"Draco.."
Draco menatap sang pemilik tawa getir.
"Aunty.." lirih Draco sedikit gemetar. Tawa Bellatrix menggema.
"Ada apa dengan keponakanku yang satu ini, hm? Bravo, Draco!" ujar Bellatrix bertepuk tangan.
"Kita tidak punya banyak waktu. Selesaikan dulu tugasmu, eh?" lalu Bellatrix melenggang pergi diiringi tawa khasnya. Draco menatap punggung wanita-gila itu menjauh.
Tak lama, death eater lainnya satu-persatu keluar dari lemari, menyisakan asap tak berbau yang gelap. Draco hanya bisa meringis dan mengikuti mereka dari belakang.
〄
Kini Harry masih di tempatnya, menunggu suruhan Albus Dumbledore.
"Kau tidak paham.. aku harus melakukannya! A-atau Sang Pangeran Kegelapan menghabisiku.. dan keluargaku.. Hanya mereka yang kupunya!"
"Draco, aku tau kau anak baik, tidak seharusnya-"
Harry dari lantai dasar mendengar percakapan mereka. Ia kaget saat Professor Dumbledore menyebut nama orang yang Hermione- dan dia juga- sangat benci.
"Diam! Kau tidak paham!" potong Draco sembari meringis. Dumbledore menatapnya iba.
Draco menarik lengan bajunya ke atas, memperlihatkan death mark tergambar jelas di lengannya. "Lihat apa yang dia perbuat. Lihat! Aku tak menginginkan ini. Tapi aku harus.. harus melakukannya.." lirih Draco. Paniknya tak dapat ia bendung lagi.
Luka di pelipis Harry semakin sakit, tetapi ia coba menahannya, "Tidak sekarang, ayolah.."
"Agar semuanya selesai, kau hanya perlu.. mati," ucap Draco bergetar. Tangan kanannya mencengkram tongkat sihirnya dengan sangat kuat dan mengarahkannya kearah Dumbledore yang tepat berada di depannya. Albus Dumbledore tidak berkutik. Ia tau akan jadi begini.
Harry semakin kalut dan sangat ingin mengingkari janjinya untuk mendengarkan ucapan Professor Dumbledore.
"Aku.. harus.. melakukan.. ini. Jangan salahkan aku," gumam Draco.
"Avada keda-"
"Draco! Hentikan!" sela Professor Snape sehabis berteleportasi.
"Sudah.. Tugasmu sudah selesai. Akan kuambil alih. Pergilah," ucap Snape mengambil posisi Draco sebelumnya dan mengacungkan tongkat sihirnya kearah Dumbledore.
"Kubilang, pergi!" teriak Snape. Draco bingung dan ragu, lalu berlari menuruni anak tangga. Sesampainya di lantai dasar, ia bertemu dengan Harry yang menatapnya kaget, bingung, dan juga emosi. Tak acuh, akhirnya Draco memilih untuk meninggalkan Menara Astronomi.
"Snape.." ucap Dumbledore.
"Sampaikan salamku pada Lily, Albus."
Luka Harry semakin perih dan ia mulai berhalusinasi. Sekelebat bayangan masa depan tergambar di benaknya. Ia melihat Professor Snape mengangkat tongkat sihirnya dengan latar Menara Astronomi, lalu ada yang terjatuh dari atas sana. Setelah gambaran tersebut habis, Harry membuka matanya dan mengenggam tongkatnya erat.
Professor Snape mulai mengayunkan tongkat sihirnya.
〄
Hermione dan Ron berjalan cepat menyusuri koridor mencari keberadaan Harry.
"Tunggu, 'Mione! Jalanmu cepat sekali!" teriak Ron berusaha menyamai langkah Hermione.
"Kau banyak mengeluh," ucap Hermione, "Aduh!"
Siswa demi siswa berhamburan menuruni tangga dan tanpa sengaja menabrak mereka berdua.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Ron memegang lengan Hermione khawatir. Hermione membalasnya sembari tersenyum simpul, "TIdak apa-apa, Ron."
Hermione tidak lagi merasakan kupu-kupu yang bergerilya di perutnya ketika mendapati Ron perhatian padanya. Sihir pun menyerah mencari penyebabnya. Tiba-tiba hilang begitu saja.
Akhirnya Ron dan Hermione mengikuti para siswa yang tadi berhamburan turun, menuju Great Hall.
〄
Bisikan tentang rumor Sang Pangeran Kegelapan dan pasukannya- death eater- yang mulai mengepung Hogwarts, menggema memenuhi Great Hall. Hantu-hantu pun berterbangan tak terarah, sampai lukisan-lukisan juga tidak mau diam.
Riuh sekali.
Cling. Cling. Cling.
Seketika Great Hall menjadi hening. Semuanya menghentikan aktivitas masing-masing di tempat.
"Harap tenang, semuanya. Sekedar informasi, Hogwarts sedang terancam," ujar Professor McGonagall di atas mimbar.
Suara ricuh desas-desis kembali terdengar. Ada yang panik, takut, dan bingung.
"Kami ingin setiap asrama membentuk barisan dan mengikuti para Professor yang mewakili tiap asrama menuju ruang bawah tanah. Tetap tenang, dan saling tolong menolong. Terima kasih atas kerjasama kalian," lanjut Professor McGonagall, lalu turun dari mimbar meninggalkan Aula.
Semua murid dari masing-masing asrama mulai berbaris, termasuk Ron yang juga mengajak Hermione dan saudara-saudaranya. Namun, Hermione semakin khawatir. Ia memiliki rencana sendiri.
"Hermione, tunggu!"
"'Mione, kau mau kemana?"
Teriakan teman-temannya itu tak Hermione hiraukan. Firasatnya- lagi-lagi- tidak enak. 『』
KAMU SEDANG MEMBACA
After all this time? | DraMione
FanficDua insan saling membenci hanya karena sebuah perbedaan status darah yang diagung-agungkan oleh diri masing-masing. Entah siapa yang menuangkan bumbu-bumbu cinta, namun salah satu dari mereka jatuh hati. Hanya salah satu dari mereka. Namun, bagaiman...