Chapter 23

126 14 3
                                    


In her heart and soul she set fire to all things that held her back and from the ashes she stepped into who she always was.

Atticus, 130

.

Aku tak bisa mengatakan jika aku tak terkejut mendengar Mum memanggil Draco Malfoy dengan nama depannya didepan semua orang. Scorpius tampak marah dan hampir tak bisa menahannya, tapi ia berusaha sebaik mungkin menahan dirinya. Aku mengembuskan napas lelah, seluruh energi dan emosiku seolah terkuras habis.

"Rosie," James mengulurkan segelas wiski api yang kuterima dengan tatapan terima kasih, setidaknya alkohol akan membantu menenangkanku.

Disampingku, Albus memanggil sendiri gelasnya dan menyesap wiski sambil matanya tak lepas dariku dan juga James.

"Sungguh brother sebenarnya apakah kau memiliki masalah denganku?" James seolah menyuarakan pertanyaan yang telah kusimpan sedari kemarin. Albus sedikit mendengus tapi mengalihkan pandangannya sambil mencibir "Seharusnya kalian melihat diri kalian sendiri"

"Apa maksudmu Al?" Tanyaku hampir tersedak

"Aku tahu kau tidak bodoh Rose,"

Mataku beralih ke arah James yang sedikit melongo "Earth for James! Bisakah kau membantuku?"

James menggelengkan kepalanya "Kau pasti tidak serius mengatakan itu kan Albus Severus Potter—"

"Jangan Albus Severus Potter aku James! Kau tahu jika sikapmu benar-benar tidak pantas!"

"Jangan mengatakan apa yang pantas dan tidak pantas padaku Al!"

"Kenapa? Karena kau merasa lebih tua dan tahu segalanya? Karena itukah kau menempeli Rose seperti lintah?"

"Aku tidak menempeli Rose seperti lintah! Dia adalah sepupu kita!"

"Oh begitukah James? Karena sebagai sepupunya aku tidak memandangnya seolah aku ingin menciumnya setiap saat!"

"Albus!" "What the fuck Al!" Aku berteriak hampir bersamaan dengan umpatan James. Aku memandang kedua saudara yang tengah berteriak dan berdebat itu dengan terkejut sementara Aunt Ginny yang masih setia menemani Hugo dan Lily menolehkan kepalanya kearah kami bertiga. Bahkan Mum dan Uncle Harry yang sebelumnya membuka album-album foto mereka di Hogwarts menatap kami bertiga dengan penasaran.

Albus kembali mendengus, ia menatapku dan James dengan tajam "Kenapa kalian begitu terkejut? Tolong redakan ketegangan seksual kalian karena semua orang menyadarinya kecuali kalian berdua. Dan kau Rose Weasley, jadilah tegas jika kau memang menginginkan James maka tinggalkan sahabatku sendirian!" Albus meludahkan kata-kata menyakitkan itu seolah telah memendamnya sejak lama.

James mendorong Albus "Jangan pernah berani membentaknya seperti itu!" Teriak James tepat didepan muka adiknya yang mukanya juga memerah.

Albus yang tak setinggi James menengadahkan wajahnya dan menonjok kakak laki-lakinya "Kau brengsek! Rose telah berkencan dengan Scorpius!"

"Dan kau pikir aku tak mengetahuinya!" James balas menonjok Albus yang tak mau kalah dengan mencengkeram kerah baju James sambil melotot.

"Jika kau mengetahuinya maka perhatikan posisimu brengsek!"

Aku tak mampu bereaksi apapun saking terkejutnya melihat James yang kalem dan penuh perhatian bisa begitu kasar dan Albus yang selalu pendiam kini berteriak didepanku. Entah sejak kapan tapi Aunt Ginny yang kini mukanya semerah rambutnya telah berada ditengah-tengah James dan Albus.

"HENTIKAN KALIAN BERDUA! ATAU AKU AKAN MEMANTRAI KALIAN SEKARANG JUGA!" Teriaknya nyaring hingga James dan Albus membeku. Tak menyangka jika Ibu mereka telah turun tangan. Aunt Ginny selalu menakutkan seperti Grandma Molly ketika memarahi anak-anaknya.

Albus bereaksi dengan melepaskan baju James dan mendengus lalu pergi begitu saja tanpa memandang siapapun. Terdengar retakan keras menandakan ia telah berapparate entah kemana sementara James masih membeku ditempatnya. Aunt Ginny memijat pelipisnya.

"Sebenarnya apa yang ada di otakmu James. Ini adalah hari pemakaman pamanmu. Apa kau tidak bisa menunjukkan sedikit hormat?"

"Maafkan aku Mum, aku tidak bermaksud—"

"Pergi dari sini James. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Kau benar-benar merusak suasana" Ucap Aunt Ginny tegas dengan nada tak ingin dibantah. Tapi James masih membeku ditempatnya, sedangkan aku tidak tahu harus menanggapi seperti apa.

Jujur saja perkataan Albus menamparku hingga hatiku sedikit nyeri mendengarnya. Begitukah yang orang lihat tentangku? Apakah Scorpius memberitahu Albus tentang perasaannya ketika melihatku dengan James atau apakah aku sudah begitu melukai Scorpius hingga Albus menyerangku disaat aku bahkan masih berkabung. Apa aku terlalu keterlaluan?

Sontak pemandangan Scorpius yang melakukan oklumensi di rumah sakit terbayang di mataku. Sial! Bukankah aku telah menjadi pacar yang mengerikan?

"Rosie.." James mengulurkan tangannya dan secara defensif aku mundur.

"Aku.. aku butuh waktu sendiri James. Maafkan aku," Ucapku cepat sambil berlari menuju kamarku.

Ruangan itu masih sama persis seperti beberapa hari yang lalu sebelum aku berangkat ke Hogwarts, fotoku dan Scorpius yang ada di dinding seolah mengejekku. Aku menatap lagi foto itu, rambut pirang platinum milik Scorpius sedikit tertiup angin, matanya yang berbeda warna bersinar cerah sementara ia tersenyum seolah tak memiliki beban apapun di pundaknya. Sementara aku, terlihat bahagia.

Mendesah pelan, aku menjatuhkan tubuhku ke kasur dan menangis. Kejadian akhir-akhir ini membuatku overwhelmed. Misteri hubungan antara Mum dan Ayah Scorpius, hubunganku dan Scorpius bahkan hubunganku dan James. Belum lagi maslaah kepindahan Scorpius dan sekarang, Dad pergi untuk selamanya. Meninggalkanku, Mum dan Hugo sendirian.

Entah sudah berapa lama aku menangis dan tertidur, ketika aku membuka mata hal pertama yang kulihat adalah manik cokelat madu dan wajah sembab milik Mum.

"Mum, apa yang terjadi—" Ucapku sambil buru-buru duduk. Mum tersenyum sedih "Tidak apa-apa sayang, bagaimana keadaanmu Rosie?"

"Uhh, sejujurnya aku tidak tahu Mum.."

Mum meraih rambut ikal merahku dan menyelipkannya ke belakang telingaku "Maafkan Mum, kau harus merasakan ini Rose. Aku tahu ini berat, apalagi kau memiliki masalahmu sendiri,"

"Mum, itu tidak penting. Oke?"

"Aku memperhatikanmu Rosie, bagaimana pertengkaran kalian tadi"

"Tunggu, apa kau mendengarnya Mum?" Tanyaku panik, apakah tadi diantara mereka bertiga tidak ada yang melemparkan mantra peredam? Sial! Pantas saja Aunt Ginny sangat marah.

Mum mengangguk dan menatapku dengan sendu "Kau tahu, kau selalu bisa bercerita padaku sayang.."

Aku tersenyum sambil mengangguk dan mengalihkan pandanganku. Yang benar saja, terakhir kali kau bahkan memilih berbohong dan menyembunyikan segalanya Mum, tolong beritahu aku bagaimana aku bercerita tentang Scorpius tanpa harus menyenggol hubungan misteriusmu dengan pria yang selalu kau lindungi, hal paling menarik lainnya adalah, pria itu kebetulan merupakan Ayah dari kekasihku sendiri!

Tentu saja aku masih tahu diri dan tidak mengatakan itu keras-keras. Mum terlalu bersedih karena kehilangan Dad, jadi aku tidak akan menambah bebannya. Suara Mum berikutnya hanya bergema diotakku yang hanya bisa kusahuti dengan mengangguk dan tersenyum samar. Hal terakhir yang kudengar darinya adalah "Selamat tidur, Rosie" dan ciuman lembut di keningku.

Suara Albus kembali terngiang di otakku. Mengangkat tangan kiriku, aku menemukan gelang cantik itu masih melingkar indah. Mengejekku seolah aku seorang pengkhianat, aku meringis sedih. Tak pernah sekalipun mempertanyakan diriku sendiri apa aku mencintai Scorpius atau tidak, jawabannya selalu 'ya' tapi bagaimanakah perasaanku sebenarnya pada James Potter? Benarkah ia tak lebih dari seorang sepupu?

.

.

.

To be continued.

Destiny (Dramione & Scorose Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang