Chap 3

150 32 2
                                    

" Haachi !" entah sudah yang ke berapa kali malam ini Saint bersin-bersin, mungkin efek dari siraman air es yang Perth lakukan siang tadi.


Rasa pening di kepala nya pun mulai terasa, di tambah lagi suhu tubuh nya yang mulai menghangat.

" Haaachii !"


Neo pun terbangun dari tidur nya, karena merasa terganggu oleh suara bersin Saint. Tanpa bicara apa pun Neo turun dari ranjang, lalu mengambil kotak obat milik nya.

Neo duduk di pinggir ranjang Saint, sembari mencari obat untuk Saint. " Kalau sakit seharusnya kau bilang, untung aku punya persiapan obat-obatan."


" Maaf, suara bersin ku mengganggu tidur mu." sesal Saint, ia jadi merasa tak enak hati jadi nya.


" Tidak masalah, ini_minum dulu." Neo memberikan sebutir obat kepada Saint, sekaligus air minum yang ada di atas nakas.


" Tubuh mu hangat, kau pasti demam." ucap Neo, punggung tangan nya menempel di kening Saint dan ia merasakan suhu tubuh Saint yang tinggi.


" Setelah minum obat aku pasti sembuh." ucap Saint.

" Aku tau, tapi kau harus pakai ini." Neo menempelkan plester penurun demam di kening Saint, seketika rasa dingin dari plester itu menjalar di kening Saint.


" Tidurlah, jika besok panas mu belum turun maka kau harus ke dokter."


Saint mengangguk pelan. " Terima kasih Neo..."


" Sama-sama, itulah guna nya teman." ucap Neo, lalu kembali ke ranjang nya dan melanjutkan tidur nya.


Saint merasa bersyukur karena memiliki teman seperti Neo, yang selalu peduli dan sangat perhatian terhadap nya.
Reaksi obat pun mulai bekerja, hingga akhirnya membuat Saint tertidur.


Pagi pun menjelang, Saint bangun dari tidur nya. Suhu tubuh nya mulai normal dan tidak panas lagi, tapi sesekali ia masih bersin-bersin.


Neo keluar dari kamar mandi, lalu berpakaian. Dan kembali Saint bersin, membuat Neo menoleh ke arah nya.

" Masih pusing?" tanya Neo.

" Sedikit."

" Sebaiknya kau istirahat saja di kamar, biar nanti aku yang izin pada dosen."


" Tidak Neo, aku harus ke kampus. Kau lupa ya kalau hari ini ada tugas yang harus kita kumpulkan."


" Tapi kau bisa titip kepada ku."

" Tidak usah, biar aku ke kampus saja." ucap Saint, lalu masuk ke dalam kamar mandi.

*

Dari kejauhan Perth melihat Saint datang, ia memilih tidak mendekat karena Saint tidak sendirian. Tatapan nya begitu tajam tertuju kepada Saint, pemuda yang akhir-akhir ini menjadi bahan bullyan nya.


Saat jam pelajaran berlangsung Saint berusaha fokus dan menahan rasa pusing di kepala nya, sesekali ia bersin namun ia sudah prepare memakai masker nya.


Saint sengaja mengambil tempat duduk yang jauh dari teman-teman nya, karena tidak ingin suara bersin nya mengganggu mereka.


Usai kelas Saint cepat-cepat menuju ke kantin, ia butuh minuman hangat segera. Setelah mendapatkan minuman hangat nya Saint langsung pergi meninggalkan kantin, ia memilih menyendiri di taman kampus sembari memejamkan mata nya.


CINTA TAK BERSYARATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang