"Apa kau sungguh akan berbaring saja seharian ini?"
Karena Jaehan dan Sebin sedang sibuk bersama ayahnya, jadi Yechan yang memang sedang tidak enak badan pun ditinggal di rumah sendirian.
Ibunya seperti biasa, sibuk bersama para kumpulan sosialitanya.
Yechan sendiri tak keberatan. Ditambah ada Yang Hyuk yang tiba-tiba datang, mengajaknya bermain tanpa peduli jika ia merasa pusing setengah mati.
"Bermain saja video game di rumah, untuk apa keluar? Lagi pula hujan setiap hari, kau tahu kan aku tidak suka hujan?"
"Itu membosankan, Yechan-ah ..."
Yechan tertawa pelan, sampai salah satu pelayan datang membawa pesan bahwa ada tamu yang datang.
"Katakan saja eomma dan appa sedang tidak ada di rumah."
Namun, pelayan itu mengatakan jika tamu ini ingin menemui Yechan, bukan yang lain.
Tak hanya Yechan, namun Hyuk juga keheranan. Mereka saling pandang.
"Antarkan dia ke sini. Aku benar-benar tidak ada tenaga untuk menyambutnya."
Persetan dengan kesopanan. Lagi pula, tak biasanya juga ia yang dicari.
Ada apa?
Keduanya cukup penasaran juga.
**
Kamar Yechan cukup mewah, ada ranjang besar, meja belajar dekat jendela, lalu ada sofa beserta meja yang sebenarnya tidak terlalu penting juga untuk diletakkan di sana.
Sampai hari ini tiba, dan tamu yang tadi mencari kini duduk di atasnya.
Yang Hyuk hanya bersandar pada kusen jendela. Sempat pamit, namun sang tamu memintanya untuk tak kemana-mana.
"Aku tidak tahu bahwa ada Elder yang akan menemuiku, maaf jika sambutanku kurang berkenan di matamu."
Moon Jehyun, dia tersenyum. Cantik Yechan akui, hanya saja ia tak pernah bisa memandang Elder tanpa harus menaruh curiga dan prasangka.
Mereka selalu datang saat ada kepentingan, dan kepentingan itu biasanya hanya untuk diri mereka sendiri saja.
"Kudengar anak dari pemimpin sedang sakit, jadi aku membawakan minuman herbal. Kebetulan aku baru pulang dari perjalanan bisnis. Ini sangat bagus untuk kesehatan, Tuan Muda."
Yechan menatap bungkusan yang Jehyun letakkan di atas meja.
Elder itu juga menatap Hyuk sebelum tersenyum, "Tuan muda bisa membagi pada putra keluarga Yang jika mau."
Yechan dan Hyuk kembali saling pandang. Hingga akhirnya Yechan mengangguk, berterima kasih setelah itu.
Moon Jehyun menatap arloji yang melingkari tangan kirinya. Elder itu berdiri, membungkuk dengan sopan sekali.
"Ah, sepertinya aku harus pulang, Terima kasih atas jamuannya. Aku pamit undur diri. Tuan Muda, semoga lekas sehat ..."
Seringai mencurigakan terbit dari bibir tipisnya, "Kita pasti akan bertemu lagi. Saat itu tiba, Tuan muda tinggal datang saja dan pintu rumahku akan selalu terbuka."
**
Jehyun keluar diantar oleh pelayan. Sementara Hyuk langsung duduk, ia amati minuman yang dibawa elder itu berulang kali.
"Jangan diminum."
"Kenapa? Pelit sekali."
Yechan menggeleng, "Bukan itu. Hanya saja, tidakkah kau curiga padanya? Jarang sekali ada elder yang berlaku lembut tanpa niat terselubung."
Hyuk tetap membuka kardus berisi satu lusin minuman herbal itu. Mengamati satu demi satu, berusaha keras melihat dan mencium barangkali memang menemukan sesuatu yang buruk di situ. Namun, hampir setengah jam mencari, tak ada yang mencurigakan sama sekali.
Dengan gegabah, Alpha itu mengambil satu dan membukanya. Kembali mencium aroma nya sebelum menenggak dan menghabiskan tanpa sisa.
Yechan mengernyit, berpikir mengapa teman besarnya ini bodoh sekali.
"Jika terjadi sesuatu, aku yang akan jadi tersangka di sini, Sialan!"
Hyuk tertawa, dan cukup lama menanti reaksi, tak ada yang terjadi.
"Ini minuman herbal sungguhan, Yechan-ah. Lihat! Tak ada sesuatu yang terjadi. Ayolah! Kau harus minum agar cepat sembuh. Aku bosan tidak ada Sebin, jadi kau harus sehat agar kita bisa bermain."
**