Prolog : Bohlam

77 9 12
                                    

Mulus, licin, mengkilap. Apakah itu helm yang dicuci bersih? Tidak! Tiga kata itu adalah deskripsi paling tepat untuk menggambarkan bagaimana betapa kinclong kepala pria kurus berkacamata yang sedang berbicara di hadapan kami, 13 orang asing yang baru saja berkenalan di pulau Moon Stone. Di bawah sinar blue moon, kepala pria itu seolah memancarkan sinar. Sayangnya, hal itu sangat mengganggu pandangan mata Malik. Bisa diibaratkan, kepala botak pria itu seperti kaca spion yang memantulkan sinar matahari ke mata secara langsung. Silau!

"Kok bisa sih ada yang seperti ini?" Malik mengeluh sambil menghalangi matanya menggunakan telapak tangannya. Meskipun sudah beberapa kali memicingkan mata, cahaya pantulan itu masih saja membuatnya harus memejamkan mata beberapa kali. "Aku yakin kepala itu pasti dilapisi selubung berlian. Tidak mungkin ada kepala yang bisa memantulkan cahaya seperti ini. Ah, mungkin bukan. Mungkin setiap hari dia melakukan push up 100 kali, squat 100 kali, dan lari 10 km tanpa mengeluh hingga seluruh rambutnya rontok dan kepalanya menyala seperti ini."

Profesor Slam O'Neill, itulah nama dari pria berkacamata kotak yang sedang memancarkan pesona kepala gundulnya tanpa ia sadari kepada Malik. Dia seorang arkeolog yang cukup aneh. Coba pikir saja, mengundang 13 orang untuk ke pulau asing ini termasuk Malik, bahkan pria yang bercosplay sebagai lampu taman ini berani untuk membayar semua biayanya serta memberi perhiasan ke semua orang hanya demi agar kami mau untuk mendengarkan ceramahnya di altar aneh ini.

Dengan semangat dia bercerita tentang perhiasan yang telah dia berikan kepada 13 orang di hadapannya. Semuanya memiliki batu berwarna indah. Untuk Malik, dia mendapat sebuah kalung yang terdapat batu berwarna jingga-kemerahan: Garnet. Katanya batu Garnet memiliki kekuatan yang berhubungan dengan metafisika, seperti perlindungan dari roh-roh jahat, perlindungan dari kegilaan, dan perlindungan dari bencana alam.

Malik mengangkat kalung itu dan melihat batu garnet yang tergantung. "Sinarnya indah. Tidak mengganggu pemandangan seperti sinar itu," ujarnya sambil melirik ke kepala yang mirip bohlam, Profesor Slam.

"...asal kalian tahu, batu yang kalian pegang memiliki kekuatan yang sangat besar. Batu itu bisa memindahkan kalian..."

Bla... bla... bla... entah apa yang kepala kelereng itu ucapkan, Malik tidak peduli. Hidup Malik sudah cukup mendapatkan masalah sejak dia kabur dari rumah dan berkuliah di jurusan yang ia mau, jurusan teknik. Ia menolak perintah orang tua yang menyuruhnya untuk ke Islamic Boarding School karena Malik merasa akan terkekang di sana. Meskipun orang tua Malik menyuruhnya ke sekolah itu karena Malik memiliki kondisi khusus : Malik bisa melihat aura dari orang dan benda.

Sebenarnya Malik bisa melihat aura karena dahulu belajar melalui sebuah video, dan entah kenapa dia mudah untuk memahaminya. Sekarang dia bisa melihat aura dengan atau tanpa sengaja. Sayangnya, dia melihat aura berwarna merah-gelap di antara tubuh Profesor Slam, si arkeolog mirip 'tokoh anime terkuat' itu. Sebuah aura yang hanya dimiliki oleh orang yang menimbun dendam dan juga orang yang jahat. Malik datang ke pulau ini karena ajakan liburan sekaligus penelitian. Dalam undangan itu Malik mendapat tugas menjadi salah satu subjek penelitian dengan imbalan akan mendapatkan jumlah uang yang besar. Hanya saja, Malik mulai meragukan itu ketika dia melihat 12 orang lain yang datang. Salah satunya adalah Zhaohan, seorang bintang K-Pop. Bukankah orang kaya dan terkenal sepertinya tidak memerlukan uang? Lalu, kenapa ada dia di sini? Lalu si kembar. Malik lupa namanya, tetapi mereka adalah orang yang sangat kaya. Tetapi mereka sekarang juga duduk di altar aneh ini bersama Malik. Bukankah ini mencurigakan?

"Auranya... ada yang tidak beres dengan pria itu." Malik yang mulai merasa hawa mencekam di sekitarnya. Bahkan udara yang tadinya terasa sedang tiba-tiba dingin menusuk, membuat bulu kuduknya merinding. Pori-pori di tangan malik timbul dan tegang. "Huh? Ini..."

Gejala-gejala ini adalah yang biasa Malik rasakan ketika dia mendapatkan fenomena ghaib. Malik mencoba menoleh ke kanan dan ke kiri, tetapi dia tidak menemukan satu pun makhluk ghaib.

Tiba-tiba saja matanya teralihkan dengan batu Garnet yang mulai bersinar di tangannya. "Ugh! Ini... apa ini pemicunya?"

Malik mendengar ada mantra yang dibaca dari depan. Ketika dia melihatnya, ternyata manusia berkepala bola bowling itu sedang membaca manuskrip yang dari tadi dia pegang. Entah bahasa apa yang ditulis pada buku itu, tetapi buku itu jelas-jelas berisikan mantra-mantra sihir hitam.

"Lampu taman bodoh!" umpat Malik sambil berdiri. Dia berniat untuk menghentikan Profesor Slam menyelesaikan sihir hitam itu. Namun, tiba-tiba tubuhnya tidak bisa bergerak.

Cahaya yang keluar dari batu Garnet itu makin lama makin terang, dan di tengahnya muncul sebuah black hole seukuran bola pingpong. Secara teori, blackhole sekecil itu bisa menghancurkan tubuh manusia. Begitu pun yang terjadi pada Malik sekarang.

Dia merasa tubuhnya ditarik oleh sesuatu yang tidak terlihat. Dia menyaksikan sendiri tubuhnya mulai rontok dan menjalar ke dalam blackhole kecil itu, seperti spageti atau permen karet yang ditarik.

"AAAAAAHHHHHHH" jeritan keras terdengar dari Malik yang menahan rasa sakit di tubuhnya. Tulang-tulangnya serasa patah dan hancur, serta kulitnya serasa ditarik. Dibakar hidup-hidup mungkin lebih ringan rasa sakitnya dibandingkan tersedot lubang hitam seperti ini.

Namun, di antara teriakan dan kepanikan itu, ada satu orang yang sangat girang dan tersenyum sambil matanya terbuka lebar melihat kejadian itu. Si botak yang mengkilat, Profesor Slam.

"BERHASIL! HIPOTESIS KU BENAR! BATU-BATU INI BISA MEMBUAT PORTAL KE DUNIA LAIN!" seru Profesor Slam dengan meregangkan tangannya dan tertawa lebar. Baginya, pemandangan ini adalah sesuatu yang indah. Tidak peduli dengan rasa sakit mereka, kepanikan mereka, maupun pandangan amarah mereka, pada kenyataannya Profesor Slam telah menemukan hal yang mustahil ada di dunia ini, dan dia berhasil membuktikannya.

Tawa besar Profesor Slam O'Neill terdengar jelas di telinga Malik. Benci adalah gambaran yang paling cocok untuk menggambarkan tatapan Malik kepada arkeolog itu.

"Be--reng--sek!" umpat Malik terbata-bata. Dia berusaha menahan sakitnya dan mencoba menarik tubuhnya, tetapi semakin dia berusaha tarikannya malah semakin kencang dan makin lama makin menyiksanya.

Keringatnya bercucuran dan dia merasakan kepalanya menjadi panas. Tidak berapa lama, tubuh Malik akhirnya tersedot ke dalam lubang hitam itu tanpa tersisa.


===================================================

Halo Boisss!

Semoga semuanya dalam keadaan baik! Slam di sini! Kembali dengan sebuah kisah baru. Kali ini aku mencoba genre Horror. Siapa tahu bisa nulis yang syerem-syerem 'kaaaan???

Wehehehe... silakan nikmati perjalanan si Malik di dunia lain. Semoga aja pengalaman pertamaku nulis novel horor serem yaaaa...!

Oh ya, Ethereal Jewels Series ini adalah sebuah Project dari Writing Warriors, dan ada 12 penulis kece yang akan memberikan cerita berwarna tentang dunia lain. Penasaran kan dengan nasib 12 orang lain yang juga dikirim oleh profesor botak??? Yuk lihat apa saja kisahnya!

1. Garnet - Slam 

2. Amethyst - Airia 

3. Aquamarine - Indah Riera

4. Diamond - Eye Maulidah

5. Emerald - Sinokmput 

6.  Alexandrite - Lisha Nudgroho 

7. Ruby - Allyasha 

8. Peridot - Duniaze  

9. Saphire - DKatriana 

10. Opal - S0ofie

11 Topaz - Viens Aisling 

12. Turqoise - Lail Arahma

Yok ayo mampir yuk! Mari saling dukung dan ramaikan 🤗 kalau belum ada waktu buat baca dimasukin library dulu sama reading list biar selalu ke-update 👍🏻

T Knows The Horror [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang