GORESAN LUKA TAK BERDARAH

8 4 0
                                    

   Hidup ini bagai sepeda yang harus dingayuh  lebih kencang untuk sampai ketempat tujuan . Hidup ini tidak sebagus yang kita inginkan, gagal pernah kita rasakan dan luka pernah dirasakan semua orang bergitu pula dengan Saya..

      Nama saya Saraswati sering dipanggil Saras, umurnya 17 tahun , saras adalah anak yang tertua , nama adiknya Laras . Kasih sayang orang tua pernah kita rasakan semua, tetapi Saras tidak merasakannya karena ayah dan ibunya pilih kasih sayang. Setiap kesalahan Saras di perbesar sedangkan adiknya yang pernah membuat kesalahan tidak pernah ditegur atau di marahin. Inilah kisahnya.

  Dari kecil Saras tidak pernah merasakan pelukan ibu , sejak kecil saras tinggal di rumah sendirian ,Saras menangis tersedu-sedu tetapi itu tidak ada rasa iba sedikit pun kepada Saras  dan saras hanya bisa menangis, lapar dan haus sudah bercampur -padu dalam gelap gulita. Derita yang melanda sudah saras alami dan Saras rasakan. Sekarang hidup saras dipenuhi derita dan sunyi yang tertanam dalam hidupnya saras .
   " Hidup ini bergitu berat bagiku kesabaran kunci utama dalam hidup ini " ujar Saras dalam hatinya.
Tidak terasa , waktu bergitu cepat , Saras sudah menghabiskan waktu sendirian , keheningan dalam hidupnya sudah tidak terasa asing lagi .Laras terluka sedikit diobati dan rasa khawatir terlihat di wajah mereka, Saras hanya bisa menangis saja.
  Takdir itu tidak bisa di ubah hanya bisa dijalankan saja . Marah ,kesal dan benci tiada gunanya hanya bisa pasrah kepada Allah SWT . Saras sering tidak di kasih jajan sekolah oleh ibu dan ayahnya, tidak menggoyahkan keinginannya  untuk belajar,Saras walaupun tidak ada jajan tetap pergi ke sekolah .

Ketika Saras dan Laras pulang sekolah, saras belum duduk sudah dipanggil oleh ibunya untuk masak karena ayah dan ibunya tidak sempat masak sibuk dengan kerja . Saras merasakan dia itu tidak bisa tenang sedikit pun yang dia rasakan.

  " Iya Bu Saras masak"  kata Saras yang sedang capek
" Cepat masak nya Saras ? ibu  , ayah , dan adik kamu udah lapar ini " ujar ibunya

  Rasa kecewa Saras rasakan, dia merasa bahwa keluarga nya tidak menyayangi nya , rasa sedih yang mereka berikan dan luka hati yang tiada berdarah nya . Keluhan Saras tidak pernah dituruti atau diterima, Saras tetap sabar menghadapi ibu dan ayahnya.

                                                   KEESOKAN PAGINYA ...

Seperti biasanya, Saras yang duluan bangun tidur, selesai sholat subuh Saras langsung masak dan membersihkan rumah. Setelah melakukan semua pekerjaan Saras mandi untuk ke sekolah.
" Bu Saras udah selesai semua pekerjaan nya, Saras pergi dulu ke sekolah Bu nya assalamualaikum " ujar  Saras yang ingin hendak ke sekolah
" Waalaikum salam, ini uang jajan kamu " kata ibunya
" Baik Bu " jawab Saras
   Walaupun Saras dikasih duit sekolah 2 ribu Saras tetap pergi ke sekolah .

Sesampainya di sekolah , Saras di bully lagi oleh teman - temannya, saras selalu menangis  di WC sekolahnya.
" Kenapa? Ya Allah diriku merasakan semua rintangan ini " ujar Saras yang sedang menangis di WC
Di waktu istirahat, Saras membeli jajanan di kantin sekolah tetapi teman yang suka membullynya  menganggu nya lagi dan merebut jajanan Saras , Saras sangat sedih dan sakit hati kepada temannya itu sia - sia saja karena mereka akan membullynya lagi dan tidak akan pernah berhenti membullynya.

Air mata selalu menetes di mata Saras seperti bumi yang dibasahi oleh air hujan .  Ketakutan dan keresahan hati telah melanda di hati Saras , tidak sanggup dengan pembullyan dan tidak sanggup dengan pilih kasih orang tua, diusia ini anak seperti Saras mendapatkan kasih sayang orang tua yang cukup.
  " Andai saja orang tua ku baik dan perhatian kepada ku " ujar Saras yang sedang menangis

Rasa lapar dan sedih sering di rasakan oleh Saras . Tetapi kini ? Saras dengan sosok sepi di dalam hatinya. Sudah terlihat di wajah Saras , Saras mulai stres dan depresi dengan keadaan nya dengan di penuhi kehidupan yang semu.
   Di setiap luka dan perih sudah di peras dengan perasan air jeruk nipis yang bergitu pedih dan perih yang dirasakan, takdir bagai kehidupan yang tidak bisa diubah maupun diulang kembali. Waktu terus berjalan dengan sendirinya dan kehidupan berlanjut semakin berlanjut.
" Ku ingin! Mewujudkan semua impian ku tetapi rasanya impian tidak pernah akan terwujud kan lagi " ujar Saras yang sedang duduk sendirian di kelas

Tidak bergitu lama bel sekolah berbunyi , semua murid-murid sudah pulang. Di tengah- tengah perjalanan teman -temannya yang tukang pembully menunggu kedatangan Saras , Saras tidak tau bahwa dirinya dalam bahaya.
" Kamu mau pergi kemana Saras " tanya teman pembully nya
" Mau pulang kenapa? " Jawab Saras
" Kenapa nya ! " Ujar teman  pembully nya

  Saras merasakan perasaan tidak enak, teman - temannya Saras melakukan pengeroyokan kepada Saras , rambut Saras di tarik, kepala Saras di pukuli dan baju Saras di robek oleh teman -temannya. Setelah melakukan pengeroyokan mereka sudah puas , terlihat Saras yang sudah terluka dan merasa lemah dan akhirnya Saras pingsan di jalan.

    Rasa sakit dan badan yang lemah  sudah membuat dirinya Saras tak berdaya, selama 2 jam Saras pingsan dan melanjutkan untuk kembali bangkit dan pulang kerumah nya .

Setelah sampai dirumahnya, ibunya memarahi Saras dan memukuli Saras , saras merasa sakit badan lagi yang bertambah lagi , bukannya tanya dari mana tetapi kemarahan yang dibuang kepada Saras , Saras tidak lagi bisa merasakan sakit dan luka yang diberikan oleh keluarganya dan teman-temannya.

  Saras merasakan trauma berat karena pembullyan  yang bergitu kejam dan jahat. Tawa kini bergitu berat dan saras sudah terbiasa merasakan pelukan kesedihan dalam jejak perjalanan nya yang bergitu banyak bercabangnya .

Di malam hari Saras memilih pena dan buku catatan nya yang ingin di ukir dengan masa pahit yang sedang dia derita. Benang - benang kecewa sudah melekat dengan erat di hati nya Saras . Di bawah sinar cahaya rembulan malam yang menyinari langit dan ditemani dengan beribu-ribu bintang di langit.
" Apakah hari ini? Hari terakhir ku!" Ujar Saras dalam hatinya
Satu persatu kata Saras tulis di buku catatannya dengan rasa sedih yang terselimuti luka yang tak berdarah. Rasa terluka, terluka, dan terluka yang Saras alami  dari kecil tiada rasa tawa, senang dan gembira yang terlihat di wajah nya Saras.

   Saras sangat depresi dengan keadaan nya dan Saras memilih untuk mengunci pintu kamarnya, dunia Saras sudah dipenuhi dengan kegelapan dan kesunyian yang melanda dirinya. Saras tau bahwa bunuh diri itu bukan pilihan yang benar tetapi dunia ini selalu menengkan dirinya Saras , Saras terpaksa membunuh dirinya di dalam kamarnya.
" Ibu Saras meninggalkan surat ini dan surat terakhir ku" ujar Saras didalam hatinya
   Di luar rumah nya sedang hujan deras, guratan hati pedih sekali,dibancuh air perih berasa , Tidak ada kenangan manis yang terasa , hanya tersisa luka yang terpendam dalam hati dan pikiran. Bersama hujan yang membasahi bumi, Saras tumpuhkan seluruh keluhan ini , tetapi saat ini? hujan tanpa sinyal ,cuma bergitu sesaat waktu bergitu cepat.
                                                KEESOKAN HARINYA ...

Di rumahnya Saras terlihat kotor dan berantakan tidak ada yang membersihkan rumah lagi . Ibunya Heran kenapa Saras belum bangun juga dan akhirnya ibu nya pergi kekamar nya Saras.

Sesampainya di kamar Saras tidak terdengar suara sedikit pun, terdengar suara tetesan air di kamar nya Saras . Ibunya berusaha untuk membuka pintu kamar nya yang terkunci dan akhirnya pintu kamar nya Saras terbuka . Suasana di kamar nya Saras gelap gulita, ibunya pun menyalahkan lampu kamar nya dan terlihat darah di lantai dan di meja .

Ibunya pun menoleh ke atas terlihat Saras tidak berdaya lagi dan Saras meninggal dunia. Ibunya sedih dengan kepergian Saras dan ibunya menemukan surat di atas meja yang dipenuhi dengan darah dan ibunya membacay.
" Ibu dan ayah Saras sangat ingin dicintai oleh kalian, aku tidak ingin stres dengan pilih kasih kalian Bu , aku juga ingin merasakan hangatnya pelukan kalian ataupun kasih sayang kalian, aku sering di-bully oleh teman ku , tidak pernah ku merasa keluhan ku kepada kalian, ku hadapi dengan sendirian , hatiku kini hancur dan terluka , ibu aku meminta maaf kalau perkataan ku membuat kalian marah atau kesal, sekali lagi maaf" isi surat peninggalan dari Saras
" Tidak,Saras maafkan ibu " ujar ibunya yang sedang menangis dan menyesal

                                             3 BULAN KEMUDIAN.....

  Ibunya sangat terpukul atas kepergian anaknya dan berat mengikhlaskan kepergian anaknya walaupun Saras harus merasakan luka dan sedih . setiap kehidupan sungguh banyak rintangan dan luka sudah menyatu menjadi"GORESAN LUKA TAK BERDARAH" dalam kisahnya saras  yang dipenuhi derita ,luka ,dan  kecewa.
                                                           





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SETIAP KEHIDUPAN PUNYA CERITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang