Bab 09 : Manuskrip

16 4 6
                                    

Eye melotot dengan intensitas yang semakin meningkat, sambil mengerutkan alisnya yang menunjukkan kebingungannya. Matanya tertuju pada tanda bintang terbalik itu, hampir saja ia menggapainya, namun terhenti oleh rasa sakit yang melintas di kakinya ketika akan bergerak.

"Aku ingat pernah melihat tanda itu, adik. Seharusnya itu adalah tanda dari sihir hitam," ucap Eye dengan serius, nada suaranya tetap teguh.

T tak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya, matanya tak berkedip sedetik pun, terpaku pada wajah Eye, menantikan penjelasan lebih lanjut.

"Eye, di mana sebelumnya kau pernah melihat tanda ini?" desak T dengan rasa panik yang tak terbendung. Matanya masih menatap mata Eye tanpa henti.

"Kau perlu tenang, adik. Semua pertanyaanmu akan terjawab oleh Profesor John. Segala misteri mengenai Artefak Garnet, makna pentagram ini, semuanya terdapat dalam manuskrip yang diteliti oleh Profesor John. Ia merupakan sosok terkemuka di El Quassar. Bisa dibilang, dia adalah pahlawan bagi kami. Kehadirannya amat penting karena berkatnya El Quassar mampu menghadapi teror makhluk ghaib yang tak kunjung ditemukan penyelesaiannya," terang Eye dengan penuh pengetahuan.

Sejenak kemudian, T langsung terdiam. Matanya yang sebelumnya begitu tajam, kini menghindari kontak langsung dengan Eye. Terlihat keraguan yang mulai menyelinap di benaknya.

"Kau ragu untuk bertemu dengan Profesor John, adik? Tidak perlu khawatir. Aku akan meminta adik Alya untuk menemui Profesor John. Kebetulan dia juga akan ke tempat ini sebentar lagi." Eye menepuk pundak T.

"Huh? Tapi bukannya Alya..."

"Apa kau tidak tahu, adik? Aku dan Alya sudah memutuskan berhenti untuk menjadi Exorcist setelah kejadian di rumah Nyonya Airia. Bagi aku dan adik Alya yang melihat langsung makhluk itu, pasti akan mengerti. Bahkan energi kami tidak sanggup untuk melawan intimidasi dari makhluk itu," ujar Eye sambil sedikit mulai berkeringat. Sepertinya dia masih merasa takut ketika mengingat kejadian itu. Jarinya yang terlihat mencengkram bantal menunjukkan betapa ragunya dia untuk mengungkapkan secara gamblang.

T mengingat kembali. Saat kejadian di rumah Airia, ada satu makhluk lagi selain anjing hitam dan makhluk besar yang merasuk ke Taira. "Apa Ifrit yang kau maksud, Eye?"

Eye terlihat panik dan langsung menarik baju T sehingga badannya tertarik. "Kau melihatnya juga?" Eye bertanya sambil mata yang terbuka lebar, seperti akan keluar dari tempatnya.

"I-iya..."

"Kau harus berhati-hati! Dia makhluk yang sangat kuat dan licik!" ujar Eye sambil melepaskan cengkeramannya, meninggalkan T dalam diam. Seberbahaya Ifrit hingga membuat dua orang yang melihatnya langsung berhenti untuk berurusan dengannya?

Tidak lama kemudian gadis berbadan kecil dengan masker, berkacamata bulat, dan jaket hoodie oversized membuka pintu ruangan. Dia tampak terkejut sejenak ketika melihat T ada di dalam ruangan itu, sampai-sampai bingkisan buah yang dia bawa hampir saja jatuh.

"Alya? Apa itu kau? Aku hampir tidak mengenalimu karena menggunakan masker," sapa Eye sambil tersenyum lembut. Sementara T agak malu untuk menatapnya, karena dia masih mengingat Alya sampai mimisan dan hampir pingsan saat menolongnya keluar dari jeratan Ifrit.

"Sungguh mengejutkan melihatmu di tempat ini, T," ucap Alya sambil meletakkan buah di meja. Makanan di meja kecil itu menjadi berdesak-desakan. Ucapannya terdengar agak dingin, membuat T menjadi tidak nyaman.

"Alya, bisakah kau mengantar T ke tempat Profesor John?" pinta Eye tanpa basa-basi.

Sontak saja Alya heran dengan kalimat yang terlontar dari mulut Eye. Alya bahkan belum duduk, Eye tiba-tiba menyuruhnya.

T Knows The Horror [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang