33. before (2)

357 36 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

. . .

Setelah mengorbankan banyak waktu membuang-buang keringat hanya untuk mendekatkan diri pada keluarga Yoongi, tak banyak memang yang Jimin lakukan selain berlatih menjadi asisten sementara dari Min Yoongi, tentu saja tak boleh lupakan ini. Bakatnya yang mulai dia perlihatkan sedikit demi sedikit membuat Yoongi makin kagum padanya, bahkan hari-hari yang keduanya lewati hanya sebatas di halaman rumah, balkon kamar Soobin, atau bahkan halaman belakang yang biasa mereka jadikan tempat minum teh bersama.

Perlahan-lahan pula Soobin mulai pulih, dan Jimin tanpa sadar senang melihatnya. Kendati hati kecilnya sesekali tak lupa akan tujuan mengapa ia datang ke sini, atau bahkan dendam Jimin yang tak karuan harus dibawa kemana, serta masa lalu Yoongi yang masih menjadi rahasia.

"Kau sering mengajarkannya begitu?" tanya Jimin, saat ini dia tengah duduk di kursi halaman rumah Yoongi, bersama sang pemilik rumah tentu saja, memperhatikan putra - putra Yoongi yang dengan santainya berolahraga tak jauh dari hadapannya

"Tidak. Soobin berlatih sendiri." Yoongi meminum jusnya

Senyum Jimin memudar kala itu, mengangguk-angguk sembari menyadari kalau dia bertanya lagi; maka tambah busuk moodnya nanti.

"Kenapa kau belum punya istri, Park?"

Jimin menolehkan wajahnya ke arah Yoongi, memperhatikan pria dengan kaos oblong itu kemudian berkata, "Aku tidak suka wanita," jawabnya,

dan Yoongi tahu akan hal itu. "Oh."

Tak lama, ponsel Yoongi berdering begitu nyaring. Dia dapati banyaknya email dari Hoseok disertai amarah pria itu, email-email berupa kerjasamanya yang dihentikan secara mendadak karena Yoongi tak kunjung mendatangani kontrak.

Jelas-jelas Yoongi berdiri setelahnya, memperhatikan ponselnya secara panik kemudian menatap Jimin. "Sial. Cepat siapkan bajuku, ambil semua berkas dari Hoseok sekarang juga, Park Jimin."

Jimin mengangguk, dia bergegas meninggalkan halaman usai memperingatkan kedua remaja yang sudah ia anggap anak sendiri itu untuk kembali ke kamar dan beristirahat. Namun, Yeonjun harus ikut bersamanya.

"Kenapa hyung?" Yeonjun terus bertanya seperti itu tanpa memikirkan bahwa mereka sedang buru-buru melewati koridor rumah yang tak kunjung berakhir ini

"Tutup saja mulutmu. Kita akan dimarahi jika terlambat sedikit lagi, dengarkan aku saja. Ah, jangan lupa berikan berkas ini pada dokter Seokjin." Jimin berhenti berjalan, berbalik, lantas memberikan satu berkas tebal nan berat pada Yeonjun

"Baiklah. Hyung tidak ikut?"

"Tidak, aku harus ke kantor. Nanti kabari saja apa yang dikatakan dokter Jin, atau beritahukan apa yang harus dilakukan pada bosmu," katanya.

Jimin pergi menuruni tangga, buru-buru sekali, tapi dia sempat berbicara dengan Yoongi di bawah sana. Suaranya yang lembut bahkan menjadi alunan tersendiri di ruang tamu, selembut itu jika dia berbicara dengan Yoongi.

New Mommy For My Son || Yoonmin[END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang