Semenjak dansa yang ketiga dimulai, Erin tidak berhenti mengedarkan pandangan ke mana saja kecuali ke depan. Rasa tak nyaman mengalir dari ujung jarinya yang digenggam. Belum lagi tatapan yang menganggu Erin.
"Maaf menguping aku tidak sengaja mendengarnya, tapi kau tidak mengambil kelas dansa, ya?" Sardinia berbicara lagi. "Kau bisa mengikutiku,"
"Kalau dansaku begitu menganggumu, kita bisa berhenti," sahut Erin ketus masih menolak bertatapan.
"Aku hanya khawatir kau akan jatuh," suara Sardinia masih lembut.
Erin memutar bola matanya malas. Dia paling tidak suka dengan Sardinia. Kehidupan yang bebas tidak cocok dengan kerajaan Lama yang tertib. Erin sadar bahwa tingkahnya terkadang seperti orang-orang di Sirena, tapi karena rajanya tidak menyukai Sardinia, tentu saja secara alami dia juga tidak menyukai Sardinia.
Meski dia sering bertengkar dengan orang-orang dari kerajaan Alba atau pengawal pribadi Vega, Erin tidak bermusuhan dengan mereka. Dia menikmati menganggu mereka. Hanya saja untuk Sardinia, melihatnya saja dia sudah malas.
"Kau begitu membenciku,"
Pikiran Erin terbaca. Mungkin wajah penolakannya juga sangat terlihat. Erin mendengus. "Baru sadar sekarang?"
Sardinia terkekeh pelan. "Yah, kau punya banyak alasan untuk membenciku. Aku hanya bisa minta maaf,"
"Simpan saja kata maaf untuk dirimu sendiri. Aku membencimu karena Raja Orion tidak menyukaimu. Tidak ada alasan lain,"
Kepala Erin akhirnya menoleh ke arah Sardinia. Dia memiringkan wajahnya yang menampilkan senyum arogan. "Tenang saja. Ketidaksukaanku pada kerajaan bagian itu sama. Bahkan pada kekaisaran,"
"Kau membenci dunia ini?"
"Sangat," Erin menjawab pendek. Kemudian matanya memicing pada Orion dan Coda yang sedang berbicara. "Tetap saja ada hal-hal yang tidak aku benci,"
Erin berhenti bergerak. Sardinia mengikutinya. Wajahnya berubah serius. Erin menyelipkan rambutnya ke telinga. "Setidaknya sebentar lagi semuanya akan selesai saat aku memenangkan Area Galaksi,"
"Aku tidak akan menyangkalnya," mata Sardinia berubah. Sorot matanya tajam. Tangan Sardinia terangkat dan mengelus rambut Erin. "Pada saat itu mari kita melakukan tugas masing-masing,"
"Tidak perlu diberi tahu dari awal aku sudah melakukannya," Erin menepis kasar tangan Sardinia. Meski mendapat perilaku tak sopan itu, Sardinia tersenyum lembut. Tidak kapok mengangkat ujung rambut Erin dan menciumnya. "Terima kasih atas waktunya,"
Lampu tiba-tiba mati begitu Sardinia selesai berbicara. Ruangan menjadi berisik. Semua orang menghentikan aktivitasnya. Menoleh ke kanan kiri dengan bingung.
Sardinia melepaskan pegangannya. Menatap Erin dengan khawatir. "Kau tahu bukan alasan kenapa aku tidak masuk ke Akademi Lama meski aku sangat ingin bertemu denganmu?"
"Alasan kita saling menghindar satu sama lain untuk berada di tempat yang sama dalam waktu yang lama? Aku mengerti," Erin tersenyum miring. Erin membungkukan tubuhnya sambil mengangkat ujung gaunnya. "Jangan mati lebih dulu,"
Wajah Sardinia masih kaku, tapi dia memaksakan senyum sambil membalas salam Erin. "Tidak sampai kau yang datang padaku,"
Bersamaan dengan itu getaran hebat membuat semua orang di sana menunduk. Teriakan dan pekikan panik segera memenuhi ruangan. Jelas sekali ada yang tidak beres.
Blue dan Orion langsung meneriakkan perintah untuk keluar ruangan. Tamu undangan berdesakan langsung memenuhi pintu keluar.
Atap Aula tiba-tiba runtuh. Erin dan Sardinia mendongak. Tubuh yang luar biasa besar dengan kulit yang sangat keras. Ekornya bergerak ke sana ke mari. Sayapnya yang lebar menerbangkan debu. Kilauan sisik putih memantulkan cahaya bulan yang belum sempurna.
Erin tertawa pelan. Ini untuk pertama kalinya dia melihat naga. Pastinya hampir semua orang tidak pernah melihat naga. Hewan yang dianggap mitos sekarang sedang menatap liar ke arah Erin dan Sardinia. Naga itu membuka mulutnya dan meraung kencang. Suaranya pasti membelah langit kekaisaran.
Setelah naga itu meraung kencang, semua orang yang masih ada di aula membeku. Orion segera sadar dan segera menyuruh Blue untuk kembali mengendalikan tamu undangan.
Orion menghampiri Katharina yang terpaku pada hewan besar itu. "Fang! Bawa Tuan Putri Katharina keluar!" seruan Orion menyadarkan Fang. Dia segera menarik Katharina dan Roma.
Alis Orion tertekuk saat melihat Erin dan Sardinia masih berdiam diri dengan naga yang ada di depan mereka. Orion melihat Shinkai yang berlari dan menarik Sardinia.
"Erin!" teriak Orion menarik perhatian si surai merah. "Pergi dari sana!"
Ekor naga itu bergerak dan melesat ke arah Erin. Sardinia dan Shinkai berhasil keluar dari area yang berbahaya. Orion berhenti untuk menghindari serangan naga itu. Erin melompati sabetan dengan tenang dan mendarat di atas meja. Berdiri dengan gaya arogannya. Mata merahnya bertatapan dengan manik hitam kelam sang naga.
Erin mengikat rambutnya. Menggunakan pisau kecil untuk merobek gaun bagian depannya. Erin menyeka riasannya. Setelah merapikan dasi kupu-kupunya, Erin berbalik melihat ke arah Orion.
"Raja Orion, kalau naga ini muncul di kerajaan lain aku tidak akan berdiri di sini, tapi naga ini ada di Kerajaan Lama. Raja Orion tidak akan senang kalau ada yang mengusik kerajaannya," Erin membungkuk hormat pada Orion. "Karena itu, anjing kerajaan Lama akan membereskan apapun yang mengusik Raja Orion,"
Orion jelas tidak senang. "Erin. Perintahku mutlak. Kembali ke sini sekarang juga!"
Sayangnya titah Orion sudah tak terdengar lagi. Erin sudah melompat ke lantai atas. Erin dengan kekuatan angin dari kartunya membuat tornado besar dalam sekejap. Mengurung naga itu bersama dengan puing-puing besar yang lebih dulu dihancurkan sang naga.
Orion tidak mau menyerah. Memangnya Erin bisa mengalahkan makhluk dengan ukuran puluhan lebih besar. Orion akan menyeret Erin untuk turun.
Langkah kakinya lambat karena kekuatan angin Erin yang kencang. Tiba-tiba dia merasakan lengannya ditahan. Coda muncul dengan wajah serius. "Masih banyak orang yang terjebak di tempat ini,"
Perkataan Coda membuat Orion bimbang. Jelas sekali dia masih bisa mendengar teriakan di ruangan ini. Ditambah Erin membuat tornado besar membuat tempat ini semakin berbahaya. Mata Orion beralih sebentar pada Erin yang tersenyum penuh kepercayaan diri.
Dia ingin melindungi Erin.
"Kau percaya Erin sangat kuat, bukan?!" Coda bertanya panik. Tempat ini akan runtuh.
Orion mengacak surainya frustasi kemudian pergi mengikuti Coda untuk menolong orang-orang yang masih terjebak.
Orion tahu, bahkan pewaris kerajaan bagian pun tidak akan ada yang mendekati Erin. Kali ini Erin sudah membuat dinding tinggi. Memaksa masuk ke dalam sana hanya akan menyusahkannya.
Mungkin juga Erin tidak akan mempedulikannya. Selama lawannya mati, dia tidak akan peduli dengan sekitarnya.
Orion harus bergegas agar Erin tidak sengaja membunuh atau melukai orang yang tak bersalah.
Orion tidak mau Erin semakin kehilangan perasaannya.
"Kau mengingat sumpahmu, bukan?" Orion mengepalkan tangannya. Sekali lagi melihat ke arah Erin. "Sejauh apapun kau pergi, jangan tinggalkan aku. Kembali padaku, Erin,"
Senyum Erin tercipta. Dia bisa menangkap perintah mutlak Orion yang selalu mengikuti setiap langkah hidupnya. Berputar terus di kepalanya. Tertanam kuat. Mengekang seluruh bagian diri Erin.
"Sesuai keinginan anda,"
---//---
Rabu, 7 Februari 2024
Harusnya aku up kemarin! Maaaf yaa malah kelupaan.
Happy Reading!
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Note [Throne Of Stellar: Stardust Magic] (AU IDOLiSH7) HIATUS
FanfictionBerlian Bintang dengan kekuatan agung terpecah karena permintaan tak masuk akal untuk mendamaikan kerajaan. Coda yang awalnya merasa cukup dengan kehidupannya di Bestia bertemu dengan Erin. Hewan liar yang selalu membuat jantung Coda berdebar dengan...