Elis G. Otis - Amerika || Penemu Rem Elevator/lift
Bagian menyakitkan dari pertemanan yang melibatkan tiga orang, akan ada mereka yang merasa ditinggalkan.
°°DC°°
Bunyi nyaring yang berasal dari bel asrama--pengingat waktu jam malam akan segera dimulai dalam 10 menit, telah berbunyi. Perempuan rambut blonde itu cukup beruntung, berhasil tiba di asrama tepat beberapa saat sebelum deringan pertama dibunyikan.
Tubuhnya terasa lemas, bahkan suara berat penjaga keamanan masih terngiang jelas di telinga. Namun, ia benar-benar tak mengerti ternyata suara tersebut malah berlari menjauh dari ruang tata usaha, seolah mengejar orang lain.
Ana tak sempat mencari informasi siapa yang sedang dikejar oleh penjaga keamanan, nyawanya sendiri saja hampir tak tertolong. Pada akhirnya ia memilih melarikan diri, setelah mengambil kertas data siswa yang ia cari.
Ketika tiba di asrama, ia langsung memberi tanda kepada Al yang ada di gerbang asrama. Melihat tanda yang ia berikan, teman somplak nya itu langsung mengudarakan kedua jempolnya dan berjalan menjauh dari pos keamanan. Baru saja menoleh, perempuan melihat seorang remaja yang tengah melaksanakan hukuman di lapangan asrama.
"Dia tertangkap sedang berada di Briniac Education," jelas Al mengerti arti tatapan Ana.
Apa yang lelaki itu lakukan di Briniac Education? Mungkinkah suara penjaga keamanan di depan pintu ruang tata usaha itu berasal dari lelaki yang sedang dihukum?
Rasa penasaran membuat Ana memanjangkan lehernya untuk melihat lebih jelas, sayang ia tak sempat melihat siapa yang sedang dihukum karena Al langsung menariknya menuju asrama.
°°DC°°
Perempuan rambut tergulung rapih dengan disertai poni berbaris melengkung di dahinya, berjalan dalam keheningan. Pagi ini aktivitas di Briniac House belum terlalu sibuk, tentu saja karena masih pagi terlebih masih berlangsungnya ujian tengah semester. Kebanyakan pasti tengah mempersiapkan diri menghadapi ujian di kamar masing-masing.
Sekali lagi ia menimang-nimang apakah ia harus menemui Zio di dapur asrama atau tidak. Jika ia ke sana, tentu Zio akan menganggap Flo lebih memercayainya daripada Binar.
Tapi entah mengapa pagi ini ia benar-benar bersemangat untuk menemui Zio, bahkan polesan tipis di wajahnya menjadi bukti bahwa ia telah mempersiapkan diri.
"Nggak, ini salah," gumam Flo berbalik tepat di depan pintu dapur.
Belum sempat ia menjauh dari ruangan tersebut, seseorang tiba-tiba menariknya menuju salah-satu ruangan.
°°DC°°
Langit cerah dengan mentari yang tersenyum beranjak naik, udara dingin berganti hangat menyambut hari baru. Setelah memulai hari dengan masakan yang Zio sajikan, kini mereka berjalan menuju Briniac Education.
"Gue kira lo nggak dateng," ujar Zio tersenyum hangat.
Flo menoleh, ingatannya kembali pada saat seseorang menariknya. Satu demi satu tangga mereka pijak. Zio masih berusaha mencairkan suasana, meski Flo sendiri menyadari bahwa Zio bukan tipikal orang yang suka membicarakan banyak hal. Namun, semua terasa berbeda, lelaki itu dapat membicarakan apapun belakangan ini.
"Lo bilang Binar pelakunya, kenapa lo yakin?" Tanya Flo menghentikan langkahnya.
"Seseorang yang paling mengenal Binar, itu lo, kan? Tentu lo lebih tahu jawabannya," jawab Zio.
Bukan mendapat jawaban yang ia harapkan, malah membuatnya semakin ragu. Benar, Flo yang paling mengenal Binar dan sejak awal keyakinannya tak akan goyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIAMOND CLASS
Roman pour Adolescents∆ HATI-HATI KETULARAN AMBIS Tidak semua diam berarti tidak mengerti. Shennalight 2023 Menjadi yang terbaik dan sekolah di tempat terbaik adalah impian setiap orang tua terhadap anaknya. Selain masa depan yang cerah tentunya setiap tangga yang anakny...