[Scarlett PoV]
Kami telah berjalan hampir satu jam di labirin ini, tapi entah mengapa kami selalu sampai di tempat yang sama setiap 20 menit berjalan. Yang memimpin perjalanan kami adalah Brian, kurasa dia memang tidak berbakat dalam memilih arah.
"Brian ... Kita sudah tiga kali sampai di pintu bercorak laba-laba merah seperti ini kau tahu," ucap Ariel yang sepertinya sudah tidak tahan terus berputar-putar di tempat ini.
"Ughhh ... Baiklah, mari kita ingat-ingat kembali," kata Brian yang menyentuh dagunya berlagak sedang berpikir. "Perjalanan pertama, kita mengambil jalan ke kanan saat bertemu persimpangan pertama, ke kiri saat bertemu persimpangan kedua dan lurus saat bertemu dengan persimpangan terakhir."
Dengan rute yang kita ambil itu, kami bertiga pada akhirnya kembali ke pintu dengan corak laba-laba ini. Saat perjalanan kedua, kami mengambil jalan yang berbeda pada setiap persimpangan yang kami temui, akan tetapi kami tetap mendapat hasil yang sama.
"Dan pada perjalanan ketiga, kita mengambil jalan lurus di setiap bertemu dengan persimpangan," ujar Brian. "Tetapi, mengapa kita selalu mendapat hasil yang sama? Berputar-putar tidak jelas di tempat seperti ini!"
Perkataannya tidak salah dan sangat logis, seharusnya kita akan sampai di tempat yang berbeda jika mengganti rute dalam setiap perjalanan yang kita lewati. Akan tetapi, mengapa kita selalu saja berakhir di pintu bercorak laba-laba ini?
Kami memiliki keuntungan dalam melakukan perjalanan dengan memiliki dua orang yang bisa mengaktifkan sihir cahaya yaitu Ariel dan Brian. Akan tetapi, setelah sekian lama Brian menggunakan sihir, dia sama sekali tidak memiliki tanda-tanda akan kelelahan atau Mana Exhaustion.
Kurasa, ini memang salah satu kemampuan dari Codex yang ia miliki.
Brian kemudian menghela nafasnya lalu mulai melangkahkan kakinya kembali. "Mari kita kembali menyusuri tempat ini, berdiam diri saja tidak akan membawa kita kemana-mana," ajak Brian.
Aku melihat ekspresi Ariel, sepertinya dia sudah cukup kelelahan setelah berjalan selama ini.
Hal ini sangat wajar mengingat Ariel bukanlah murid Ksatria sepertiku dan Brian yang memiliki kondisi fisik lebih unggul dari Priestess sepertinya.
"Brian," panggilku padanya.
Pria berambut pirang itu berbalik dan memperlihatkan wajah terkejut. Sepertinya baru kali ini dia mendengar suaraku selama menjadi rekannya pada ujian tahap kedua ini.
"A-ada apa, Scarlett?" tanya Brian yang entah mengapa terlihat gugup.
"Kita harus beristirahat sebentar, Ariel terlihat sudah kelelahan," ungkapku padanya.
"A-ah, tidak. Aku masih bisa berjalan kok," sanggah Ariel, namun kondisi tubuhnya tidak bisa menipu siapapun di sini.
Brian kemudian memperhatikan Ariel yang terlihat berkeringat cukup banyak, kedua kakinya juga sedikit gemetar dan padangan Ariel sudah terlihat kurang fokus.
"Ma-maafkan aku, Ariel," kata Brian yang terlihat menyesal. "Aku tidak menyadari kondisi tubuhmu."
"Tidak usah khawatir, Brian," kata Ariel mencoba tersenyum. "Kurasa kita bisa beristirahat tepat sebelum persimpangan pertama nanti."
"Baiklah kalau begitu."
Melihat Ariel yang bersikeras, kami melanjutkan perjalanan. Tidak lama kemudian, kami telah sampai di persimpangan pertama. Terdapat tiga jalur berbeda yang harus kami pilih.
"Baiklah, kita bisa beristirahat di sini sejenak," kata Brian yang kemudian memberikan sekantung air minum kepada Ariel. "Pulihkan tenagamu dengan ini, Ariel."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a Villain In My Own Game?
FantasíaGenre : Isekai, Action, Adventure, Romance Tag : Isekai, Academy, Knight, Magic, Saint, Anti-Hero, Hated-Protaginost, Empire, Noble, Politic * Bukan Novel terjemah, ini Karya Orisinilku Asli Kalian bisa Support aku di link ini ya .... https://saweri...