"Gue akan cari lo, Thalita, bahkan sampai harus mengelilingi bumi ini sebanyak tujuh kali."
Seorang cowok berkemeja biru duduk di balkon kamarnya sembari memandang foto Thalita. Gadis itu memakai gaun putih sembari tersenyum cantik.
Tangannya mengelus bingkai foto itu dengan lembut. Pandangannya tak lepas dari mata hitam Thalita yang memancarkan kebahagiaan.
"Lo dan anak lo adalah milik gue."
***
Prang!
Gelas yang baru saja Thalita isi dengan susu pregnancy, tiba-tiba jatuh dan pecah. Menciptakan suara memekakkan dari dapur.
"Ta? Kamu baik-baik aja?" Tari datang dengan panik. Dia segera mengecek tangan Thalita yang tak ada luka sedikitpun.
"Nggak apa-apa kok, Ma," jawab Thalita. Terdengar gelisah dalam suaranya, membuat Tari langsung peka.
"Kamu lagi mikirin apa?"
Thalita tersenyum sambil menggeleng pelan. Gadis itu berusaha menyembunyikan sesuatu, namun tetap terendus oleh ibu mertuanya.
Erwin yang baru saja datang dengan wajah cueknya, mengundang Tari untuk menegurnya.
"Erwin, tolong bersihkan pecahan gelas Thalita," suruh Tari.
"Nih bocah mecahin gelas?"
Reaksi Erwin membuat Thalita dongkol. Dia langsung mengambil sapu tangan dan kantung keresek untuk membersihkannya sendiri.
Erwin bisa mengerti gerak-gerik Thalita yang masih marah karena pertengkaran semalam.
"Jangan, Sayang, biar Erwin aja, nanti tangan kamu luka," cegah Tari.
"Aku nggak mau ngerepotin Erwin, Ma."
Hening. Jawaban Thalita menunjukkan segalanya. Tari langsung paham situasi dingin ini.
Erwin menyahut sapu tangan yang dipegang Thalita.
"Win, balikin!" Thalita memekik, memandang Erwin kesal. Dia berusaha merebutnya kembali, namun dicegah oleh cowok itu.
"Minggir," usir Erwin memaksa.
"Biar gue aja!"
"Nggak!"
"Gue yang mecahin, gue harus tanggung jawab!"
"Lo tahu apa soal tanggung jawab?"
Thalita bungkam. Pertanyaan Erwin membuat dadanya sesak. Mereka kini hanya saling melempar pandangan tajam.
Tari merasa tak nyaman melihat pertengkaran anak dan menantunya. Dia segera pamit, tak ingin ikut campur.
Thalita melangkah mundur, membiarkan Erwin membersihkan pecahan gelas di lantai. Melihat Erwin, gadis berbadan dua itu seketika merasa bersalah.
Erwin benar, Thalita tak tahu apa-apa soal tanggung jawab.
***
Erwin panik setelah mendengar kabar bahwa teman-temannya akan datang ke rumah untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-18. Bukan pertama kali, tahun lalu Erwin juga berpesta dengan teman satu genknya di rumah sampai pagi. Tapi, kali ini beda.
"Lo harus pindah!" seru Erwin pada Thalita yang belum tahu apa-apa.
"Pindah ke mana?"
"Pulang dulu kek ke rumah orang tua lo!" jawab Erwin asal. "Bentar aja."
"Kenapa?" Thalita semakin kebingungan. "Bukannya besok ulang tahun lo?"
"Justru itu!"
Thalita mengernyit bingung. Tak sabar mendengar penjelasan. "Lo kenapa sih, Win?"
Erwin meneguk ludah dengan susah payah. Dia menjawab dengan gamblang, "Mereka nggak boleh tahu kalau gue udah nikah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI RAHASIA ERWIN
Jugendliteratur[UPDATE SESUAI TARGET!] . "Kakak gue yang bikin lo bunting, kenapa gue yang harus nikahin?" - Erwin. ***** Hidup seorang ketua genk motor yang diidolakan banyak gadis, tak semulus kelihatannya. Sifat dingin dan cuek Erwin bukan tanpa alasan, ada ban...