Aku kembali membawa kelanjutan bab kemarin.Happy Reading & jangan lupa tinggalkan jejak kalian😉
Rumah sakit.
Marcell terus menunjukkan kekhawatirannya pada pintu yang tertutup di depan sana, di mana Kessa sedang berjuang melewati masa kritisnya.
Semua orang turut menunggu bersama Marcell, tak ada yang bersuara dan lebih memilih untuk berdoa meski mereka juga tak yakin jika Tuhan mau mendengar, karena mereka semua seorang pendosa. Namun, tidak ada salahnya mencoba bukan?!
Dua jam berlalu hingga tiba akhirnya pintu di depan sana dibuka dari dalam. Marcell selaku orang yang berdiri paling dekat dengan pintu bergegas berdiri menghadap dokter.
"Dokter, bagaimana?" suara Marcell bergetar.
Dokter yang masih berdiri di ambang pintu melirik Ricko yang langsung memberikan anggukan. Kemudian kembali menatap Marcell seraya menjawab kekhawatiran pria itu; "Dia sudah melewati masa kritisnya."
Marcell berucap syukur, tapi belum lega sebelum melihat langsung kondisi wanita-nya.
"Seberapa fatal lukanya, Her?" pertanyaan itu datang dari Ricko untuk rekan dokternya.
"Masih bisa bertahan. Satu gigi dan beberapa tulang patah."
"Rumah sakit ini cukup memadai?"
"Kalau Dokter Ricko ingin membuatnya lebih cepat sembuh lebih baik pindahkan ke rumah sakit di Ibu Kota."
Ricko mengangguk. "Tolong selesaikan persiapannya, dia akan dibawa sekarang juga."
"Baik, Dokter."
Dokter itu kembali masuk ke dalam ruangan meninggalkan semua orang yang mulai bisa melemaskan bahu.
"Marcell–"
"Kita selesaikan sekarang sebelum Kessa pulih." Marcell menyela Darwin yang tertunduk datar. Dia berbalik kemudian mendekati Darwin yang berdiri di sudut ruangan. "Apa yang kamu lakukan di sekitar rumahku?"
Samuel orang pertama yang menyadari akan adanya sinyal bahaya dari kedua orang itu bergerak mendekat, tapi Irgi berhasil menghalangi jalan Samuel hingga pria itu ditarik Mila untuk duduk kembali.
Samuel tidak bisa protes pada dua sahabatnya apalagi saat Ricko menggeleng padanya. Tanda dari Ricko terlalu tegas hingga membuatnya tak bisa berkutik meski ada perasaan takut jika Marcell sampai menyerang Darwin lebih dulu. Dia sangat yakin Darwin akan mati karena pria itu pasti tidak akan membalas Marcell.
Cih! Mereka semua terlalu berpihak pada Marcell, mereka tidak memikirkan perasaan Darwin yang sama terlukanya seperti Marcell.
"Maaf, Marcell." Dua kata yang keluar dari mulut Darwin membawa cengkraman kuat di kerah bajunya.
"Aku akan mempertimbangkannya setelah mendengar pembelaan darimu." Marcell mendesis lalu mendorong Darwin hingga cengkramannya terlepas.
Darwin dengan tatapan sayu namun tenang membalas tatapan tajam dari Marcell. "Aku memperhatikannya dari jauh... Hanya itu yang bisa aku lakukan untuk meringankan rasa rindu padanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Gadis Muda - END
RomansEnam tahun berlalu setelah pertemuannya dengan gadis muda cantik berwajah polos nan teduh. Marcell menjadi bajingan kelas kakap serta nyaris menggila karena gadis itu menghilang secara tiba-tiba. Selama itu pula ia tak pernah berhenti mencari kebera...