DILEMMA

44 0 0
                                    

Seorang gadis menggigiti kuku jari tangannya dengan gelisah. Tubuhnya bergetar hebat. Air mukanya menyiratkan ketakutan dan kepedihan yang mendalam. Bulir-bulir air mata tak hentinya keluar membasahi pipi pualamnya. Ia menangis tanpa suara, hanya terdengar gemeretak gigi dan kuku yang saling bergesekan.

Tok. Tok.

"Youngji~ah! Ini eomma, buka pintunya, nak,"

Youngji-nama gadis itu- tak peduli dengan panggilan eomma-nya yang entah sudah keberapa kali membujuknya untuk tidak terus-menerus mengurung diri di kamar.

Samar terdengar derap langkah kaki dari arah tangga dan berhenti tepat di depan pintu kamar Youngji.

"Dia sudah dua hari di dalam kamar. Sudah dua hari pula ia tidak makan." Itu suara eomma Youngji yang nampaknya tengah bercakap dengan seseorang. Tak lama terdengar suara handle pintu yang diputar gusar dan suara seorang namja berteriak dari balik pintu.

"Youngji, kau dengar aku? Jika kau tak mau membuka pintunya, aku takkan segan untuk mendobraknya!" Youngji tahu pasti suara-namja- siapa itu.

Hening.

Tetap tak ada respon dari Youngji. Gadis itu masih terhanyut dalam keterpurukannya. Ia tak peduli lagi dengan semuanya. Fakta bahwa hidupnya akan hancur mulai menghantuinya.

BRAK!

Pintu kamarnya menjeblak tiba-tiba. Rupanya namja tadi berhasil mendobrak pintu kamar Youngji.

"Astaga! Youngji,"

Eomma Youngji menghambur ke sudut kamar tempat Youngji meringkuk. Youngji terlihat sangat kacau dengan piyama kusut dan rambut panjang yang terurai acak-acakan. Matanya sembab, ada garis hitam di bawahnya. Pipinya tirus dan wajahnya terlihat lebih pucat.

"Youngji, sebenarnya ada apa denganmu? Ceritakan pada eomma, sayang," Eomma Youngji memeluk anak gadisnya erat. Namun gadis yang diajak bicara tersebut tetap membisu, hanya terdengar isakan lirih darinya.

Untuk beberapa saat tak ada yang berniat mengeluarkan suara, baik eomma Youngji, maupun namja yang kini duduk tak jauh dari mereka.

"Eomma,"

Bisikan lemah Youngji membuyarkan keheningan di antara mereka. Sontak semua yang ada di dalam kamar itu-kecuali Youngji tentunya- memandang Youngji, menanti kalimat apa yang akan keluar dari bibir mungil gadis itu.

"Ne, sayang? Waegurae?"

Eomma Youngji menatap lamat kedua bola mata Youngji, namun Youngji hanya membalasnya dengan tatapan kosong.

"Bisakah eomma tinggalkan aku dan Junsoo di sini? Aku ingin bicara dengannya. Hanya berdua," Ucap Youngji datar.

Eomma Youngji menoleh ke arah Junson, dan namja tampan tersebut mengangguk seraya berucap 'serahkan padaku' tanpa suara.

"Baiklah,"

Eomma Youngji segera bangkit dan meninggalkan kamar Youngji. Tidak lupa ia menutup pintu sebelum akhirnya benar-benar pergi.

Sepeninggal eomma Youngji, namja bernama Junsoo itu beringsut mendekati Youngji untuk duduk di samping sepupu yang paling disayanginya.

"Jadi, kau lebih membutuhkanku daripada eomma-mu, eh?"

Youngji tidak menjawab. Ia mempunyai alasan untuk tidak menceritakan semua pada eommanya. Ia tidak ingin membuat eomma yang begitu dicintainya terluka.

Youngji mulai membuka mulutnya, bersiap menyampaikan kalimat yang ia yakini akan membuat Junsoo shock jika mendengarnya.

"Aku hamil," Cicit Youngji.

Junsoo menoleh ke arah Youngji dan membelalakkan matanya tak percaya.

"K-kau.. Apa?"

Junsoo tidak yakin dengan apa yang baru saja didengarnya.

Alih-alih menjawab, Youngji justru meletakkan sebuah benda ke pangkuan Junsoo dengan tangan gemetar. Benda itu kecil, panjang dan pipih seperti termometer. Junsoo tahu, itu tes kehamilan. Ia memperhatikan benda itu, manik matanya menangkap dua garis merah di dalamnya. Perasaan Junsoo campur aduk. Ia meremas benda tersebut sampai-sampai patah terbelah dua tanpa disadarinya. Kini matanya yang memerah beralih pada Youngji.

"Youngji, katakan padaku kalau kau hanya bergurau! Katakan! Ini bukan milikmu 'kan?"

Youngji enggan menjawab. Ia menggigit bibir bawahnya dan menangis dalam diam.

"Demi Tuhan, Lee Youngji, jawab aku!"

Junsoo mengguncang-guncangkan bahu Youngji kasar. Sementara gadis itu hanya menunduk dalam dan isakannya mulai terdengar. Junsoo miris melihat gadis di hadapannya sekarang. Ia melepas cengkeraman pada bahu Youngji, kemudian menarik Youngji ke dalam pelukannya.

"Siapa orang brengsek yang membuatmu seperti ini, Ji~ah?"

"....."

Youngji terdiam cukup lama. Namun pada akhirnya ia menjawab dengan suara bergetar,

"D-daewook oppa,"

***

Eomma Youngji meremas dadanya yang terasa sakit luar biasa. Pernyataan yang ia dengar dari mulut Youngji seakan menghantam jiwanya. Ya, diam-diam ia mendengar percakapan antara Junsoo dengan Youngji dari balik pintu. Kakinya lemas hingga tak mampu menopang tubuhnya yang kini merosot ke bawah. Sesak. Dadanya sesak menerima kenyataan pahit yang menimpa Youngji. Putri kesayangannya itu hamil. Tapi bukan hanya itu yang membuatnya terguncang. Yang paling menyesakkan adalah ketika ia mengetahui siapa yang menghamili putrinya. Lee Daewook. Putra dari keluarga Lee yang selama ini ia bangga-banggakan, yang tak lain merupakan kakak kandung dari Youngji.

Kedua telapak tangannya menutupi wajah lelahnya. Wanita paruh baya itu menangis sejadi-jadinya. Tak sanggup menerima kenyataan sepedih ini. Bagaimana mungkin putraku itu menghamili adiknya sendiri, batinnya.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29, 2013 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DILEMMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang