Area Galaksi di The Land of Steel

35 8 0
                                    

Coda harus bersikap tenang. Setelah sebulan lebih berada di akademi, akhirnya hal yang dia nantikan datang juga. Tawaran Ara jelas akan dia terima. Bergabung dengn klub pengetahuan sejarah pasti akan menguntungkannya.

Dari awal sejak bertemu Erin, Coda merasa ada misteri yang harus dia pecahkan.

Hasilnya dia menemukan hal luar biasa.

Coda tidak peduli dengan harta karun seperti Berlian Bintang.

Coda hanya ingin tahu apa dan kenapa. Juga bagaimana. Siapa. Kapan. Coda hanya ingin tahu. Tidak perlu memiliki. Cukup menjadi pengamat.

Terlalu lama melamun, Coda tidak mendengar lonceng berbunyi. Mentor langsung keluar masih dengan ekspresi datar. Murid lain juga tampak biasa saja.

Sebenarnya Coda cukup terganggu, tapi dia hanya perlu bersabar begitu melihat wajah menyebalkan Faye yang meledeknya karena tidak tahu apa-apa.

Setelah lonceng yang ke kedua belas berbunyi, sesuatu yang menarik terjadi. Murid-murid segera bergegas pergi ke satu tempat yang sama. Aula. Coda tidak pernah ke sana jadi dia tidak tahu seperti apa dalamnya.

Coda masuk bersama Faye. Aula itu tidak hanya aula. Bangunan itu punya lantai-lantai yang mengelilingi bagian tengah yang kosong. Jadi, semua orang bisa melihat ke tengah ruangan. Coda mendekat ke ujung dinding pembatas di lantai dua. Tidak ada yang diperbolehkan masuk ke lantai pertama dan Coda tahu alasannya.

Lantai pertama adalah Area Galaksi.

Jantung Coda berdetak kencang. Murid lain mulai berisik. Sangat berbeda dari biasanya. Mereka sangat tertarik dengan hal ini ternyata.

Faye menyikut Coda yang terus memelototi lantai 1 aula. Berbisik pelan. "Tuan putri menurunkan titah untuk tidak membahas serpihan Berlian Bintang di luar Area Galaksi. Itulah kenapa kau tidak tahu apa-apa,"

Tepuk tangan keras meredam suara Faye. Ada delapan orang masuk dengan seragam yang Coda kenali adalah anak kelas satu. Anak baru.

"Ck ck ck, mereka benar-benar ceroboh sampai mengirim anak kelas satu," celoteh Faye sambil menggelengkan kepala. "Bahkan anak kelas tiga sekalipun sudah kapok menantang,"

"Apa yang ditantang selalu sama?" tanya Coda tanpa mengalihkan pandangannya.

Faye bersandar ke depan. Ikut memperhatikan delapan orang yang kini sedang berbicara dengan rekannya masing-masing. "Tentu. Area Galaksi dapat dikatakan untuk meperebutkan serpihan Berlian Bintang dari masing-masing kerajaan, tapi sebenarnya bukan itu,"

Coda menoleh ke arah Faye dengan wajah tertarik. Mata Faye melirik ke arahnya. Kemudian dia melanjutkan. "Area Galaksi digunakan kekaisaran untuk mengumpulkan serpihan Berlian Bintang dari kerajaan bagian. Karena itu, sampai sekarang penantangnya dan yang ditantang selalu sama juga pemenangnya selalu sama,"

Faye menunjuk ke arah murid-murid yang ada di area. "Mereka pikir mereka adalah pemangsa, tapi sebenarnya mereka hanyalah mangsa,"

Coda mengerti perkataan Faye. Setidaknya dia bisa paham sedikit. Area Galaksi diadakan dengan tujuan formalitas keadilan, tapi sebenarnya tersirat bahwa pertarungan ini hanya untuk mengumpulkan kembali serpihan Berlian Bintang tanpa harus repot mencarinya ke pelosok kekaisaran. Kerajaan Bagian dijebak dengan berpikir dapat menang, tapi jelas pemenangnya adalah pemangsa yang sesungguhnya.

Satu orang masuk lagi. Mentor dengan rambut biru gelap panjang. Coda pernah melihatnya. Blue. Kepala Akademi Lama.

"Orang itu akan menjadi wasit," jelas Faye tanpa diminta. Coda mengangkat alisnya tertarik. Bahkan Kepala Akademi yang menjadi wasit? Kekaisaran tidak segan menunjukkan kekuasaannya, huh?

"Astaga, padahal aku pikir mereka akan bergerak setelah setengah tahun. Setinggi apa kartu yang mereka pegang,"

Coda dan Faye tersentak kaget. Tidak hanya mereka beberapa murid langsung menggeser tubuh mereka dengan wajah yang beragam. Coda menatap aneh ke arah Erin yang entah sejak kapan berdiri di sampingnya. "Kenapa kau di sini?"

"Aku?" Erin bertanya ulang. "Pamer saja,"

Coda membuang napas pendek. Dia melihat ke arah para penantang yang menyadari Erin berada di lantai atas. "Kau pasti sudah berpikir menang,"

"Tentu," jawab Erin enteng. "Aku tidak bisa mempermalukan Raja Orion,"

Setelah berkata begitu, Erin berdiri di atas pembatas. Mata merahnya memperhatikan calon-calon lawannya. Dia melepas jas seragam yang Coda rasa masih milik Orion. Dia bisa menebaknya karena Erin melemparkan jas itu tepat di wajahnya.

Setelah merapikan pita kupu-kupu yang seharusnya dipakai murid perempuan dan menggulung lengan bajunya sampai siku. Erin melompat ke bawah. Mengeluarkan kartu yang Coda masih ingat dapat mengeluarkan kekuatan angin kencang.

Benar saja, baru saja melompat Erin langsung mengempaskan angin berkekuatan penuh ke lantai satu. Kencangnya sampai membuat suara yang begitu keras juga menghasilkan retakan di lantai satu.

Mata Coda terbelalak tak menyangka kekuatannya bisa sebesar itu. Angin yang bisa memecah tanah.

Erin mendarat di lantai dengan lembut. Rambutnya beterbangan mengikuti embusan angin yang tersisa. Debu-debu menutup jarak pandang. Coda tidak bisa melihat Erin untuk sesaat, tapi setelah dia berusahan memfokuskan matanya, mata merah Erin bisa dia temukan, karena Erin juga sedang melihatnya.

Seolah mengirimkan pesan.

"Ini yang kau inginkan, bukan?"

Coda terkekeh kecil. Dasar gila.

---//---

Faye memekik kecil. "Gila, ternyata anjing kekaisaran memang segila ini. Aku hanya mendengarnya, tapi begitu melihatnya, dia lebih dari sekedar gila, bukan?"

Coda tidak menanggapi. Dia hanya fokus pada Erin yang keluar dari area setelah berhasil merebut kedelapan kartu baru.

"Padahal dia tidak banyak menggunakan kartu miliknya, bahkan hanya 1? Tapi dia bisa mengalahkan mereka semua. Astaga," Faye tidak berhenti mengoceh. Bahkan setelah mereka keluar dari aula.

"Apa tidak masalah kalau kau terus berbicara tentangnya setelah Area Galaksi selesai?"

Reflek Faye menutup mulutnya sambil melirik ke kanan dan ke kiri. Coda melipat tangannya. "Apa kau penggemar Erin?"

Faye mendelik. "Tidak!" elak Faye dengan wajah memerah. Coda mana percaya.

"Memangnya kenapa kalau dia penggemarku?" lengan Erin muncul dan merangkul Faye. Tersenyum sombong. "Banyak kok yang jadi penggemarku,"

Coda memutar bola matanya malas melihat Faye yang langsung gelagapan dan menundukkan wajahnya. Erin melepas rangkulannya. "Ah, melelahkan. Aku mau tidur setelah ini,"

Tanpa kata, Coda mengembalikan jas seragam Erin. Faye masih diam. Sangat aneh melihatnya terdiam seperti itu. Coda memperhatikan Erin yang sibuk memakai jas seragamnya.

Erin yang sadar sedang diperhatikan bertanya tanpa suara. "Kenapa?"

Coda menggeleng. Dia menarik Faye agar bergerak. "Aku akan bertanya kapan-kapan,"

Erin tidak menjawab. Pergi dengan santai dengan tatapan murid yang mengarah padanya. Erin mengerling sambil mengangkat wajahnya tinggi. Tersenyum congkak. Menjengkelkan.

Setelah Erin pergi Faye langsung menarik lengan Coda. "Kau bisa berbicara dengan Tuan Erin?!?!" tanya Faye heboh.

Coda mengabaikan Faye dan pergi mendahuluinya. Faye langsung membuntutinya dengan melontarkan berbagai pertanyaan padanya, tapi Coda masih diam tidak menanggapi.

Pikirannya masih berada di area.

Senyum tipis muncul di wajah Coda. Sesuai perkiraannya. Sangat menarik.

---//---

Minggu, 14 Januari 2024

Blue: Banri
Faye : Haruka
Coda : Iori
Erin : Riku

Happy reading!

Another Note [Throne Of Stellar: Stardust Magic] (AU IDOLiSH7) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang