Malam itu, Ario dan Dewo berada di dalam gym sederhana yang mereka bangun sendiri di rumah. Ruangan itu terasa hangat dan penuh aroma keringat mereka yang bercampur di udara, menciptakan atmosfer yang intim. Meskipun malam itu mendung dan tanda-tanda gerimis sudah mulai muncul, suasana di dalam gym itu begitu terasa hidup
Lagu "Don't Stop Me Now," oleh Queen berkumandang dari playlist Ario. Dengungan gitar legendaris Brian May menciptakan getaran yang membangkitkan semangat di dalam gym itu.
Dengan ponselnya Dewo merekam otot-ototnya yang terpompa dengan baik. Ketika dia melihat hasil rekaman tersebut, dia tersenyum dan langsung mengirimkannya kepada Rama.
Dewo membayangkan bagaimana reaksi Rama ketika menerima video itu. Pikirannya melayang pada momen intim yang mereka bagikan bersama, dan kontolnya berdesir ketika membayangkan reaksi gembira Rama. Hal ini membuatnya semakin termotivasi untuk melanjutkan latihan dan memberikan yang terbaik.
Sementara itu, ayahnya, Ario, mempertahankan angkatannya pada barbel setebal 350 kg itu dengan tekad yang menggetarkan. Dengan tatapan fokus yang membelah udara, ia mengerahkan semua kekuatannya.
"Haaaah!!" Ario melepaskan teriakan yang berasal dari lubuk hatinya. Tubuhnya bergetar ketika ia mempertahankan posisi tegaknya, menahan beban besar yang hampir tak terbayangkan oleh kebanyakan orang.
Otot-ototnya yang keras dan penuh kekuatan tampak seperti relief menjulang ke permukaan. Dengan lebar punggung yang luar biasa, tampak mengagumkan. Otot-otot dada yang kuat seperti benteng, terlihat seperti dua gunung yang kokoh dan tak tergoyahkan. Ketika ia mengatur nafasnya, perutnya yang rata dengan sepasang otot perut yang terdefinisi dengan sempurna pun ikut berkontraksi.
Lengan Ario yang besar dan keras berdenyut-denyut dalam ritme usaha kerasnya, Otot-otot kaki Ario juga bekerja keras, seperti dua tiang yang mendukung seluruh badannya. Paha yang berotot dengan urat-urat yang menonjol memberinya stabilitas yang diperlukan dalam setiap angkatannya.
Dan akhirnya, dengan usaha dan tekad yang luar biasa, Ario melepaskan cengkramannya pada barbel itu. Dalam sekejap, barbel setebal 350 kg itu jatuh ke lantai berlapis karet dengan bunyi berdemum yang memenuhi ruangan. Lantai pun bergemetar sebentar akibat dampak dari beban yang besar itu.
Dengan napas terengah-engah, wajahnya merah padam oleh usaha kerasnya, Ario mengambil napas dalam-dalam. Tetes keringat mengalir dari dahinya yang tegang, membentuk jejak-jejak yang menggambarkan ketekunan dan dedikasinya.
"Wooo!!!" seru Ario sambil mengacungkan lengan kananya yang perkasa.
Dewo tersenyum, melihat ayahnya menghadapi beban tersebut dengan penuh semangat. "Mantap Yah, sekarang giliranku!" ujarnya dengan percaya diri.
Ario yang masih terengah, menatap Dewo, "Wo, kamu nggak kurangi bebannya dulu?"
Dewo menggeleng mantap. "Aku bisa!.
Ario menggelengkan kepala, ia tau setelah Dewo memutuskan sesuatu, anaknya itu tidak akan merubah pikirannya. Yang bisa ia lakukan hanya memastikan Dewo tidak melukai dirinya sendiri karena terlalu memaksakan diri.
Ario kemudian bergerak ke samping barbel, Ia memberikan dukungan yang kuat, "Baiklah, kamu bisa melakukannya. Ingat teknik yang benar dan fokuskan tenagamu."
Dewo mengulurkan tangan untuk menggenggam pegangan barbel tersebut. Kakinya selebar bahu, punggung lurus, dan tatapannya penuh konsentrasi. "Aku tahu Yah."
Dalam keadaan posisi menungging pikiran Dewo kembali melayang ke kejadian kemarin, liangnya masih berdenyut karena gempuran-gempuran Rama. Ia masih bisa merasakan bagaimana batang panas Rama menancap penuh di liangnya itu, ai merasakan darah terpompa ke kontolnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
PENTIL DEWO
RomanceSebuah kelemahan, sebuah obsesi, dan sebuah hubungan yang tak terduga. Rama, seorang remaja gay cerdas dengan fetish yang spesifik-tubuh berotot-mengincar Dewo, remaja macho dan berotot. Tapi ada satu rahasia yang Dewo simpan, sebuah kelemahan yang...