Wabah

41 7 3
                                    

Kabar mengenai Putra mahkota yang ingin pergi langsung ke wilayah Utara telah sampai ke telinga Kaisar. Hal itu tentu saja membuat Sang Kaisar marah karena keputusan tersebut tentu akan sangat membahayakan Putra mahkota sebagai pewaris tahta selanjutnya.

Brak

"Apa yang kau pikirkan, Putra Mahkota! Cepat tarik keputusanmu itu. Pergi ke sana secara langsung sebagai Putra mahkota bukan ide yang pantas untuk kau lakukan."

Kaisar tidak dapat menyembunyikan kemarahannya saat Aiden mendatangi dirinya di aula singgasana.

"Maafkan aku, Ayah. Tapi aku tidak akan mengubah keputusanku."

"Putra Mahkota!!" decak Kaisar murka.

"Aku mau menjadi sukarelawan tanpa identitas Putra mahkota bersamaku. Ku harap Ayah menghargai keputusanku."

Helaan nafas tak teratur keluar dari mulut Kaisar yang tidak dapat menahan emosinya. Aiden memang memiliki sifat keras kepala sama seperti dirinya tapi tidak pernah sekalipun Kaisar berpikir bahwa dia akan menghadapi dirinya versi muda seperti saat ini.

"Baiklah tapi jangan melakukan kontak fisik dengan rakyat yang terkena wabah." ucap Kaisar memberi syarat.

"Akan ku usahakan, Ayah."

"Apa susahnya berjanji pada ayahmu. Kau adalah Putra mahkota Kekaisaran Euphoria."

"Aku tau, maka dari itu aku juga paham tugasku seperti apa, Ayah."

Kaisar menghela nafas, "Kembalilah dengan selamat, ayah mohon."

Aiden mengangguk membalas ucapan Sang Kaisar lalu memutuskan pamit pergi dari hadapan singgasana. Ia merasa masih ada banyak hal yang harus dia urus sebelum kepergiannya.

Setelah kepergian Aiden. Kaisar menoleh ke arah penasihat Kekaisaran sebelum memberikan perintah.

"Panggil Putri Aleitheia ke sini."

----

Suasana pada acara makan malam di kediaman Grand Duke yang di liputi keheningan sama sekali bukan hal yang di inginkan oleh Vincent terjadi. Sang Pangeran mengharapkan keduanya bisa memulai obrolan atau mencari topik pembicaraan mengingat keduanya bukanlah kolega bisnis akan tetapi calon pasangan yang akan segera menikah.

Dan entah gerangan apa hingga Vincent harus ikut terlibat pada acara makan malam pasangan ini. Ia hanya tau bahwa ayahnya menginginkan Vincent mendampingi saudari kembarnya karena takut Valerie akan mengacaukan acara makan malam bersama tunangannya seperti hal-hal yang coba dia lakukan sebelumnya.

Satu, dua, tiga bahkan sepuluh menit berlalu, tak ada satu pun suara yang keluar. Hanya bunyi garpu dan sendok saling bersautan, menimbulkan suara yang meramaikan suasana malam ini.

"Baiklah, aku sungguh tidak tahan lagi," desah Vincent menaruh pisau dan garpu lalu meraih serbet kemudian mengelap mulutnya, "Bisakah kalian membicarakan sesuatu? Ya, kita memang sedang makan malam tapi bukan itu tujuan utama. Kalian berdua bahkan tidak bicara sejak kita duduk di ruangan ini." keluhnya.

Valerie berhenti menyuapi makanan ke mulutnya. Ia menatap Vincent dan Grand Duke bergantian. Dia sendiri juga binggung harus memulai dari mana karena jujur saja pernikahan ini bukanlah yang dia inginkan.

"Erie, ku mohon katakan sesuatu." bisik Vincent menatap saudara perempuannya.

"Mengapa anda menerima pernikahan ini, Tuan?"

Grand Duke tersenyum tipis, ia sama sekali tidak terkejut dengan pertanyaan Valerie, seolah telah menantikan kata-kata itu terlontar dari bibir cantik sang Putri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Lost PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang