..
Avey menguap lebar. Tak menggambarkan perilaku seorang pangeran. Tangannya Ia lap pada celana seragamnya setelah selesai membersihkan lubang hidungnya.
Kepala akademi yang sedari tadi mengamatinya pun hanya terdiam. Segan menegurnya.
Tidak cocok dengan rumor yang beredar bahwa Ia amat sangat tegas. Menegur bocah ingusan itupun dia ketar ketir.
"Anggurnya enak." Pujian itu keluar dari mulut si 'gemuk' Borbi.
Avey terkejut dengan seruan mendadak itu. Dia melirik tajam si murid tersebut hingga Borbi hanya bisa merengut dan mundur.
"Kan aku hanya memuji." Lirihnya sedih.
Avey melemparkan lirikan keji tadi. "Kau pikir aku tidak tau akal busukmu itu! Kau pasti minta lagi! Ya kan?!" Todongnya menunjukkan pisang.
Borbi tentu senang dan girang. Mimpi apa di akan makan pisang yang sudah lama tak ia jumpai.
"Pisang~"
Namun sayangnya. Belum juga mendapatkan kemauannya. Kakinya lebih dulu tersandung dan tubuhnya terjatuh mengguncang dunia.
Avey ikut terjatuh dengan tangan memegangi kepalanya.
"Kamu ini berdosa banget." Ujarnya pada Borbi.
Borbi ingin berdiri. Namun begitu sukit hingga Ia hanya menghela nafas tanoa ada yang mau membantunya.
"Orlo! Angkat temanmu!" Teriak Avey membuat semua murid menoleh ke arahnya.
Sedangkan Avey yang di perhatikan mengangkat sebelah alisnya. Kedua tangannya bertengger di pinggangnya.
Sembari kepalanya yang sengaja di miringkan, dia bertanya. "Nape? Ngga seneng?"
Lalu semua orang terdiam. Semua orang telah terbiasa dengan tingkah dan kosakata aneh dari sang pangeran.
Baju merah dengan corak warna emas itu membuatnya seolah seorang bintang di tengah-tengah para murid lainnya.
Namun, masih di pertanyakan, entah belajar dari mana sang pangeran mempelajari segala tingkah aneh tersebut.
Ketika semuanya terdiam. Suara lonceng kembali membuat mereka terfokus ke satu titik arah berasal.
Avey melirik dari mana suara lonceng itu berbunyi. Hingga suara langkah kencang mencuri perhatiannya.
Matanya melotot terkejut. Dia mundur perlahan. Dari kejauhan pun. Matanya sudah bisa menangkap seberapa besar hewan itu berlari kearahnya.
"Anjay PdiP!" Teriaknya sembari berlari membawa sebiji pisang.
Mulut kecilnya terus mengumpat dan berteriak.
"Shibal anyeong! Gue pake baju merah woilah!!!" Terus hingga para pengawas ikut panik dan mulai mengejar Avey.
Dia mencari siapapun yang bisa membantunya. Hingga nafasnya sudah naik turun pum Banteng tetap mengejarnya.
Otak kecil Avey berfikir pendek dan mencari apapun yang tinggi. Yang tak dapat di gapai si Banteng.
"Pohon!"
Dia segera mendekat dan naik dengan semrawut. Hiasan di bajunya terlepas satu persatu, sangat di sayangkan.
Pohon itu bergoyang saat Avey sudah di pucuk pohon.
"Ini pohon apa ya?" Ujarnya bertanya pada diri sendiri. Melengkung perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloviate.
RandomIsa hanya berniat membantu tetangganya. Siapa yang akan mengira bahwa Dia malah malah berakhir di sini? Slow Update. belum dapet ide. belum bisa lanjutin