Kerajaan Lama tidak stabil bahkan setelah 2 tahun kemenangan kekaisaran atas perang dengan kerajaan bagian. Kekaisaran yang mengalami kekosongan pada posisi pemimpin tertinggi beruntung bisa tetap berdiri karena bantuan dari kerajaan Lama dan kerajaan Mistero.
Meski begitu terlalu berfokus pada Kekaisaran membuat kerajaan Lama melemah dari dalam. Sejarah kelam itu tidak dipublikasikan, tapi membekas untuk semua orang di kerajaan.
Upaya penggulingan kekuasaan dilakukan oleh berbagai pihak bahkan dari keluarga kerajaan sendiri. Orion sebagai pewaris sah kerajaan di usia 14 tahun harus mengalami penyerangan dan upaya pembunuhan berkali-kali.
Orion membenci ayahnya yang tidak bisa melindungi kerajaan sendiri. Meski begitu dia tidak bisa membenci kekaisaran. Orion yang baru memasuki usia remaja harus bertahan hidup sambil melindungi kerajaannya.
Kali ini kasus pembunuhan pada orang-orang yang berada di pihaknya sangat menganggu Orion. Dia harus mencari pelakunya. Orion mendapat informasi kalau pelaku berada di pelabuhan Kerajaan Lama.
Sejujurnya Orion meragukannya, pelabuhan adalah tempat yang ramai. Bukankah seharusnya pembunuh terampil sangat berhati-hati.
Orion mengenakkan jubah dengan tudung yang menutupi kepalanya. Mencari pembunuh yang sudah dengan kejam menghilangkan nyawa orang lain. Orion penasaran berapa besar dia dibayar untuk itu. Kekejaman yang melebihi hewan liar.
Rambut merah dengan mata merah. Tidak banyak orang yang memiliki ciri-ciri seperti itu bahkan jarang. Mungkin satu-satunya dan sudah pasti orang itu pelakunya.
Begitu dia bertemu orang yang cocok dengan ciri-ciri itu, Orion membeku. Orang? Lebih tepatnya anak-anak. Orion bahkan lebih tua dari anak itu. Orion menahan napasnya. Masih tidak percaya dengan yang dilihatnya.
Rambut merah panjang yang tak terurus. Mata merah yang tampak kosong. Wajah dan tubuhnya kotor. Dia mengenakkan jubah tipis untuk melapisi tubuhnya. Bahkan dia tidak mengenakkan alas kaki.
Orion sampai mempertanyakan kewarasan dan kemampuan informannya. Anak kecil malang yang ada di hadapannya adalah pembunuh berdarah dingin? Jangan bercanda. Orion mengepalkan tangannya.
"Siapa namamu?" Orion bertanya pelan.
Tinggi anak itu tidak sampai sebahunya. Matanya seperti ikan mati. Bibirnya yang kering terbuka. "Erin," jawabnya lemah.
Mendengar suara kecil anak bernama Erin sudah membuat Orion yakin kalau ada kesalahan. Orion akan pergi mencari orang lain dengan ciri-ciri yang sama. Sebelum itu dia harus mengurus Erin lebih dulu.
"Mau ikut denganku?" tawar Orion mendekati Erin.
Wajah polos yang kotor itu bergerak. "Kau ingin aku membunuh orang?"
Pertanyaan Erin membuat Orion berhenti bergerak. Matanya mengerjap berulang kali. "Membunuh orang? Kau tahu arti kata itu?"
Masih dengan ekspresi lemah Erin menjawab pelan. Jawaban yang kembali membuat Orion terdiam. "Menusuk orang yang ditunjuk sampai berhenti bernapas,"
Orion dari kecil sudah diajari tentang keadilan. Jawaban Erin yang polos dan jujur membuat Orion murka. Siapa bajingan yang mengajari dan menyuruh anak kecil untuk membunuh. Orion mengepalkan tangannya. "Siapa-- siapa yang menyuruhmu?!"
Nada tinggi Orion membuat Erin tersentak, meski begitu Erin masih tenang. Tanpa perasaan. "Ada satu orang. Dia memberiku air dan roti,"
Amarah Orion benar-benar mencapai batasnya. "Roti dan air kau bilang?!"
Baru saja Orion akan menyeret Erin keluar dari lorong kumuhnya, muncul pria paruh baya yang Orion kenal. Mata Orion langsung menatapnya tajam. Salah satu musuh dalam seimut akhirnya muncul dengan sendirinya. Jadi, bajingan ini yang memanfaatkan anak kecil untuk membunuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Note [Throne Of Stellar: Stardust Magic] (AU IDOLiSH7) HIATUS
FanfictionBerlian Bintang dengan kekuatan agung terpecah karena permintaan tak masuk akal untuk mendamaikan kerajaan. Coda yang awalnya merasa cukup dengan kehidupannya di Bestia bertemu dengan Erin. Hewan liar yang selalu membuat jantung Coda berdebar dengan...