengan ketenangan dan kekuatan, kali ini terlihat terkejut dan bingung. Ia menatap Rama dengan mata yang mencari kebenaran di balik kata-kata tersebut.
Rama, dengan jantung yang berdebar kencang, menelan ludahnya, menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan semua keberanian yang ia miliki. "Iya, Bang. Aku gay, dan aku punya perasaan padamu. Aku sayang sama kamu, lebih dari sekadar teman!" ucap Rama, suaranya penuh dengan emosi.
"Aku... Aku..." Dewo tersendat, mencari kata-kata yang tepat. Ia merasakan gelombang emosi yang belum pernah ia alami sebelumnya, perasaan yang selama ini ia tolak dan sembunyikan.
Di tengah keheningan UKS, Rama menatap Dewo dengan mata yang penuh pertanyaan dan harapan. "Bang, setelah tahu aku gay dan menginginkanmu, apakah kamu akan menjauh?" tanya Rama, suaranya gemetar.
Dewo dan Rama terjebak dalam pusaran emosi yang tak terkendali. Dewo, dengan mata yang berkaca-kaca, menatap Rama, mencari kekuatan dalam kebingungan dan ketakutannya. "Aku takut, Rama," akunya dengan suara yang bergetar, "dari kecil aku diajarkan bahwa menjadi homo itu dosa, itu salah. Tapi, kenapa hatiku merasa begitu benar saat bersamamu?"
Rama, dengan penuh perhatian dan kasih, mendekatkan diri, menyentuh wajah Dewo lembut. "Bang, cinta itu tidak pernah salah. Tidak peduli dengan siapa kita merasakannya," kata Rama, suaranya menenangkan dan penuh pengertian.
Dewo, yang selama ini berusaha keras menyembunyikan perasaannya, mengungkapkan konflik batin yang membelenggunya. "Tapi, Rama... hati ini berontak. Aku ingin... aku ingin merasakanmu, tapi takut akan dosa yang mungkin aku perbuat." Matanya, yang berkilat dengan keinginan dan ketakutan, tidak sengaja melirik ke arah kontol Rama yang tersembunyi di balik seragamnya. Ini adalah keinginan yang tak bisa lagi ia pungkiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
PENTIL DEWO
RomanceSebuah kelemahan, sebuah obsesi, dan sebuah hubungan yang tak terduga. Rama, seorang remaja gay cerdas dengan fetish yang spesifik-tubuh berotot-mengincar Dewo, remaja macho dan berotot. Tapi ada satu rahasia yang Dewo simpan, sebuah kelemahan yang...