❦ Sedikit Cemburu

70 13 15
                                    

Noeline sedang membaca kolom komentar dari postingan terbaru Aurora Books perihal lomba menulis yang akan mereka selenggarakan. Baru spoiler tipis-tipis, poster lomba dan penjelasan lengkapnya akan diposting besok oleh Indira.

Sejauh ini tanggapannya cukup banyak yang antusias. Beberapa penulis yang sudah Noeline kenal bahkan ikut berkomentar dan mengatakan kalau mereka akan ikut berpartisipasi.

Noeline tersenyum sembari membalas komentar-komentar tersebut ketika ada panggilan masuk dari Danisha. Di detik itu pula Noeline langsung menggangkatnya.

Suara Danisha terdengar agak berbeda ketika dia memanggil nama Noeline. Di sekitarnya terdengar berisik, entah sedang berada dimana kakaknya itu.

“Kenapa Mbak?” tanya Noeline.

“Kamu bisa jemput Elsa gak Noe?“

“Lho, Mbak lagi ngapain emang?”

Alih-alih langsung menjawab, terdengar helaan napas kasar dari seberang telepon, membuat kening Noeline mengernyit penasaran.

“Mbak kecelakaan. Ini lagi di IGD.”

“Hah?” pekik Noeline dengan kedua mata yang melebar. “Kecelakaan dimana? Kok bisa? Ini Mbak gak kenapa-kenapa?”

Serentetan pertanyaan yang diajukan Noeline membuat Danisha di seberang sana agak menjauhkan ponselnya. Suara Noeline membuat telinganya berdenging.

“Gapapa. Mbak cuma lecet-lecet sama keseleo. Tadi kebetulan kecelakaannya emang deket rumah sakit, jadi Mbak langsung dibawa ke sini.”

Jelas Noeline tak percaya. Jika tidak separah yang Danisha katakan, kakaknya itu jelas akan nekat menjemput anaknya sendiri entah bagaimana pun caranya. Namun, kali ini Noeline memutuskan untuk tak berkomentar dan mengiyakan kakaknya.

Noeline segera menyambar tas kecil dan membuka google maps untuk melihat lokasi TK yang Danisha kirimkan. Saat hendak keluar ruangan, ia berpapasan dengan Chiko di depan pintu.

“Kak, gue mau nanya soal—”

“Tanya Bang Nizar aja. Gue buru-buru.” Noeline langsung menyelanya.

“Lo mau kemana Kak?”

“Jemput keponakan gue.”

“Di sekolah?”

Noeline mengangguk sementara tangannya kini sibuk membuka aplikasi ojek online. Chiko yang tak sengaja melihatnya langsung menawarkan diri untuk mengantar. Ia tahu Noeline tak membawa kendaraan karena tadi pagi mereka berangkat bersama.

“Kerjaan gue udah kelar kok. Desain cover yang waktu itu, lagi diperiksa sama Bang Nizar.” Chiko buru-buru menjelaskan ketika melihat gelagat Noeline yang hendak menolaknya.

“Yaudah ayo.”

Chiko kembali ke mejanya, mengambil jaket yang tersampir di punggung kursi, lalu berlari menyusul Noeline yang sudah turun lebih dulu. Kepergian mereka berdua yang terlihat buru-buru itu berhasil mengundang tatapan penuh tanya dari rekan-rekan kerjanya yang lain. Mereka kompak menatap Nizar setelahnya, sedangkan yang ditatap hanya mengangkat kedua bahunya.

“Kakak lo gak kenapa-napa kak?” tanya Chiko saat di perjalanan. Barusa Noeline sudah menceritakan dengan singkat soal kecelakaan yang menimpa Danisha.

“Gak tau. Bilangnya sih cuma lecet-lecet sama keseleo, tapi kayanya lumayan parah.”

Kemudian hening. Chiko mempercepat laju motornya, dengan lihai ia menyelip dari satu kendaraan ke kendaraan lainnya. Untunglah jam segini jalanan belum terlalu macet. Tak sampai setengah jam mereka sudah sampai di depan TK Surya Bakti.

Dissonance: Ending PageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang