Kali berikutnya Sarang datang ke rumah sakit membawa sebungkus coklat yang menurut cerita aslinya adalah coklat kesukaan Baekjin Na. Coklat itu adalah coklat yang sering diberikan oleh ibunya ketika masih hidup. Dan sampai dia besar, Baekjin Na masih suka memakan coklat itu.
"Hai.. aku datang lagi, Baekjin. Apa kau sudah bangun?" Sapa Sarang sebelum duduk di kursi di sebelah tempat tidur seperti kemarin. Meskipun mencoba tersenyum, tapi wajah Sarang tetap murung setiap kali melihat Baekjin Na yang terbaring diam.
"Aku membawakan mu coklat. Aku yakin kau akan suka." Katanya kemudian.
Sarang berdiri dan meletakkannya di atas meja. Bunga aster yang kemarin dia beli, masih cukup segar, meskipun beberapa sudah ada yang layu.
"Bunganya akan ku ganti jika aku kembali ke sini nanti." Tambah Sarang sambil duduk.
"Apa kau merasa lebih baik sekarang?" Ucap Sarang. Dia menyentuh ujung jari Baekjin Na lagi. Ada perasaan menggelitik yang menyebar ke seluruh tubuhnya. "Apa kau tidak pegal-pegal? Ini sudah satu bulan setengah, Baekjin, kau hanya tidur terus seperti ini. Padahal sebentar lagi ulang tahun mu, kan? Apa kau tidak mau merayakannya? Aku akan membeli kue untuk mu. Jadi kau harus bangun, Ok?"
Sarang terus mengajaknya bicara dan Baekjin Na terus bergeming. Tidak ada tanda-tanda respon darinya. Bahkan irama nafasnya terlalu tenang masih seperti orang yang tertidur lelap.
Dia pun memainkan lagi jari Baekjin Na dengan kepala bersandar di tempat tidur.
"Apa akhir yang bahagia itu benar-benar ada?" Gumamnya sedih.Sarang hanya diam menatap wajah Baekjin Na yang tampak damai untuk waktu yang lama. Sesekali dia tersenyum membayangkan entah apa. Lalu tiba-tiba dia merengut untuk sesuatu yang juga tidak tahu tentang apa. Sarang yakin orang lain pasti akan mengira dia sudah gila. Kadang menangis.. kadang tertawa..
"Nona.. sudah waktunya pulang." Kata paman. Sarang menoleh dan melihat paman berdiri di depan pintu.
"Sudah? Paman yakin? Sepertinya aku baru saja duduk." Ucap Sarang protes, tapi tetap berdiri juga.
"Masih ada 10 menit sebelum 30 menit Anda selesai. Tapi hari ini Fisioterapis akan memberi beberapa treatment padanya. Jadi lebih baik kita segera pergi."
"10 menit sih keterlaluan. Yah.. mau bagaimana lagi." Sarang berucap pasrah saja.
Dia mendekatkan wajah ke telinga Baekjin Na lalu berbisik, "Baekjin, aku akan kembali lagi. Kau harus menunggu ku dengan sabar. Ok?"Setelah itu Sarang bangkit dan berjalan ke pintu.
"Sebenarnya Dokter ingin memberi laporan secara langsung." Kata paman lagi. "Atau harus kah saya minta mereka mengirimkannya saja?"
"Kirimkan saja. Aku ingin segera pulang." Kata Sarang. "Ngomong-ngomong, apa ayah tidak pulang lagi hari ini?"
"Pak Presdir? Beliau pulang setiap hari. Sekitar tengah malam."
"Aah.. begitu. Apa ayah bahkan masih mengunjungi ku di kamar saat aku tidur?"
Paman terdiam. Dia memilih tidak menjawab karena tahu ucapan Nonanya lebih kepada pernyataan dan bukan pertanyaan. Apa ada sesuatu yang ingin dikatakan nona pada Presdir? Pikirnya.
Tapi Sarang tidak mengatakan apa-apa lagi sampai dia tiba di rumah. Dia juga tidak berkata apa-apa meskipun kesempatan berikutnya pergi ke rumah sakit sudah tiba. Jadi paman berfikir mungkin memang nona hanya sekedar ingin tahu saja.
Lalu untuk hari ini, Sarang membawa bunga ganti untuk bunga aster yang sudah layu. Hari ini dia membawa bunga carnation warna warni.
"Kau tahu arti bunga carnation, Baekjin? Yang merah artinya cinta mendalam. Yang putih artinya cinta yang tulus dan kesetiaan. Yang lain aku tidak tahu. Walau begitu, ini tetap buket yang bagus. Kau harus membuka mata mu untuk melihatnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Ending Buat Bias Ku
FanfictionBaekjin Na, tokoh antagonis utama di webtoon kesukaan Sarang, berakhir meninggal karena kecelakaan. Sosoknya yang over power dan tidak terkalahkan bahkan oleh pemeran utama cerita, membuat semua pembaca kecewa dengan ending cerita aslinya. Jadi, Sar...