Haaai!!! Telat ya? Iyalah orang sinyalnya aja ngajak berantem (okelah gak berantem, cuma bikin harus nahan diri buat nangis. Lol nah jk, but kinda true. Lagi di luar kota ini jadi gak bisa pake notebook buat internetan), serta alasan lain yang cukup banyak, so yea.. Kay, btw, you see that vote button? Please click it :) (thanks!) Hope you enjoy this chapter! Give me your opinion, kay? Comment! DANNN makasih buat komen2 sebelumnya yah C:
Wendy membuka matanya. Ia melihat langit- langit sebuah ruangan yang berwarna putih bersih dan sangat terang. Ia mengamati ruangan tersebut. Wendy tidak tahu tempat macam apa itu. Hanya ada sebuah kaca besar di dinding sebelahnya yang sepertinya menunjukkan ruangan gelap di baliknya serta tempat ia berbaring dan kedua tangan serta kakinya terikat. Ia tak bisa bergerak.
Kemudian, ia teringat akan Cam. "Cam?" sahutnya. Tetapi tak ada orang lain selain dirinya di ruangan itu. Di depannya, terdapat sebuah pintu besi yang tiba- tiba terbuka dan menampakkan Cam.
Wajahnya terlihat begitu gugup. Dari belakang Cam, muncullah Sheldon yang mengenakan 'pakaian biasa' alih- alih jumpsuitnya. Wendy berusaha menarik- narik tangannya meskipun ia tahu tak mungkin bisa melepaskannya. Cam melirik ke arah Sheldon yang ekspresinya terlihat sangat datar. Sheldon mendorong Cam hingga ia sampai di sebelah Wendy.
Cam berlutut. "Hentikan, Wendy, sia- sia saja," bisik Cam. Wendy pun terdiam. "Kau tidak apa- apa?" tanya Cam. Wendy mengangguk. "Kita harus segera keluar dari sini!" bisik Wendy. Cam menggeleng. "Andai aku tahu bagaimana,"
Sheldon berdeham. "Sekedar informasi, aku bisa mendengar semua pembicaraan kalian,"
"Kau harus membantuku melepaskan ikatanku," bisik Wendy dengan lebih pelan. Cam mengamati tangan serta kaki Wendy yang terikat.
Awalnya, ia mengerutkan alis. Kemudian, raut wajah Cam berubah menjadi lebih serius. Pada saat itu juga Wendy merasa ada yang sangat salah. Cam mendesah.
"Wendy," katanya. "aku sampai rela membuat diriku sendiri sakit- sakitan demi dapat menangkap kalian semua sekaligus, tetapi kalian terlalu, uh, apa sebutannya? Sulit diatur?"
"Cam? Apakah mereka memberikan FL kepadamu?" tanya Wendy dengan gugup. Cam duduk di lantai. "Mana mungkin aku mau memberi diriku sendiri dengan itu," katanya. Cam terlihat berbeda. "jika aku bahkan belum menyempurnakannya. Namanya MXN, omong- omong. Meskipun aku akan segera menggantinya dengan sesuatu yang lebih bagus. Seperti, Sesuatu yang Bisa Membantu Banyak Orang dan Banyak Pula yang Menentang Entah Kenapa. Apa itu? S.. B.. M.. Apalah itu tadi, " lanjutnya.
Jantung Wendy berdebar dengan sangat kencang. "Sayang sekali aku kali ini baru bisa menangkapmu saja," kata Cam. Matanya menatap Wendy dengan tajam yang membuat Wendy diam terpaku."Lepaskan. Aku."
Cam melirik ke arah Sheldon yang kini terlihat lebih rileks.
"Cepat," ucap Sheldon. Cam menggembungkan pipinya. "Aku sudah tersiksa meminum cairan tidak enak itu selama berada bersama mereka, dan aku ingin bersenang- senang," katanya sambil menggeleng- gepeng secara dramatis.
"Anakmu yang sedang pingsan juga pasti membutuhkan cerita yang menarik saat dia bangun. Seperti, ekspresi ketakutan gadis ini. Maksudku, serius,"
Sheldon mendesah."Temanmu Bob itu pasti sekarang telah kembali bersama Melody," kata Cam. Wendy melebarkan matanya. "Apa..."
"Tenanglah, maksudku, kau yang perlu tenang tentang hal itu, aku tidak. Soalnya si Melody itu telah disembuhkan. Padahal ia dan Nash masih dalam tahap penelitian. Sayang sekali. Ia juga bisa jadi berbahaya bagi kami," potong Cam. "Ayo cepat," kata Sheldon. Cam mengangguk, kemudian menarik pelan rambut Wendy yang terurai sebelum akhirnya berdiri. "Jangan takut, Wendy," katanya. "sampai jumpa, kuharap kau dapat membantu percobaan kami,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Empty Street
Science Fiction'Saat melihat pemandangan di luar, lututnya tiba- tiba melemas dan ia pun terjatuh pelan di depan pintu' Wendy Train terbangun suatu pagi dengan menyadari beberapa hal yang ganjil. Orang tuanya sedang pergi ke negara lain dengan alasan pekerjaan, ja...