Erin tidak berani bicara. Orion orangnya memang pendiam. Dia tidak akan berbicara kalau tidak penting. Hanya saja, setelah berada di belakangnya untuk waktu yang cukup lama, Erin tahu Orion sedang marah saat ini.
Alasan? Tidak terpikirkan. Dahi Erin berkerut. Mencoba menemukan kemungkinan Orion marah. Apa karena penyambutan Orion yang dilakukan Erin sedikit berlebihan? Erin menggeleng. Tidak. Dia biasa melakukannya. Mungkinkah karena dia duduk di meja? Erin menggeleng lagi. Dia tidak menganggu kalau hanya duduk di atas meja.
Mulut Erin membulat. Mungkinkah saat dia melompat ke atas meja? Sebenarnya itu memang keterlaluan. Meski dia sering melakukannya.
Kepala Erin tiba-tiba menubruk punggung Orion. Erin tersentak kaget dan buru-buru mundur beberapa langkah. Orion masih diam di tempatnya, tanpa mengucap sepatah katapun. Lihat? Menyeramkan.
"Kau bertindak aneh, Erin," Orion berbalik menatapnya dengan tatapan tenang. Erin hanyan tertawa canggung. Padahal Orion yang bertingkah aneh. Tentu saja karena Orion diam dari tadi, makanya Erin takut untuk mengganggu Orion.
"Ada hal yang kau pikirkan?" Orion bertanya lagi. Erin jadi merinding.
"Raja Orion jangan bersikap begitu. Aku jadi takut," kata Erin panik.
Wajah Orion kembali menjadi tegas. Dia menatap Erin serius. "Aku rajamu dan aku memerintahkanmu untuk bicara,"
Nada suara yang selalu Orion gunakan saat melakukan tugasnya sebagai raja. Erin langsung meluruskan punggung. "Tidak ada, Raja Orion,"
Orion membuang napas berat. Dia berbalik dan melangkahkan kakinya lagi. Erin menunggu Orion berjarak lima langkah darinya, setelah itu baru dia berjalan.
Tanpa menghentikan langkahnya, Orion bertanya. "Kau terlalu jauh, Erin,"
Erin menggeleng tegas meskipun Orion tidak bisa melihatnya. "Aku hanya boleh berada di dekatmu dengan jarak lima langkah,"
Orion berhenti dan Erin juga ikut berhenti. Orion berbalik dengan mata yang menyipit. "Tingkahmu aneh, Erin. Apa kau gugup?"
Lagi-lagi Erin menggeleng tegas. "Tidak," jawabnya mantap. Bagaimana Erin bisa melindungi Orion kalau dirinya membiarkan perasaan lemah bernama gugup menghampirinya?
Orion maju satu langkah, begitu juga dengan Erin yang mundur satu langkah. Terkadang sikap Erin yang seperti ini membuat Orion jengkel. Erin bersikap sesuka hati saat situasi formal, tapi dia menjaga jarak saat hanya ada Orion bersamanya. Orion tidak pernah merasa Erin menyepelekannya saat dia bertindak di luar nalar. Dia hanya bebas.
Meski begitu kenapa Erin tidak bebas saat bersama Orion?
"Oleh-oleh,"
Alis Erin tertekuk kebingungan. "Maaf?" tanyanya sopan.
Orion yang mendengarnya semakin dibuat pusing. Dia melipat tangannya. "Kau bilang mau oleh-oleh dariku,"
Mata merah Erin langsung bersinar. Wajahnya menjadi ceria. "Benarkah? Di mana?" Erin segera melompat dan bergerak mengelilingi Orion.
"Eh!" hanya beberapa saat bertahan sebelum Erin kembali sadar kalau dirinya sedang berada di posisi bawahan normal. Erin berniat kembali menjaga jarak saat Orion menarik kerah baju bagian belakangnya.
"Eh! Eh! Raja Orion!" Erin panik mencoba melepaskan diri.
"Erin, tenangkan dirimu," tegur Orion lembut. Suara Orion membuat Erin perlahan memasrahkan diri. Tidak lagi memberontak. "Maaf,"
Orion melepaskan cengkeramannya. Erin yang merasa bebas, tidak lagi menjaga jarak, dia hanya berlutut di depan Orion. "Maaf,"
Orion berjongkok di depannya. Menyamakan tinggi mereka. "Lihat, tangan kanan Raja Orion yang arogan dan tak terkalahkan, sebenarnya hanya adik kecil yang suka menangis,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Note [Throne Of Stellar: Stardust Magic] (AU IDOLiSH7) HIATUS
FanfictionBerlian Bintang dengan kekuatan agung terpecah karena permintaan tak masuk akal untuk mendamaikan kerajaan. Coda yang awalnya merasa cukup dengan kehidupannya di Bestia bertemu dengan Erin. Hewan liar yang selalu membuat jantung Coda berdebar dengan...