KAMBOJA

8 1 0
                                    

Kamboja
Oleh: Ade Risna Andriani

Namaku Kamboja, hidup di sebuah Rumah sederhana bersama seorang Ayah. Hari-hariku penuh bahagia, canda tawa dari Ayah, akan tetapi, tetanggaku selalu menghina keadaan Ayah yang pekerjaan beliau hanya seorang guru tanpa bayaran. Walaupun demikian, Ayah tidak pernah malu, dan tidak pernah marah ketika hinaan demi hinaan hadir dalam kehidupan Ayah. Aku sangat kesal, pada mereka, karena, Ayahku tulus mengajarkannya. Anak-anak di kampungku tidak ada yang diizinkan untuk belajar dengan Ayah, karena, orangtua mereka takut masa lalu Ayahku terbawa kepada anak-anak mereka. Jadi, Ayahku hanya mengajari anak-anak dari teman-temannya kampung sebelah. Suatu hari, aku bertanya tentang seorang Ibu, Ayahku tersenyum dan tiba-tiba menangis, dan aku tidak berani lagi untuk menanyakan tentang keberadaan Ibuku sampai sekarang, tiba umurku sudah 25 tahun, Ayah menghampiriku yang sedang memasak nasi dengan memakai kayu bakar.
"Kamboja, apakah kamu mau mengetahui siapa Ibumu?" tanya Ayahku.
"Tidak, Ayah," ucapku lalu meniup kayu bakar.
"Kenapa?" tanya Ayahku.
"Kamboja takut, Ayah bersedih lagi," ucapku.
"Akan Ayah ceritakan tentangmu, tapi, sebelum itu, selesaikan dulu ya masak memasak di dapur," ucap Ayah sambil mengelus kepalaku.
Saat aku sudah selesai memasak, makanan siap dimeja. Ayahku mulai menceritakan perjalanan hidupnya mengenai Ibu.
Saat Ayah sudah lulus kuliah, Ayah pergi merantau menjauh dari orang tua, ingin bekerja di sini. Lalu, dalam perjalanan, Ayah melihat seorang perempuan sedang menggendong bayi perempuan, dan tiba-tiba, dia duduk di dekat toko yang belum dibuka, dan Ayah tidak menghampirinya, Ayah masuk ke warung kopi, setelah selesai Ayah minum kopi, Ayah melihat ke arah perempuan itu dan bayi mungilnya, dia tertidur dan bayi itu terus saja menangis, Ayah menghampirinya, akan tetapi, perempuan itu tidak tertolong lagi. Dia meninggal di tempat dan Ayah tidak tahu keberadaannya karena, tidak ada KTP dan Ayah merasa kasihan dengan dua perempuan itu, jadi, Ayah menganggap perempuan itu istri Ayah dan bayi itu Ayah bawa pulang ke kost Ayah. Perempuan itu dikuburkan tidak jauh dari kos Ayah, dua Minggu, Ayah di terima di sekolah SMA Modal Bangsa di Banda Aceh, dan Ayah mulai mengajar, akan tetapi, Ayah selalu teringat kepada bayi mungil yang Ayah titipkan ke istri teman Ayah, dan sudah satu tahun, Ayah memutuskan untuk tidak mengajar lagi, dan Ayah tidak memiliki pekerjaan, selama itu Ayah memiliki satu Ayam yang Ayah pelihara sendiri, menanam cabai, tomat, seperti yang kamu lihat sekarang di belakang Rumah, Rumah ini sudah Ayah beli dengan rezeki Ayah. Di waktu luang, Ayah mulai mengajari anak-anak tanpa tunai, akan tetapi, tetangga tidak mau menerima Ayah, mereka menghina Ayah dan mengatakan bahwa Ayah meninggalkan istri Ayah dalam keadaan anak masih bayi, akan tetapi, semua itu tidaklah benar, Ayah sampai sekarang tidak pernah menikah dan bayi mungil itu adalah kamu Kamboja, Ayah memberikan nama Kamboja, karena Ayah melihat isi di dalam tas Ibumu ada satu bunga Kamboja yang sudah layu.
Saat mendengar cerita Ayah, aku menangis, Ayah yang kuanggap seorang Ayah yang sangat kucintai, ternyata bukan Ayahku. Aku tidak pernah tahu siapa Ibu dan Ayahku, tetapi, laki-laki yang kini berada di sampingku sangat tulus cinta dan kasih sayangnya.
"Ayah, mengapa Ayah sangat sayang kepadaku? Sedangkan aku bukan anak Ayah?" tanyaku sambil meneteskan air mata di hadapan Ayah.
"Nak, bagaimana pun, kamu tetaplah anak Ayah, Ayah terima semua hinaan orang lain, asalkan kamu baik-baik saja. Ayah menyayangimu dengan sangat, kelak engkau menjadi seorang putri yang shalihah. Hingga satu hari, Ayah hidup bersama seseorang yang ikhlas menerimamu dengan ketulusannya,"ucap Ayah sambil mengusap air mataku.
Aku menceritakan tentang Ibu dan Ayah pada suamiku yang sekarang bersamaku. Aku menangis dihadapannya, mendengar ceritaku, suamiku menguatkan hatiku dan tersenyum kepadaku. Melihat senyuman tulusnya, membuatku damai.
"Kamboja, tetaplah tersenyum, tetaplah hormat kepada Ayahmu yang walaupun kamu tidak mengenal siapa pun Ayah dan Ibumu, tetaplah mendoakan mereka. Terima kasih sudah menceritakan kepadaku kisah hidupmu, aku akan menjagamu seumur hidupku. Apa pun yang terjadi, jangan pernah jauh dari Allah, kita sama-sama melangkah. Ayahmu sudah bahagia bersama istrinya, dan sesekali kita berkunjung ke Rumah beliau. Ayahmu berhak bahagia, Ayahmu beruntung mendapatkan istri shalihah dan setia, bisa menerima kehadiranmu. Terima kasih sudah menghabiskan waktu bersamaku," ucap Rifqi dengan tersenyum.

Puisi
KAMBOJA
Oleh: Ade Risna Andriani

Kamboja
Oleh: Ade Risna Andriani

Aku bahagia bertemu dengannya
Aku bersyukur hidup bersamanya
Kala aku mendengar hinaan
Dia selalu ada
Saat aku kehilangan arah
Dia selalu menguatkan aku
Bagaimana tidak?
Aku memiliki dua laki-laki yang sangat tulus mencintai dan menyayangiku
Namun, aku kehilangan cinta seorang perempuan untuk selamanya
Ya, dua orang laki-laki itu adalah Ayah dan suamiku
Namun, perempuan itu adalah Ibuku yang tidak pernah kulihat siapa dirinya
Bahkan aku tidak pernah tahu siapa Ayahku
Aku bersyukur, dipertemukan dengan dua laki-laki itu
Dan selalu mendoakan mereka
Semoga Allah menjaga mereka selalu

Banda Aceh 10 Januari 2024.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KAMBOJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang