Keputusan dari The Land of Deep Forest

32 7 6
                                    

Malam ini suasana asrama cukup mencekam. Tidak ada yang berani bersuara. Meski begitu kamar Coda terlihat sibuk. Coda masih menyalakan lampu kamarnya. Dia mencoba menguraikan kejadian akhir-akhir ini.

Kasus pertama. Ada dua orang yang menjadi korban. Coda akan mengabaikan asal mereka. Sudah jelas bahwa pelaku menyerang semua kerajaan. Hal yang pasti adalah mereka memiliki serpihan Berlian Bintang.

Berdasarkan keterangaan korban pertama yang sadar, ada kemungkinan mereka diserang di jam pulang, bukan saat kelas pagi. Coda belum bertanya lagi pada Blue, tapi seharusnya kedua orang itu tidak ikut kelas di pagi hari. Bahkan tidak terlihat datang ke kelas.

Tubuh mereka juga dingin. Seperti ditinggal satu malam. Saat pertama kali masuk ke perpustakaan Coda merasa ruangan itu panas dan pengap. Seharusnya tubuh mereka hangat kalau memang baru diserang.

Selanjutnya korban sempat melihat barang-barang bertebangan bahkan darahnya sendiri. Itulah kenapa ruang perpustakaan bersih. Lebih sulit lagi kalau mengasumsikan bahwa korban diserang di tempat lain. Seharusnya pelaku meninggalkan bercak darah di lorong akademi, tapi tidak ada.

Perpustakaan cocok untuk melakukan kejahatan. Perpustakaan akan sepi begitu jam pulang datang. Penjaga juga akan menutupnya di jam segitu. Kecuali....

Coda berhenti menulis. Memang paling mungkin adalah orang itu.

Di hari kedua. Kasus kedua. Tiga anak menjadi korban. Terikat di air mancur yang mengotori kolam menjadi merah. Mereka hidup. Meski terkena air, beberapa bagian tubuh mereka masih hangat. Tas mereka juga ditemukan tidak jauh dari lokasi. Mereka belum sempat masuk ke kelas. Kasihan sekali.

Sama seperti korban sebelumnya, mereka tidak ingat. Hanya trauma dan rasa takut.

Kasuk ketiga ditemukan di asrama. Terikat dan tergantung. Pelakunya benar-benar berbahaya. Secara terang-terangan mendorong peperangan.

"Menunjukkan siapa yang berkuasa, ya?"

---//---

Coda menutup jendela dan menarik tirai kemudian mematikan lampu. Setelah itu memakai jubah hitam yang menutupi kepalanya. Coda berhati-hati keluar dari kamar asrama. Banyak penjaga yang berpatroli.

Butuh waktu sampai Coda akhirnya bisa keluar dari gedung asrama. Dia mencari tempat yang pas untuk mendapat pemandangan yang luas.

Pohon besar yang tumbuh di sebelah asrama. Coda menunggu dengan tenang di salah satu cabang. Matanya awas memperhatikan setiap sudut.

"Menunggu sesuatu?"

Coda tersentak kaget. Dia mendelik ke arah Erin yang muncul di atas tembok pembatas. "Sudah aku bilang jangan mengagetkanku,"

Erin tersenyum lebar tanpa beban. Dia menoleh ke arah gedung asrama. "Menurutmu sesuatu akan terjadi?"

"Tergantung. Kalau memang tujuannya adalah mengumpulkan pewaris kerajaan bagian, pelaku tidak akan melakuakn apapun," jawab Coda tenang. "Lagi pula kenapa juga kekaisaran mengumpulkan orang-orang itu hanya karena tiga kasus?"

"Coba tebak," Erin tersenyum sok misterius.

"Aku sudah memikirkannya, aku butuh kartu," Coda mengalihkan pertanyaan. Erin memiringkan wajahnya bingung. "Untuk? Jangan bilang umpan?"

Coda mengangguk. "Aku ingin pelaku datang padaku,"

"Apa pelaku akan jatuh semudah itu pada perangkapmu?"

"Kenapa tidak? Aku hanya perlu datang lebih awal dan pulang terlambat. Berkeliaran di asrama malam-malam,"

"Niatmu kelihatan sekali," Erin membuang napas berat. Menggelengkan kepalanya berulang kali. Tidak menyangka Coda akan berpikiran sependek itu. "Bagaimana kalau pelakunya mengenal dirimu?"

Another Note [Throne Of Stellar: Stardust Magic] (AU IDOLiSH7) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang