Liam merenggangkan ototnya yang trasa pegal, mengambil bungkus rokok yang tergeletak di dekatnya. "Ambilin gue korek!" titah liam.
Mendengar itu dengan cepat maira berdiri dari duduknya lalu berjalan ke arah fayyana dan aurora yang sedang santai merokok sambil menunduk melihat ke bawah sana.
Sekarang meraka ber-4, liam, fayyana,aurora dan maira. sedang berada di rooftop, tempat dimana meraka selalu berkumpul di SMA amorfati.
"Na... " panggil maira membuat fayyana menoleh "jangan panggil gue naa... kita ngga dekat, lo cuma babu gue!" Tekan fayyana membuat maira semakin menundukkan kepalanya.
"Maaf.. " lirihnya
Fayyana tersenyum miring "gitu cara lo minta maaf?"
Plakk
Maira menampar pipinya lumayan kencang lalu berlutut menunduk di depan fayyana yang tengah berdiri "maafin gue fayyana"
"Sekali lagi baru gue maafin" kata fayyana membuang puntung rokoknya di dekat maira yang sedang duduk berlutut, maira menghela nafas lega ketika puntung rokok itu tidak mengenai dirinya. ia cukup trauma dengan puntung rokok sejak hari itu.
Plakk!
Maira lagi-lagi menampar pipinya atas printah fayyana lalu menunduk dalam "gue ngga dengar, lebih kencang!" kata fayyana
Maira menarik nafasnya dalam, mengepalkan tangan kirinya.
Plakk
Sudah yang ketiga kalinya maira menampar dirinya sendiri dan tamparan yang terakhir terdengar sangat nyaring saking kuatnya ia menampar dirinya sendiri.
"Bagus, lo gue maafin"
"Koreknya?... " maira mendongkkan pandangannya menatap fayyana.
"Budek! ambilin gue korek!" teriak liam yang duduk di sofa usang sebelah sana.
"Fayyana... " lirih maira "tolong koreknya" mohon maira.
Fayyana mengangguk "iya, gue kasih kok, santai aja, tapi sebelum itu" fayyana melirik tangan kiri maira yang masih terkepal.
"Tangan kiri lo buka!" titahnya.
Maira yang sadar langsung melirik tangan kirinya dan langsung membukanya. "Telepakkin tangan lo di lantai" ujarnya.
Maira yang tidak ingin mengambil pusing lantas menuruti perkataan fayyana dan meletakkan tanganya di lantai.
Fayyana tersenyum puas melihat maira melakukan apa yang ia katakan, ia melirik maira sekilas lalu menginjak tangan kiri maira membuat gadis itu menjerit kencang.
"AAAKKHHH!" teriak maira terdengar sangat kesakitan, tangan kanannya menahan kaki kiri fayyana yang menginjak tanganya "SAKIT!" teriaknya.
"Tutup mulut lo atau nick bakal datang dan memasukan sesuatu yang panas di mulut lebar lo!" Ancam aurora santai sambil bersandar di dinding yang hanya berukuran setengah badan itu.
Mendengar itu maira langsung terdiam mengigit bibir bawahnya menahan rasa sakit yang menjalar di tubuhnya.
Ia benar-benar takut dengan nick, pria gila yang selalu melukai fisik nya.
Merasa puas melihat ekspresi kesakitan dari wajah maira fayyana mengangkat kakinya dari tangan maira dan langsung melempar korek api ke kepala maira.
Ketika fayyana mengangkat kakinya dengan cepat maira langsung menarik tanganya lalu mengelus sambil meniupnya kencang. air matanya bahkan sudah mengalir deras saking sakit yang ia rasakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Two twilight (HIATUS)
Teen FictionDijadikan musuh oleh ayah sendiri itu bukanlah kemauan ataupun pilihan, itu adalah takdir, takdir yang tidak bisa seorangpun yang mengubahnya. Fayyana shazana adhiyaksa, gadis cantik yang sebentar lagi berusia 18 tahun. gadis pemberontak sekaligus...