XIII. Haec Ornamenta Mea

1.8K 287 39
                                    

⠀⠀"Kalau perkiraanku benar, kita akan sampai di pulau terluar Pakhia dalam tiga putaran jam pasir." Georgie menunjuk satu titik pada peta.

⠀⠀"Apakah pulau-pulau ini berpenghuni?" tanya Gunnar, melipat lengan.

⠀⠀"Kalau dari catatan perjalanan yang kubaca, pulau-pulau terluar biasanya menjadi tempat para bajak laut melakukan careening—pembersihan kapal," Hawk menjawab.

⠀⠀"Aku tidak akan terlalu khawatir dengan bajak laut yang sedang bersih-bersih," Georgie memotong, "Lyra sudah berbicara pada para siren, dan mereka memberi kita sedikit informasi. Ada tiga pulau utama di Pakhia. Dua yang paling besar terletak berdekatan, La Mamora dan La Sierra. Ini adalah pusat kehidupan di Pakhia, tidak seberbahaya pulau yang satunya."

⠀⠀"Pulau yang satunya?"

⠀⠀"La Plata. Markas bajak laut Blanco, kapitan yang paling disegani di Pakhia. Dia akan merampok semua kapal yang berani berlayar melewati pulaunya."

⠀⠀"Kalau begitu, kita hanya perlu menghindar, kan?" Gunnar menggaruk kepala.

⠀⠀"Masalahnya, kita tidak tahu di mana Atol Pergussa berada saat ini. Pulau itu selalu berpindah-pindah, dan kalau sedang sial…"

⠀⠀"…Bisa saja letaknya tepat di balik La Plata saat kita sampai," Hawk menyelesaikan kalimat Georgie.

⠀⠀Gadis itu mengangguk muram. "Satu hal lagi…"

⠀⠀"Apa lagi?"

⠀⠀"Kita harus punya jolly roger untuk dibolehkan bersauh di La Mamora."

⠀⠀Gunnar mengerutkan hidung. "Aku tidak mau kemeja kesayanganku dikorbankan lagi."

⠀⠀"Tidak ada juga yang ingin mengorbankan kemeja busukmu," cibir Hawk, "tak bisakah kita menjahit jolly roger baru?"

⠀⠀"Tidak perlu." Sekonyong-konyong, Caspian muncul di ambang pintu ruang navigasi. Sang raja menggendong anaknya dengan kain, tersenyum riang. "Ngomong-ngomong, Al sudah bisa memanggilku 'Da'!"

⠀⠀"Da," Altan mengulang, tertawa sendiri, "Da-da-da-da-da-da-da!"

⠀⠀"Itu lebih seperti tembakan senapan bagiku," kekeh Gunnar.

⠀⠀Hawk berdecak pelan, meski Altan memang menggemaskan. "Yang Mulia, apa maksudmu dengan 'tidak perlu' barusan?"

⠀⠀"Admiral Vex sudah membantu kita mengatasi permasalahan itu. Coba saja lihat ke luar."

⠀⠀Kening semakin berkerut, Hawk berderap dari ruang navigasi. "Aku masih curiga pada si anjing laut—"

⠀⠀Kalimat sang kapten terputus, karena ia sudah memicingkan mata pada puncak anjungan. Selembar kain segiempat berkibar di sana, berwarna hitam dengan gambar tengkorak dan sepasang ekor siren.

⠀⠀"Kenapa kau mau-mau saja memasang semandera jelek begitu!?" protes Hawk keras.

⠀⠀"Itu bendera yang dibuatkan Admiral Vex khusus untuk Windrider. Katanya, ini akan memberi peringatan pada bajak laut lain bahwa kita punya siren sebagai senjata," Caspian menjawab tanpa rasa bersalah, tangan menutupi mata Altan dari terik matahari.

⠀⠀"Dan kau percaya??? Cas, dia bahkan bukan admiral sungguhan," si kapten menggerutu, "kalau untuk peringatan, sekalian saja kau gantung istrimu di sisi kapal seperti meriam."

⠀⠀Sahabatnya tertawa. "Jangan berlebihan. Setidak-tidaknya, kita bisa menunjukkan identitas sebagai mantan pemburu."

⠀⠀"Terserahlah."

⠀⠀Sepertinya, Georgie memang berbakat menjadi navigator. Mereka bertemu beberapa pulau saat matahari tepat di atas kepala, sesuai yang gadis itu prediksi. Dengan teropong, Hawk bisa mengawasi pantai-pantainya. Di satu-dua pulau, terlihat beberapa orang berjaga, meriam kapal dijajarkan di atas pasir. Mereka mengawasi Windrider dengan waspada, meski Hawk yakin para bajak laut itu tak akan menyerang.

Of Sand and ShadowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang