Prolog- Tahun Pertama

16 0 0
                                    

Setelah menikah dengan Tedy Hartawi, seorang petani kopi di sebuah kampung kecil, sebut saja Desa Kopi, karena penduduk sini sebagian besar bertani kopi robusta. Maaf aku tidak bisa mengatakan dengan detail mengenai tempat, atau bahasa literasinya, setting latar, itu karena apa yang akan aku katakan pada kalian semua pembaca setia, adalah kisah yang aku alami. Meski tidak bisa dikatakan seratus persen nyata karena ya, tentu... aku butuh tambahan cerita untuk mengembangkan.

Baiklah, jangan terlalu panjang dan jangan pendek cerita, karena yang serba terlalu itu biasanya banyak salah.

Aku dan suami memang tinggal di rumah orang tua yang sudah tidak ada, sudah meninggal maksudku. Tapi ternyata hal itu juga menjadikan kami diremehkan bahkan oleh adik kandung dan ipar sendiri, apalagi warga yang memang orang lain.

__

Aku memang kesal atas perlakuan sebagian besar warga kampung meski banyak yang masih aliran saudara, tapi sikap remeh yang mereka lakukan membuat aku ingin membuktikan pada mereka jika aku juga bisa punya tanah perkebunan yang luas, aku juga bisa memberikan lapangan pekerjaan, tapi dendam aku itu bukan aku jadikan hal yang negatif, melainkan justru positif, yaitu dengan memajukan perekonomian desa. Aku ingin membuka usaha seluasnya pun perkebunan seluasnya. Dengan begitu mereka tidak bisa sembarangan menganggap remeh orang lain apalagi mentang-mentang hanya warga pendatang baru, mereka harusnya menyambut pendatang dengan baik.

Mimpiku seluas lautan, niatku setinggi langit. Dengan ikhtiar dan doa aku yakin niscaya Tuhan 'kan memberi izin untuk aku bisa mencapai apa yang aku niatkan dan aku impikan. Aamiin...!

... Kesombongan bukan tujuan, melainkan pembuktian bahwa, bahwa orang yang semula dianggap remeh bisa jadi dia adalah orang yang membawa kebaikan untuk kamu, kamu...

Bahwa hidup adalah tentang bagaimana kita bisa saling menghargai bukan meremehkan, jangan pula merendahkan orang lain, dan jangan memandang orang lain dengan sebelah mata karena bisa jadi dia justru lebih baik dari kamu, kamu...

Dan...

Selamat berjuang untuk kamu yang sedang dalam masa pembuktian terhadap orang-orang yang meremehkan dirimu dan juga merendahkan kamu. Berjuang dengan jalan apa pun yang kalian mampu selama itu baik. Dan inilah jalan yang aku pilih, menjadikan menulis sebagai sarana mencari rezeki. Lebih dari pada itu, membawa kebaikan bagi orang banyak.

Jadi kita harus BERPIKIR HEBAT!

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Berpikir HebatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang